Setelah perdebatan kain saringan tahu dan makhluk hidup, Sean dan Callista berada di dapur. Keduanya sedang menyiapkan makan siang bersama.
"Om tinggal sendirian?" tanya Callista yang sedang mengobrak-abrik seisi lemari pendingin untuk mencari bahan makanan yang akan dimasak.
"Iyalah, Call. Namanya Duda mau tinggal sama siapa lagi?" Sean fokus mengupas bawang putih. Dia yang menyiapkan bumbunya.
"Kalau sekarang? Masih menduda?" tanya Callista lagi.
"Memangnya aku amnesia? Lalu kamu siapa?" balas Sean.
Ah, iya. Aku istrinya....
Callista tersenyum. Setelah kesal mengobrak-abrik isi lemari pendingin, Callista menyerah.
"Om, sudah berapa lama kulkas ini dibiarkan begitu saja? Lihat, isinya hanya sayuran saja! Sudah mulai layu pula. Memangnya aku vegetarian? Aku juga pemakan daging loh," Callista mengeluarkan semua sayuran yang layu itu.
"Bagaimana jika kita pergi berbelanja?" usul Sean.
"Aku malu, Om. Lihat kaos sama boxer oblongku!" Kaos dan boxer yang dipakai Callista terlihat kedodoran.
"Tunggu! Aku akan meminta orang mengirim baju untukmu," Sean pergi ke kamarnya untuk mengambil ponsel.
Setelah berkutat dengan ponselnya, Sean kembali ke dapur untuk membantu Callista. Sebenarnya dia bisa saja membiarkan gadis itu bekerja sendiri, tetapi dia khawatir dapur akan terlihat seperti kapal pecah.
Dugaan Sean salah, baru ditinggal beberapa menit saja dapur sudah kelihatan bersih dan rapi.
Wah, ternyata istriku sangat rapi. Dia bisa menghandle dapur dengan baik.
"Kenapa Om bengong? Mana kiriman bajunya? Jangan lama-lama Om, keburu aku laper banget. Jika aku kelaparan, aku bisa makan orang loh!"
"Sebentar lagi. Memangnya kamu saja yang bisa makan orang? Aku juga bisa makan orang dan bikin bahagia," Sean tak mau kalah.
"Ish, makan orang dan bikin bahagia. Maksudnya apa coba?" Callista masih melanjutkan bersih-bersihnya. Dia memilah bahan makanan yang masih bisa dimasak dan yang tidak bisa langsung dibuang ke tempat sampah.
Sean reflek memeluk istrinya dari belakang kemudian membisikkan sesuatu.
"Tidurlah bersamaku! Aku akan membuatmu terbang ke atas awan," bisiknya.
Callista bergidik ngeri, bahkan bulu kuduknya merinding.
"Om, jangan begini. Gak nyaman, tauk!" protes Callista.
"Biarkan terus seperti ini, Call. Aku merasa nyaman bisa memelukmu setiap saat," Sean selama ini merasa hidupnya monoton. Sejak kehadiran Callista yang baru 2 hari ini dan langsung diputuskan untuk menikah, membuat Sean merasa hidupnya menjadi berwarna.
Callista tak bisa memberontak, untung seseorang menekan bel pintu apartemen yang membuat dia bisa lepas dari Om suaminya.
"Siapa sih? Mengganggu kesenangan orang saja!" gerutu Sean melepaskan pelukannya. Dia hendak melihat tamu yang datang.
Ceklek!
Sean membuka pintu, Vigor yang datang membawa beberapa paper bag.
"Sesuai permintaan, Bos!" Vigor menyerahkan paper bag.
"Kenapa walk in closet tidak sesuai permintaan?" bisik Sean.
"Hanya berusaha memberikan yang terbaik," jawab Vigor cengengesan.
"Siapa yang datang, Om?" Callista menyusul ke ruang tamu.
Vigor dan Callista saling pandang untuk beberapa saat. Sean memprotesnya.
"Ehem, Vigor! Sudah selesai dramanya?"
Vigor dengan cepat menguasai keadaan. Dia memandang ke arah Bosnya yang kelihatan tidak senang.
"Ini Vigor. Mengantarkan baju untukmu," Sean memberikan paper bag yang dipegangnya. "Lekaslah ganti pakaianmu! Kita akan pergi berbelanja."
Callista secepatnya melaksanakan perintah Om suaminya itu. Sementara Sean langsung mengusir asistennya untuk cepat meninggalkan apartemen.
"Terima kasih, Vigor. Kembalilah! Kami akan pergi sebentar lagi," usirnya.
"Bos mengusirku?" Vigor tak terima.
"Apa kamu tidak sadar telah mengganggu kesenangan pengantin baru?" ejek Sean.
Vigor tertawa puas, kemudian meninggalkan apartemen Bosnya.
Callista ke ruang tamu memakai celana jeans dan kaos berwarna pink yang melekat pas di tubuhnya.
"Begini kan terlihat bagus! Ayo Om, berangkat sekarang!" pintanya sudah seperti anak kecil yang merengek menginginkan balon.
Sean mengajak Callista ke Mal Sinar Galaxy yang letaknya tak jauh dari apartemen.
Memasuki Mal elite yang belum pernah Callista rasakan membuat dia sangat kagum.
"Wah, ternyata begini kehidupan horang kaya! Awesome!" seru Callista.
"Jalannya jangan cepat-cepat!" Sean yang mengikuti Callista dari belakang memberikan peringatan.
Callista menoleh kebelakang. Sean menabraknya.
Buug!
"Ish, Om jalannya meleng sih. Nabrak kan jadinya," Untung suaminya reflek menahan, jika tidak Callista bisa saja jatuh. "Persis adegan di sinetron yah, Om!" goda Callista.
Keduanya sampai di dalam Mal. Rencananya Callista ingin mencari makanan terlebih dahulu karena dia sudah kelaparan.
"Om, cari makan dulu yuk? Laper!" ajak Callista.
"Memangnya kamu mau makan apa?"
"Bakso...," ucapnya.
"Kenapa Bakso? Makan yang lain saja," tawar Sean.
"Ngidam, Om!" rayu Callista lagi.
"Ngidam darimana? Makhluk hidupku saja belum bekerja sebagaimana mestinya. Jangan ngawur!" ledek Sean.
Bahkan baru pagi tadi mereka menikah. Mana mungkin Callista hamil. Malam pertama juga belum dilalui.
Saat fokus melihat beberapa food court, Callista dikejutkan oleh seseorang yang tiba-tiba memeluknya.
"Sayang, lo kemana aja. Gue nyari terus, tauk!" ucap lelaki itu.
Callista masih kesal dengan lelaki yang tiba-tiba memeluknya, dia reflek mendorong lelaki itu bersamaan dengan makian yang dilontarkan Sean.
"Eh, apa-apaan nih? Berani-beraninya main peluk istri orang. Minggir!" Sean kesal melihat istrinya yang baru pagi tadi dinikahi sudah dipeluk sembarangan orang yang tidak dikenal.
"Eh, Om..., suka-suka gue lah. Doi kan emang cewek gue! Kenapa lo yang sewot?" serang lelaki itu.
Mampus gue!
Callista tidak bisa berkata apapun. Lelaki di depannya adalah kekasihnya, Eros Kalandra.
Sean beralih menatap istri kecilnya seolah meminta penjelasan.
"Callista, apa benar ucapannya?" tanya Sean dengan sorot mata membunuhnya. Sorot mata biru yang tajam itu membuat Callista tak bisa berkutik lagi.
"Iya, Om," jawab Callista pelan dan wajah tertunduk.
"Belum putus?" Sean berusaha memastikan.
Callista hanya menggeleng.
"Oh astaga! Callista...," Sean memijit keningnya. Dia masih tidak percaya jika istrinya mempunyai seorang kekasih. "Selesaikan masalahmu dengannya. Sekarang! Jika sudah selesai, temui aku di sana," Sean menunjuk food court yang menyediakan aneka macam Bakso dan Mie Ayam.
Oh, astaga! Jebakan apalagi ini, Tuhan?
Iming-iming Sean nampak lebih berarti daripada berurusan dengan kekasihnya yang ternyata diam-diam selingkuh dibelakangnya.
Eros langsung menarik tangan Callista untuk mendekat, tetapi Callista menepisnya.
"Kenapa?" tanya Eros. "Bukankah lo selalu merindukan keromantisan gue? Lo berubah, Call!"
"Elo yang berengs*k!" teriak Callista yang mampu membuat orang-orang yang sedang lewat melihat ke arahnya.
Eros terkejut.
"Kenapa? Lo terkejut?" tanya Callista.
Jika dulu cintanya hanya untuk Eros Kalandra seorang, tetapi setelah mendengar skandal di apartemen Eros tempo hari membuat Callista enggan menanggapi. Dia memang sengaja belum memutuskan Eros agar lelaki itu yang berbalik mengejarnya seperti hari ini.
Si*l! Apa doi tau hubungan gue dengan Magenta?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Hartin Marlin ahmad
lebih baik putuskan saja Eros yang selingkuh itu
2022-07-05
1
Sukliang
kayaknyabr x ini baca crita yg kayak gini
2022-06-03
1
Riyan Farid
lanjut seru ni cerita ny
2022-05-21
2