Callista telah sampai di depan unit apartemen suaminya. Sepulang dari rumah Kayana, dia mampir sebentar untuk membeli beberapa baju. Dia menekan kode pintu yang kemarin Sean berikan.
281121. Duh, memori gue masih bagus.
Callista tersenyum.
Ceklek!
Setelah menutup pintu, dia langsung masuk ke ruang tengah.
"Baru pulang, sayang...," sapa suaminya yang ternyata sudah berada di apartemen terlebih dahulu.
"Iya, Om," ucapnya kemudian melenggang pergi ke kamar.
Sean mengikutinya dari belakang. Callista yang sudah sampai di dalam, kemudian meletakkan beberapa paper bag belanjaannya.
"Habis bersenang-senang?" Sean penasaran.
"Enggak!"
"Kenapa?" Sean mendaratkan tubuhnya di sofa kamar.
"Hanya membeli baju, Om. Keseringan pake kaos dan boxer oblong, bikin nggak nyaman," ucapnya beralasan. Sebenarnya Callista malu terus-terusan memakai barang milik suaminya.
"Sudah makan?"
"Ish, Om dari tadi nanya melulu, ih," protes Callista.
"Iya mau gimana lagi, Call. Nanti diberondong pertanyaan, bilangnya satu-satu aja," Sean tersenyum. "Kalau belum makan, ayo makan bareng. Kebetulan tadi dari kantor dibawakan 2 box makanan. Cukup untuk kita."
Iya, sih. Gue memang sedang kelaparan. Rezeki!
"Iya, Om. Callista belum makan," Callista melangkah keluar kamar.
"Eh, tunggu! Kenapa ditinggalin?" Sean beranjak dari sofa untuk mengikuti Callista.
Callista ke dapur mengambilkan piring, sendok, dan air minum. Dia letakkan di meja makan.
"Mana Om, makanannya?" Callista melihat tidak ada apa-apa di meja makan.
"Masuk ke lemari pendingin. Takut kamu pulang kemalaman, jadi nggak enak jika berada di suhu ruang," Sean mengambilkannya.
Wait! Itukan seperti box yang gue antar ke SA Corporation? Kenapa Om Sean bisa membawanya pulang? Apa dia karyawan Pak Vigor Abraham?
"Eh, kenapa melamun?" Sean meletakkan 2 box makanan di meja makan.
"Om sebenarnya kerja dimana, sih?" Kini giliran Callista yang menginterogasi.
"Memangnya kenapa?" Sean duduk di kursi meja makan.
"Penasaran aja, Om. Soalnya box makanan ini yang Callista antar ke SA Corporation. Nah, pemesannya atas nama Pak Vigor Abraham. Jika Om bekerja disana, berarti Om jadi bawahan Pak Vigor, dong," Callista berusaha menarik benang merah muasal box dengan pekerjaan suaminya.
Ck, gadis kecilku yang bodoh! Bisa-bisanya dia mengataiku bawahan Vigor. Besok Vigor harus bertanggung jawab. Aku ini Bosnya Vigor, sayang. Kenapa kamu lucu sekali, sih?
Sean tertawa. Dia tidak menyangka jika dianggap sebagai karyawan asisten pribadinya. Memang benar saat pernikahan beberapa hari yang lalu, Vigor hadir di pernikahannya. Tetapi Callista belum mengenal asistennya itu dengan baik. Bahkan, untuk sekedar berkenalan pun belum pernah.
"Iya, aku bekerja di kantor Pak Vigor. Orangnya sangat baik, makanya beliau memberikan 2 box ini untuk kita," Sean menjelaskan.
"Lah, Pak Vigor baik bener ya, Om. Padahal sohibku tadi bilang, kalau 2 box spesial ini khusus untuk Bos dan istrinya. Ah, sudahlah. Pusing mikirin Bos Vigor. Yuk makan, Om!" ajaknya.
Saat mengobrol, Callista sedang memindahkan isi box ke dalam piring masing-masing. Sekarang keduanya sedang menikmati makanannya tanpa berkomentar apapun.
"Call, setelah ini mandi lagi, gih! Aku juga belum mandi. Bau keringat dari luar rasanya kurang nyaman," ucap Sean yang sudah menyelesaikan makannya.
"Iya, Om. Setelah membersihkan semua piring kotor ini," Callista mengiyakan.
Sean pergi ke kamar lain untuk ke bathroom. Sementara Callista masuk ke bathroom yang ada di kamar utama. Sengaja dia berendam agak lama untuk memikirkan sesuatu.
Apa iya ucapan Kayana harus gue ikutin? Harus menarik perhatian suami memakai lingerie. Oh My God, apakah gue sanggup? Jika tidak, gue takut Om Sean menghitung jumlah kerugian yang udah gue timbulkan. Hemm, harus gimana ya?
Callista akhirnya memutuskan sesuatu. Setelah selesai berendam, bergegas dia memakai bathrobe-nya. Dia menuju walk in closet untuk memilih sesuatu disana.
Done! Saringan tahu warna merah menyala dia gunakan. Dia bercermin dan melihat dirinya terlihat lebih dewasa.
Haruskah malam ini?
Callista memberanikan diri untuk itu. Dia memakai bathrobe-nya kembali, kemudian masuk ke kamar. Dia melihat jika suaminya belum kembali. Dia mematikan seluruh lampu kamar, kemudian duduk di atas ranjang seperti seseorang yang sedang menunggu kedatangan kekasihnya. Dilepaskan bathrobe yang menutupi kain saringan tahu itu.
Setidaknya ini untuk suamiku.
Sean yang sudah selesai membersihkan diri berniat untuk masuk ke kamarnya. Dia pikir Callista masih berada di bathroom.
Pintu kamar dibuka, terlihat sangat gelap sekali.
Tumben lampunya dimatikan. Mungkin Callista sudah tidur.
Sean mencari sakelar lampunya, kemudian dia nyalakan.
Deg! Deg! Deg!
Desiran halus di dalam tubuh Sean tiba-tiba memuncak. Pemandangan di hadapannya sangat mengejutkan. Dia langsung terhipnotis untuk terus meluapkan nyalinya yang dia redam bertahun-tahun lamanya.
Akankah malam ini semuanya terlaksana?
Sean mampu menguasai keadaan. Dia mendekati istri kecilnya, kemudian mengecup kening gadis itu. Keduanya serasa terkena hipnotis. Seakan saling membutuhkan.
"Kamu siap?" Sean memastikan kesiapan istrinya.
Callista hanya mengangguk pasrah.
Sean dengan lembut memperlakukan istrinya. Perlahan dia memberikan rasa nyaman yang belum pernah dirasakan Callista sebelumnya. Inci demi inci dia jelajahi, kemudian Sean melakukan sesuatu yang lebih kepada istrinya. Setelah puas dengan kelembutan itu, keduanya melakukan penyatuan.
Malam ini, kamar utama menjadi saksi bertemunya kedua insan beda generasi yang saling membutuhkan.
Suara-suara indah beradu memenuhi ruangan itu. Yang diselimuti temaram lampu kamar menambah suasana menjadi syahdu.
Penyatuan demi penyatuan mereka lakukan untuk mencapai kebahagiaan bersama. Setelah keduanya mendapatkan pelepasan bersama, Sean dan Callista berpelukan mesra di bawah selimut tebalnya.
"Kamu bahagia?" Sean ingin membuat istrinya itu tidak pernah merasa kehilangan sesuatu yang membuat Sean sangat bahagia.
"Iya, Om," Callista merasa sangat bahagia. Perlakuan Sean terhadapnya sangat lembut.
"Terima kasih, sayang. Aku juga sangat bahagia. Semoga baby mungil segera hadir disini," Sean menunjuk perut Callista yang masih rata. Dia mempunyai harapan tinggi untuk mendapatkan keturunan.
Kay, akhirnya..., gue ML beneran. Trims, Kay.
Sean beranjak dari ranjangnya. Dia menyelimuti istrinya dengan lembut. Diambil bathrobe milik istrinya, kemudian dipakainya.
"Tidurlah, sayang! Aku akan membersihkan diri dulu," ucap Sean berlalu meninggalkan istrinya. Dia masuk ke bathroom untuk berendam.
Terima kasih, Callista. Kamu luar biasa, sayang! Semoga lekas hadir penerus SA Corporation. Semoga Mama Jelita semakin sayang padamu, Callista. Aku yakin, Mama Jelita akan memberimu kenyamanan.
Setelah berendam cukup lama, Sean memakai batrobe-nya kembali. Dia bergegas ke walk in closet untuk mengambil kaos dan boxernya. Selesai berganti pakaian, dia kembali ke kamar untuk melihat istrinya.
Callista tertidur sangat lelap. Sean tersenyum melihat kecantikan istrinya. Dia memberikan kecupan selamat malam untuknya.
Selamat malam, sayang. Tidurlah dengan nyenyak! I love you.
Pertama kalinya setelah sekian tahun, Sean mengucapkan password kebahagiaannya. I Love You.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Elly Papang
kok calista manggil suaminya om sih... mbok diganti panggilannya...
2023-07-01
5
Elly Papang
kok calista ma
2023-07-01
0
Tulip
ehh akhirnya om duda Belah duren
2022-08-07
0