Callista menutup telepon secara sepihak. Walaupun pernikahannya hanya sebatas kontrak, setelah kejadian semalam dia merasa ketakutan akan kehilangan suaminya.
Kenapa gue merasa cemburu? Rasanya sakit mendengar Om suami dicari wanita lain. Eh, sebenarnya siapa Diana Carrington? Bosnya SA Corporation sebenarnya siapa? Oh God, SA? Sean Armstrong? Jadi....
Callista mencari foundation di dalam tasnya. Dia gunakan untuk menutupi bekas merah yang merajalela di lehernya.
Kenapa gue takut menghadapi kenyataannya?
Callista akan pergi ke SA Corporation. Selain untuk mengambil surat resignnya, dia ingin memastikan sesuatu.
Setelah keluar dari apartemen, dia mencari taksi. Callista melambaikan tangannya ketika mendapati taksi lewat di depannya.
"Kantor SA Corporation, Pak," ucapnya pada sopir taksi.
"Baik, Non."
Sepanjang perjalanan, pikiran Callista sedang tidak baik. Dia terus saja memikirkan masa depannya yang tiba-tiba terlihat sangat suram.
Bagaimana jika gue hamil?
Sebuah kata yang mampu membuatnya tertekan sepanjang kehidupannya.
"Non, sudah sampai," ucap sopir taksi.
Callista tersadar. Dia merogoh uang cash-nya yang ada di dalam tas, kemudian memberikannya kepada sopir taksi.
"Terima kasih, Pak," Callista bergegas turun dan masuk ke gedung SA Corporation.
"Bu, bisa bertemu dengan Pak Sean?" tanya Callista kepada staf front office.
"Maaf, Bu. Apa Ibu sudah ada janji sebelumnya?"
"Panggil saja, Mbak. Saya belum ada janji dengan Pak Sean. Tolong sampaikan saja jika istrinya datang ingin bertemu," Callista menjelaskan. Wajah staf front office tersebut terlihat sangat terkejut.
Istri? Bukankah Pak Sean adalah seorang Duda? Lalu wanita yang sudah masuk tadi siapa? Dia juga mengaku istrinya. Yang benar yang mana? Duda atau pria beristri?
Staf front office tampak sedang kebingungan menjelaskan alasan penolakannya.
"Maaf, Mbak. Istri Pak Sean baru saja masuk," ucap staf itu membuat Callista syok.
Kejutan apalagi ini, Tuhan?
Wajahnya pucat pasi. "Baiklah Bu, saya tidak jadi menemui Pak Sean. Sampaikan saja jika Callista datang mencarinya."
Callista bergegas pergi ke rumah Kayana. Dia tau, saat ini Kayana masih bekerja di restoran. Tidak ada tempat lain lagi yang bisa dikunjunginya. Jika biasanya dia bisa menempati kamar kostnya, sekarang sudah tidak bisa. Karena sejak Callista memutuskan untuk pindah ke apartemen, Kayana sudah membereskan semua barang dan dibawa ke rumahnya.
Sementara di dalam ruangan Sean, sedang terjadi ketegangan antara Sean dan Diana, mantan istrinya.
"Kau berubah, Sean!" ucap Diana memulai pembicaraan.
"Apa maksudmu? Bukankah kamu yang sengaja mengacaukan pernikahan kita? Kenapa sekarang kembali lagi?" Sean sebenarnya sudah melupakan pengkhianatan Diana, tetapi kembali bertemu membuat dirinya mengingat masa lalunya.
"Dizon mengkhianatiku, Sean. Dia meninggalkanku dan Willow. Apa kau melupakan Willow Armstrong?" Diana berusaha mengembalikan keadaan.
"Sudah ku katakan, Diana. Dia bukan Willow Armstrong, tetapi Willow Damarion," Sean tidak menerima kehadiran anak itu. Memang kenyataannya Willow adalah keturunan Dizon Damarion, mantan kekasih Diana.
"Tetapi, Mama Jelita yang memberikannya nama. Aku tidak bisa menolak, Sean. Tolong kembalilah! Hidup bertiga bersama anak kita," Diana memohon.
"Diana Carrington. Jaga batasanmu! Semua kesalahan masa lalu atas ulahmu sendiri. Jangan libatkan aku maupun Mama Jelita. Pergilah dari kantorku! Aku sudah tidak ada urusan lagi denganmu," Sean mengusirnya.
Diana sebenarnya tidak ingin meninggalkan mantan suaminya. Dia masih berjuang untuk kembali lagi.
"Aku akan menemui Mama Jelita," ucapnya kemudian meninggalkan ruangan Sean.
Sean memijit pelipisnya.
Semoga Mama Jelita memahami keadaanku. Aku berharap Mama tidak lagi memaksaku untuk kembali padanya. Callista, aku merindukanmu....
Seketika, dia mengingat istrinya. Bergegas dia meninggalkan ruangannya. Ketika sampai di depan front office, karyawannya memanggil.
"Pak Sean, tunggu!" panggilnya.
"Ada apa?"
"Mohon maaf, Pak. Tadi ketika masih ada Bu Diana di dalam, ada tamu yang mengaku menjadi istri Bapak. Namanya Callista," ucap staf front office.
Callista? Kemana dia sekarang?
"Maaf, Pak. Tadi saya bilang jika istrinya Bapak sedang berada di dalam," Staf front office merasa bersalah pada Bosnya.
"Diana, mantan istri saya," Sean bergegas meninggalkan kantornya. Dia mengendarai mobil dengan pelan untuk mencari keberadaan Callista.
Selama perjalanan sampai memasuki area basement apartemen, Sean tidak menemukan keberadaan Callista. Secepatnya dia masuk ke unit apartemennya.
Sean frustrasi ketika tidak mendapati istrinya berada di unitnya. Dia duduk di sofa ruang tamu, berharap Callista yang datang.
Setelah menunggu sekitar hampir 5 jam, Sean tertidur di sofa ruang tamu. Samar-samar dia mendengar ada seseorang yang masuk ke unitnya. Sean terbangun dan mendapati Callista.
Spontan, Sean memeluk istrinya. Dia sangat khawatir melihat wajah istrinya berubah tak biasa.
"Kamu darimana saja, sayang? Aku mencarimu," ucap Sean yang masih memeluk istrinya.
"Aku mampir ke tempat sahabatku," Callista berusaha melepaskan pelukan suaminya.
"Biarkan seperti ini terus, Call," Sean enggan melepaskan.
Callista berusaha berdamai dengan keadaan jika dirinya harus terhempas dari pernikahan kontraknya. Dia berusaha ikhlas.
"Kenapa kamu tidak menemuiku?" tanya Sean.
"Aku tidak bisa mengganggu orang yang sedang berbincang," ucapnya.
"Kamu salah paham, sayang," Sean berusaha mengembalikan keadaan seperti semula.
Callista tidak menjawab. Sean melepaskan pelukannya.
"Duduklah! Aku akan menjelaskan semuanya. Misunderstanding, Call," ucap Sean.
"Dimana letak kesalahpahamannya?" Callista berusaha memahami suaminya.
"Diana, mantan istriku. Dia selingkuh dengan kekasihnya ketika menikah denganku. Dari hasil perselingkuhannya, dia mempunyai seorang anak perempuan. Aku tidak bisa menerimanya. Aku yang menceraikannya," Sean membuka luka masa lalunya.
"Apa dia ingin kembali lagi?" Callista merasa takut jika kekhawatirannya terbukti.
"iya..., dan aku menolaknya," Sean berkata jujur.
"Jika dia memaksa, apa Om akan meninggalkanku?" Callista berharap ini adalah pernikahan pertama dan terakhir kalinya.
"Tidak, sayang! Kamu segalanya untukku. Sudah jangan sedih lagi, senyum dong!" Sean merengkuh istrinya. Memeluknya lagi dengan sangat erat.
Callista berusaha ceria seperti biasanya.
"Om sudah makan?"
Sean menggeleng. Sejak mencari Callista, dia melewatkan makan siangnya.
"Baiklah, selepas mandi. Aku akan menyiapkan makan. Om juga belum mandi, kan?" Callista memastikan.
"Mandi bersama?" tawar Sean.
"Enggak!" Callista melepaskan pelukan suaminya kemudian masuk ke kamarnya. Dia lekas ke bathroom untuk berendam sesaat.
Setelah semuanya selesai, keduanya berkumpul di dapur. Callista sedang memasak, Sean menunggunya di ruang makan sembari mengamati istrinya.
"Masak apa, sayang?"
"Nasi goreng pake telor mata sapi," ucap Callista dari dapur.
Menu sederhana ala Callista telah siap di meja makan. Sebelum Callista kembali ke dapur untuk mengambil minum, Sean memegang tangannya.
"Jangan pergi, Call! Selalu bersamaku. Aku ingin kita bahagia bersama," Sean memeluknya lagi entah untuk yang kesekian kalinya.
"Ish, lepaskan Om! Kalau begini terus, kapan makannya?" goda Callista.
"Ah, iya," Sean melepaskan pelukannya kemudian mulai mencicipi nasi goreng buatan istrinya.
"Bagaimana?" tanya Callista yang membawakan dua gelas minuman.
"Enak," Sean melanjutkan makannya.
Setelah keduanya selesai, Sean selalu memberikan kata romantis untuk istrinya.
"Tetap bersamaku, Call. I Love You," ucapnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Ester Limbong
saya suka sean tudak ada kekerasan dalam rumah tangganya. semangat.
2022-07-13
4
Hartin Marlin ahmad
semoga mama Jelita menerima Callista menjadi menantunya
2022-07-06
0
Made Pamiti
smga remantis trus ya
2022-06-19
0