Setelah menandatangani kontrak yang hampir 90% menguntungkan pihak Daddy Gulanya, Callista yang masih mengenakan gaun pengantin hendak mencari taksi untuk pulang ke rumah sahabatnya, tetapi Sean mencegahnya.
"Kamu mau kemana?" Sean memegang tangan Callista.
"Mau pulang, Om! Memangnya mau kemana?" jawab Callista cuek.
"Kamu pulang bersamaku!" perintah Sean.
"Hais, kenapa bisa begitu, Om? Bukannya Om sudah mendapatkan tandatanganku dan aku sudah mendapatkan uang unlimited yang Om berikan," Callista menolak pulang bersama Sean. Bahkan dia sengaja memamerkan black card nya didepan Sean.
"Percuma pegang uang unlimited. PIN-nya saja masih tersimpan rapi di dalam saku celanaku. Kamu bisa apa?" Sean sengaja tidak memberikan PIN-nya langsung. Gadis kecil itu pasti akan berbuat sesuka hatinya jika mendapatkan apa yang telah diinginkan.
"Hais, Om curang! Sekarang Om maunya apa?" serang Callista.
Dih, kenapa gue bego banget ya? Apa gue terlalu kegirangan dapat black card persis di Novel yang Kayana baca. Novel yang ngehalunya tinggi persis cita-cita gue yang tinggi, tapi gak pernah kesampaian.
"Maunya? Kamu pulang ikut saya!" Sean malas berdebat lagi. Ditarik tangan istrinya untuk masuk ke dalam mobil.
"Kita mau kemana, Om?"
"Pulang ke apartemenku!" Sean mengendarai mobilnya dengan kecepatan standar.
Apartemen Golden adalah apartemen elite yang tidak sembarangan orang bisa tinggal disana, apalagi seorang Callista.
Mata Callista sangat berbinar ketika dia bisa memasuki area apartemen Golden.
"Keren Om! Apartemen Golden, apartemen impian...," teriak Callista membuat Sean terkejut.
"Teriakanmu bikin orang jantungan!" protes Sean yang masih mengarahkan mobilnya masuk ke basement. Disanalah area parkir apartemen Golden berada.
"Om tidak jantungan, 'kan? Kalau jantungan, gimana caranya aku bakal dapat PIN-nya?" pikiran Callista kali ini fokus mendapatkan PIN untuk membuka gembok uang unlimited-nya.
Basement sedang sepi. Hanya ada Sean dan Callista yang baru saja turun.
"Om, kenapa sepi sekali?"
"Apartemen orang sibuk. Maklum!"
Sean berjalan beriringan dengan Callista untuk naik ke unitnya. Sepanjang perjalanan dari basement sampai ke depan unit Sean, Callista lebih banyak diam. Sean merasa aneh, jika biasanya menghadapi sikapnya yang selalu bertanya tiba-tiba diam tanpa sebab.
"Apa kau sakit?" Sean menyentuh dahi Callista. "Tidak panas! Tapi kenapa tiba-tiba jadi pendiam?"
"Aku sedang memikirkan cara untuk mendapatkan PIN dengan cepat. Apa aku salah, Om?" Callista berkata jujur. Dirinya memang bercita-cita menjadi pengangguran yang banyak uang.
"Masuklah!" Sean membuka kode apartemennya dengan cepat sehingga Callista tidak menyadarinya.
"Hah? Kodenya berapa, Om? Jangan-jangan, Om mau menyandera diriku?"
"Siapa peduli orang menyandera istri sendiri!" Sean secepatnya menutup pintu apartemen.
Callista dibuat takjub dengan apartemen mewah dan berkelas. Dia tak menyangka setelah menginap semalam di kamar hotel Starlight, sekarang masuk ke apartemen Golden.
Walaupun sudah masuk ke apartemen Golden, tetapi niatnya berada di samping Sean untuk mengejar PIN uang unlimited yang belum dia dapatkan.
"Om, PIN-nya mana?"
"Duduk dulu, kenapa buru-buru. Mandilah sana, ganti baju, buatkan makan siang. Apa kamu tidak lapar?" ucap Sean yang saat ini duduk di sofa ruang tamu.
Hais, Om ini. Tinggal kasih PIN aja ribetnya minta ampun.
"Ayolah, Om. Mana PIN-nya?" Callista mulai berubah manja demi mendapatkan PIN yang dibutuhkan.
"Kamu mau ambil kertas PIN-nya, ada di saku celanaku ini. Tapi hati-hati, ada makhluk hidup disana," Sean mengatakan dengan sedikit meledek istrinya.
"Makhluk hidup? Memang Om bukan makhluk hidup? Semacam Vampir, kah?" Callista merasa dibodohi.
"Makhluk hidup, jika kamu bangunkan bisa menghancurkan segalanya. Termasuk dirimu. Bahkan makhluk itu sanggup membuat orang berkembang biak. Apa kau tidak takut?" Sean sengaja menakuti istri kecilnya supaya tidak kabur.
"Hah, apalagi itu Om? Kenapa ngeri bener ya?" jiwa kepo seorang Callista mulai bangkit.
"Kamu mau tau cerita makhluk hidup ini lebih jauh?"
"Iya, Om. Please!" Callista memohon dengan mengatupkan kedua tangannya.
"Mandi, ganti baju, siapkan makan siang untuk suamimu!" perintah Sean.
"Ayolah, Om suami! Mana PIN-nya?" rengek Callista.
"Nanti setelah malam pertama. Aku akan memberikan PIN-nya," Sean bangkit dari sofa mengarah ke kamar utamanya.
Malam pertama bersama suami Duda? Eh sudah tidak Duda lagi yak sekarang?
Callista cengengesan sendiri. Dia bingung harus ngapain? Padahal dia masih memakai gaun pengantinnya.
Seperti mengerti kebingungannya, Sean datang dengan membawa angin segar.
"Ayo masuklah ke kamar! Bersihkan dirimu dan ganti pakaian. Semua pakaianmu sudah ada di walk in closet. Kamu bisa memilih sendiri disana," ajak Sean yang sudah resmi menjadi suaminya.
"Tapi, Om...," Callista bingung dengan kenyataan yang dihadapinya.
Sean capek berdebat dengan Callista. Diangkatnya tubuh gadis itu ala bridal style. Dijatuhkannya di ranjang kamar utama membuat Callista tersentak.
"Om?"
"Kamu takut?"
Callista mengangguk. Dia merasa ngeri berduaan dengan suaminya.
"Kenapa takut? Aku suami sahmu. Aku berhak berbuat apa saja terhadap dirimu, termasuk menunjukkan makhluk hidup yang ku ceritakan tadi. Masih penasaran?" ucap Sean yang posisinya masih berdekatan dengan Callista.
Sean mengecup lembut kening istrinya. Rasanya sangat berbeda setelah 5 tahun lamanya dia bertahan menduda.
Callista seperti ikut menikmati suasana romantis itu. Semua seperti milik berdua, yang lain ngontrak.
Setelah dirasa posisi yang saling menguntungkan itu bertahan lebih lama, Callista sadar kemudian mendorong Sean yang notabene adalah suaminya sendiri.
Sean terkejut. "Kenapa mendorong suami sendiri? Hampir saja aku jatuh," protes Sean.
"Ma-af, Om. Belum terbiasa!" Callista bangkit dari ranjang. Dia masuk ke bathroom untuk membersihkan diri. Dia merasa malu berhadapan dengan suaminya.
Kamu sangat lucu, Call. 5 tahun aku menduda, baru kali ini aku merasa mendapatkan tantangan untuk menaklukkan seorang gadis. Baru sekali bertemu dan aku yakin jika kamu yang terbaik. Bahkan, aku merasa menjadi pria yang sangat beruntung. Di usiaku yang tak lagi muda ini, aku masih bisa mendapatkan gadis muda.
Lamunan Sean terhenti manakala melihat istrinya memakai kaos dan boxer miliknya.
"Kenapa pake baju itu?"
"Hais, Om sengaja menyuruhku memakai kain saringan tahu?" protes Callista.
"Kain saringan tahu?" Sean mengerutkan alisnya.
"Iya, saringan tahu. Tipis dan tembus pandang! Om cek dong isi walk in closet-nya, semua isinya begitu."
Sean penasaran dengan ucapan Callista. Dia memang memerintahkan asistennya untuk mengisi semua baju wanita yang ditujukan untuk istrinya. Sean pikir baju standar yang dipakai harian.
Astaga Vigor..., ini semua isinya hanya lingerie? Benar-benar asisten kurang kerjaan. Pantas saja Callista mencak-mencak tidak terima. Sebenarnya Vigor tidak salah, baju ini memang bisa membangkitkan makhluk hidupku.
Sean tersenyum. Asistennya tidak salah. Dia hanya berusaha memberikan yang terbaik.
"Bagaimana, Om suami? Kain saringan tahu semua, 'kan?" tanya Callista yang melihat suaminya sudah kembali.
"Iya, Call. Semua baju itu yang bisa membangkitkan makhluk hidup," jawab Sean.
Callista langsung menutup mulutnya dengan tangan.
Astaga! Ternyata itu makhluk hidupnya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Disya♡💕
terlalu kekanakn,aku pikir si call bakal sedikit dewasa,,,
2024-05-21
0
Mari Anah
ya ampuuuuunn🤣🤣🤣🤣smp ngakak baca y
2023-12-07
3
Dewi bohay
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2022-11-20
0