Semalam, sepasang pengantin baru tidak mendapatkan malam pertamanya. Callista terus saja menghindari suaminya, bahkan kejadian di hotel Starlight beberapa hari yang lalu berulang di kamar utama apartemen. Bedanya, jika waktu itu menggunakan sekat, semalam Callista sengaja mengunci suaminya di luar kamar.
Callista telah bersiap memakai baju yang tempo hari dipakai menemui Sean. Ternyata baju itu sudah bersih dan bisa dipakai lagi. Entah, Om suaminya punya jin atau apa bisa membuat baju kotor kembali bersih.
"Selamat pagi, istriku...," sapa Sean yang sudah rapi dan wangi memakai jasnya.
"Bagaimana bisa, Om?" Callista menutup mulutnya dengan kedua tangan. Saat terbangun, Callista mendapati bathroom masih kering. Tidak ada sisa orang yang telah mandi.
"Memangnya ini apartemen punya siapa? Aku saja sempat melihat gaya tidurmu. Jelek banget!" goda Sean.
"Hah? Jangan-jangan, semalam Om mampir ke mimpiku?" tuduh Callista. Semalam saat tertidur, dia seperti bermimpi bersama seorang pria. Pria itu memberikan kasih sayangnya berupa kecupan dan pelukan hangat. Callista sangat menikmatinya.
"Memangnya kamu tidak bisa membedakan mana mimpi dan kenyataan?" serang Sean dengan tawa kemenangan. Semalam dia masuk melewati pintu rahasia menuju ke kamarnya. Dia leluasa memperlakukan gadis kecilnya itu, karena tidurnya sudah seperti orang mati saja. Sean memeluknya dengan erat, Callista tidak terbangun sama sekali.
"Ish, jika itu kenyataan..., itu artinya aku sudah ternoda," pekik Callista.
Wajahnya memerah.
"Malu? Sama suami sendiri jangan begitu, biasa saja. Kemarilah!" Sean meminta Callista mendekat, gadis itu menuruti saja seperti terhipnotis dengan ketampanan suaminya.
Sean mengecup lembut kening istrinya. "Selamat pagi, sayang," ucapannya selalu romantis. Walaupun Sean belum mencintai Callista, tetapi dia yakin akan membuat gadis itu menjadi orang yang paling bahagia.
"Sudah punya uang untuk naik taksi? Katanya mau ke restoran XX?" Sean sudah berjanji akan memperhatikan semua kebutuhan kecil istrinya.
Callista menggeleng.
"Anak manis..., ini ambilah. Bersenang-senanglah dengan sahabatmu," Sean memberikan beberapa lembar uang dan sebuah kertas.
Callista buru-buru membuka lembaran kertas itu. Tara, isinya adalah PIN black card-nya.
"Om serius memberikan ini?" Callista masih tidak percaya.
"Tentu..., tetapi itu tidak gratis. Kamu harus membayarnya," goda Sean.
"Ish, selalu saja begitu," Callista sewot.
"Yasudah, lekaslah pergi! Pulang ke apartemen jangan terlalu larut, aku tidak menyukainya."
Sean dan Callista berpisah di depan pintu apartemen. Sean pergi ke kantor mengendarai mobilnya.
Sesampainya di parkiran SA Corporation, Sean tidak lupa memakai kaca mata hitamnya.
Semua mata memandang ke arahnya, apalagi kebanyakan karyawan kantornya adalah perempuan. Sepertinya, status duda masih melekat erat dalam dirinya. Buktinya, seorang staf front office masih memanggilnya dengan sebutan Pak Duda.
"Selamat pagi, Pak Duda," sapa salah seorang staf front office.
Ck, mereka belum tau saja jika Duda keren ini berhasil menikah lagi. Lihat saja nanti reaksi kalian akan seperti apa?
Sean sosok yang tegas, kadang kala bersikap dingin, tetapi menurut semua karyawan, dia termasuk sosok yang humble dan mudah bergaul dengan siapapun.
"Vigor, kemarilah!" panggil Sean melalui intercom ketika dia sudah sampai di ruang kerjanya.
Sean hafal betul dengan asistennya. Dia selalu datang lebih pagi daripada dirinya untuk segera menyiapkan berkas-berkas yang diperlukan untuk meeting.
Perasaan Vigor pagi ini terasa kurang nyaman. Dia langsung mendaratkan tubuhnya di kursi depan Bosnya.
"Ada apa Bos? Aku masih menyiapkan beberapa berkas," ucapnya.
"Apa yang kau ketahui dan tidak aku ketahui?" selidik Sean.
"Apa maksudnya, Bos? Aku tidak mengerti."
"Tentang Callista," Sean tak mau berbelit-belit. Dia yakin jika Vigor mengetahui semuanya.
Rupanya si Bos sudah mengendus perbuatanku.
"Memangnya kenapa Bos? Apa ada yang salah dengan dia?" Vigor hanya berpura-pura mengalihkan pembicaraan.
"Tidak ada yang salah dengan dirinya, tetapi ada yang salah antara Mami Vee dengan dirimu," tuduh Sean.
"Kenapa jadi bawa-bawa Mami Vee? Apa urusanku dengannya?" Vigor berkilah.
"Kamu mau jujur sekarang, atau aku menelepon Mami Vee?" Bosnya mengancam.
"Baiklah," Vigor menyerah. Dia tidak bisa menyembunyikan kebohongan terlalu lama.
Sean sebagai Bosnya sudah seperti kakak kandungnya. Perbedaan usianya dengan Vigor terpaut jauh, tetapi Vigor mampu memahami Bosnya dengan baik.
Vigor Abraham, asisten Sean yang berusia 30 tahun. Memiliki ketampanan yang tak kalah dengan Sean.
"Maafkan aku, Bos. Aku melakukan semua itu karena sebuah alasan," ucapnya mengawali cerita.
"Alasan apa?" Sean tidak mengerti.
"Bos masih mengingat bagaimana Mama Jelita berusaha mempertahankan Nyonya Diana?" Vigor berusaha membuka memori Sean.
Mama Jelita adalah Ibunda Sean Armstrong. Namanya Jelita Armstrong, dia adalah wanita berkelas yang selalu memandang sesuatu dari harkat, martabat, dan derajat.
Pernikahan Sean Armstrong dan Diana Carrington adalah pernikahan yang dilakukan atas dasar perjanjian antara dua keluarga yang tidak ingin kekayaan mereka jatuh ke tangan orang lain. Diana Carrington berasal dari keluarga kaya raya yang bersahabat dengan keluarga Sean Armstrong.
Sebenarnya pernikahan itu adalah pernikahan terpaksa yang dijalani Diana. Dia tidak pernah mencintai Sean sedikitpun. Berbanding terbalik dengan Sean. Sejak pertemuan pertamanya dengan Diana, Sean sudah jatuh cinta terlebih dahulu dengan gadis berkelas yang selalu menampilkan sebagai seorang yang sangat paripurna.
Sean menyukai kesempurnaan yang ada pada diri Diana. Selain sangat cantik, pembawaan gadis itu sangat berkelas. Jika disandingkan dengan dirinya, maka seluruh manusia di muka bumi ini akan memandang iri kepadanya.
"Alasan apa yang kau maksud?" Sean masih memikirkan ucapan Vigor.
"Nyonya Diana berasal dari keluarga terhormat. Apa Bos Sean tidak berpikir secara matang, jika Mami Vee akan memberikan kepada Anda seorang wanita j*lang? Apa Anda sanggup membawa wanita itu ke hadapan Mama Jelita?" Vigor menjelaskan.
Astaga! Kenapa aku tidak berpikir jauh kesana?
"Lalu, apa yang kau lakukan? Kenapa kau bisa yakin jika Callista bisa aku bawa ke hadapan Mama Jelita?" Sean berusaha mendapatkan jawaban terbaik dari asistennya. Dia sudah terlanjur pada janjinya untuk menerima siapapun wanita yang datang pada dirinya dan akan membahagiakan dengan caranya.
"Aku masuk ke situs kencan buta. Aku menemukan foto gadis polos itu terpampang disana," Vigor mengingat tindakan nekat yang dilakukan untuk menyelamatkan Bosnya.
"Dia tidak hanya polos, Vigor! Kadang sedikit bodoh," Sean tertawa lepas mengingat gadis itu.
Vigor kini merasa lega, setidaknya usaha penyelamatan ini akan berhasil. Perkara Mami Jelita, itu urusan nomor sekian. Karena sekarang Mami Jelita masih berada di Luar Negeri.
"Terima kasih, Vigor. Kau menyelamatkan reputasiku," Sean sangat bersyukur. Tindakan nekat untuk menikah dengan siapa saja ternyata diselamatkan oleh asistennya yang sangat detail dalam memecahkan masalah.
"Kau adik terbaikku, Vigor! Teruslah berada disampingku," ucapnya lagi mengapresiasi asistennya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Anonymous
Cerita ini tu kayak masih blm mendalamii cerita,anak polos tp engk nunjuki kepolosannya
Truss si bos yg kaya rayaa berasa engk ada harga dirinya di mata karyawannya
Kurang gemezz thoor
2024-06-11
0
N Wage
masa sih sama bosnya gitu?
manggil pak duda?
gak wibawa banget tn.SA nya...berasa nonton lenong deh.
2023-02-28
3
Hartin Marlin ahmad
untung Vigor sangat cepat memikirkan semuanya
2022-07-06
0