Sepulang dari supermarket, Sean membawa banyak barang belanjaan untuk dibawa masuk ke apartemennya.
Callista berhenti tepat di depan pintu apartemen.
"Kenapa berhenti?" tanya Sean yang fokus membawa banyak barang.
"Kode pintu, Om?"
"Tanggal pernikahan kita," jawab Sean.
"Ish, Om romantis sekali. 281121?" Callista berusaha memastikan lagi.
"Iya."
Ceklek!
Callista masuk lebih dahulu dan membiarkan suaminya membawa banyak barang. Tujuan Callista langsung ke dapur.
"Kamu masih disini?" Sean pikir gadis itu akan pergi meninggalkannya begitu saja.
"Ish, Om nggak paham aja. Memang Om mau menata sendiri semua barang itu?" tunjuknya ke tumpukan barang yang sudah mendarat di meja.
Gadis kecil ini, ternyata punya tanggung jawab juga.
Saat sedang fokus menata barang belanjaan, Callista menghentikan aktivitasnya.
"Kenapa berhenti?" tanya Sean.
"Om, aku ada masalah."
"Masalah?"
Callista mengangguk. "Besok pagi, boleh aku pergi ke restoran XX?"
"Mau ngapain?" Sean bingung.
"Mengajukan surat pemecatan," Callista tertawa.
"Maksudnya bagaimana?"
"Aku mau ngundurin diri darisana, Om. Sekalian pamit sama sohibku," Callista menjelaskan.
Mengundurkan diri? Restoran XX? Callista? Apa anak buah Mami Vee bekerja disana? Setauku, Mami Vee akan selalu mengikat anak-anaknya untuk tidak bekerja selain dengan dirinya. Sebenarnya siapa kamu, Callista?
"Sebentar! Apa hubunganmu dengan restoran XX? Lalu, Mami Vee?" Sean sedang menyelidiki sesuatu.
"Oh, astaga! Aku minta maaf, Om. Aku belum cerita semuanya, yah?" Callista memindahkan beberapa daging dan ikan ke dalam freezer.
"Apa yang tidak ku ketahui?" tanya Sean.
"Jadi sebenarnya, aku masuk ke situs kencan buta. Yang judulnya Kilat Jodoh. Nah dari situ mendapatkan chat dari inisial nama Om, SA. Kemudian malam harinya langsung disuruh ke hotel Starlight membawa password. Katanya harus bilang suruhan Mami Vee...," Callista menjelaskan secara rinci.
Apa hubungannya situs Kilat Jodoh dan Mami Vee? Apa dia bukan anak Mami Vee?
"Kamu mengenal Mami Vee?" Sean semakin penasaran.
Callista hanya menggeleng.
Oh, astaga! Jadi, siapa sebenarnya gadis ini? Kenapa seperti sebuah kebetulan.
"Kamu tidak mengenal Mami Vee?" Sean memastikan lagi dengan memandang sorot mata jujur dari wajah Callista.
Oh God, dia tidak sedang berbohong!
"Memangnya Mami Vee itu siapa, Om?" Callista sudah selesai menata semua barang.
"Kemarilah!" ajak Sean untuk duduk di sofa ruang tamu.
"Mami Vee itu orang yang menyediakan wanita malam ataupun wanita penghibur. Kamu yakin tidak berasal darisana?" Sean menjelaskan.
Hah? Wanita malam? Apa yang dimaksud Om adalah kupu-kupu malam?
"Maksud Om, semacam kupu-kupu malam?" Callista sekarang dibuat bingung.
Sean mengangguk.
Callista malah menertawakan Om suaminya.
"Kenapa malah tertawa? Aku serius, Call. Kamu darisana?" Sean berusaha memastikan. Dia memegang kedua pundak Callista.
"Eh, kenapa pegang-pegang?" Callista merasa risih.
Kenapa dia seperti baru pertama kali bersama pria, ya? Dia sangat kaku sekali.
"Aku ini wanita baik-baik, Om. Bahkan aku tidak mengenal Mami Vee," penjelasan Callista sudah cukup mewakili seluruh pertanyaan Sean.
"Sudahlah, lupakan! Siapapun kamu, toh sekarang kamu sudah menjadi istri sahku," ucap Sean.
Malam ini merupakan malam pertama untuk sepasang suami istri beda generasi.
"Om, malam ini aku pinjam kaos oblong sama boxer kedodoran lagi yak?" Callista masih memakai bathrobe-nya setelah membersihkan diri.
"Kenapa tidak pake yang ada di walk in closet?"
"Enggak! Takut Om apa-apain," jawabnya sembari memilih kaos dan boxer milik suaminya.
"Melupakan pasal 4 dalam perjanjian? Mau dicatat dalam neraca kerugian yang harus kamu tanggung?" Sean mengingatkan.
"Tapi aku tidak siap, Om!" Callista mengambil kaos dan boxer kemudian dibawa lagi masuk ke bathroom.
Callista keluar dengan kaos kedodoran khas suaminya.
"Bagaimana? Malam ini aku ingin meminta hakku," ucap Sean lirih ditelinga Callista.
"Aku takut, Om!" jawabnya yang sedang menyisir rambut di depan cermin.
"Takut kenapa?"
"Takut hamil. Nanti dikatain netijah, suaminya Om-om, eh sekarang istrinya tekdung. Kan gak enak didengar!" Callista berusaha menghindar.
"Kemarilah!" Sean merengkuh tubuh istrinya, dia memeluknya dengan erat.
Tak ada penolakan dari Callista. Sepertinya dia mulai terbuai dengan sikap suaminya yang sangat romantis itu.
"Malam ini, izinkan aku mendapatkan hakku," pinta Sean. "Barter PIN black card," tawarnya lagi.
Oh God, apakah malam ini aku akan diapa-apain sama Om suami?
Sean melepaskan pelukannya.
"Kita bikin makan malam dulu yuk? Pelukan terus gak akan bikin kenyang," ajak Sean.
Callista tersenyum malu.
Keduanya beranjak ke dapur. Callista memang bukan orang yang jago masak, tetapi dia mengerti tentang pengolahan bahan makanan yang semestinya.
"Masak apa?" Sean duduk di meja makan.
"Daging panggang lada hitam. Om bilang nggak bisa makan cabe? Sementara aku kalau nggak makan pedes, berasa nggak bisa nelen makanan," Callista sedang memarinasi daging, kemudian mendiamkannya sejenak. Dia juga memasak nasi di magic com.
Setelah selama satu jam setengah berkutat dengan alat masaknya, kini Callista menghidangkan makanan sederhana itu di atas meja makan.
Jangan tanya kenapa bisa sangat lama, selain doi fokus memasak daging, sang suami juga jadi biang rusuh di acara masaknya. Suaminya terus saja memeluknya dari belakang. Benar-benar Duda yang romantis. Eh, sudah bukan duda lagi gaes melainkan pria matang beristri.
Ternyata, punya istri nikmatnya seperti ini. Bisa dilayani setiap waktu.
"Om, kenapa melamun? Naksir yah?" goda Callista yang menyiapkan piring makan beserta isinya untuk Sean.
"Enggak!" Sean menerima piring makan kemudian lekas menghabiskannya.
Enak! Ternyata dia pandai juga memasak.
Callista sedang menikmati makan malamnya.
"Call, selepas makan malam, kita mandi bareng yuk?" ajak Sean.
"Ih, ogah Om. Memangnya Om ngga bisa mandi sendiri?" tolak Callista.
"Eh, gak baik loh nolak permintaan suami!" ucapnya.
"Lah, kan kalau permintaannya aneh-aneh, boleh dong nolak," Callista membela diri.
"Ish, kamu nggak keren! Kan sudah dikasih barter PIN uang unlimited," bujuknya.
"Mana? Aku belum menerimanya loh," Callista masih saja berusaha menghindar.
"Mandi bareng, bahagiakan makhluk hidupku, maka PIN akan kamu dapatkan," rayunya lagi.
"Enggak! Om dari kemarin curang terus!" protes Callista. Dia berdiri untuk membereskan bekas piring makan. Dibawanya ke wastafel dapur, lekas dicucinya.
Biang rusuh tak henti-hentinya membuat Callista susah bergerak. Lagi-lagi pelukan mendadak yang didapatkan Callista.
"Om, jangan begini ih. Bisa lama kelarnya tauk!" Callista fokus mencuci piring, tetapi suaminya fokus memeluk dan menggodanya.
"Romantis ya, Call? Aku sudah lama tidak merasakan kebahagiaan seperti ini," Sean mencurahkan isi hatinya.
"Iya, Om. Malam romantis beda generasi," Callista tertawa.
"Apa ada yang lucu?"
"Iyalah, Om yang lucu! Masak beda usia kita hampir seperempat abad," Callista meledek Sean.
"Makanya itu, Call. Lekaslah wujudkan pasal 4 diperjanjian kita," Sean semakin mengeratkan pelukannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
orang
tekdung😔?
2024-01-08
3
N Wage
kasihan anaknya ntar,pergi sekolah dikira diantar sama kakeknya😁
2023-02-28
1
Tulip
bukan duda romatis tapi duda karatan jarang dibelay 😂
2022-08-06
2