Petang itu Mila melaksanakan pekerjaan rumah seperti biasa. Ronald dan Susy akan menghadiri sebuah acara, yang membuat mereka tidak akan makan malam di rumah. Sekitar jam 7 malam Ronald dan Susy pergi untuk menghadiri acara itu. Dua orang Satpam dan seorang yang berambut cepak yang menjadi penjaganya selama ini, sedang bermain catur di pos penjagaan.
Lalu Salah seorang Satpam minta ijin ke toilet. Orang berambut cepak itu kemudian yang menggantikan main catur.
"Kayaknya asyik kalau sambil ngopi. Saya ambil kopi dulu ya," kata Satpam yang masih ada di pos itu.
Tiba-tiba terdengar suara dering ponsel. Orang berambut cepak itu mengangkat panggilan itu.
"Ya, hallo? Apa?! Aku kan pernah bilang, minum pil itu agar tidak hamil! Hhhh ... itu salahmu!" lalu terdengarlah orang berambut cepak itu seperti sedang cekcok dengan orang yang meneleponnya. Ia marah-marah pada penelepon itu. Orang itu beranjak menjauhi pos penjagaan supaya tidak terdengar oleh orang lain.
Pandangan orang berambut cepak itu kadang ke atas, kadang ke bawah, kadang juga ke arah lain. Posisi Orang itu yang menjauh dari pos jaga, menguntungkan Mila untuk kabur dari rumah itu. Mereka tampaknya masih cekcok.
Mila mengendap-endap mendekati gerbang. Menggeser pelan pintu gerbang sedikit. Keluar dengan hati-hati. Mila pun berjalan dengan perlahan meninggalkan gerbang rumah itu. Setelah agak jauh, barulah Mila lari sekencang-kencangnya. Ia terus berlari sampai di tempat yang dirasa aman untuk menelepon Fathir.
"Fathir! Aku sudah keluar dari rumah itu. Aku berada dekat ****mart. Tolong jemput aku! Bawa aku pergi!" kata Mila.
"Kamu tunggulah disana. Aku segera berangkat," jawab Fathir.
Sekitar 20 menit, Fathirpun datang dengan mengendarai mobil Ayahnya. Mila segera naik ke mobil. Mobilpun segera melaju membelah jalanan ibukota.
"Kita mau kemana?" tanya Fathir.
"Aku bingung. Apa sebaiknya ke desaku saja ya?"
"Jangan ke desamu! Bagaimana kalau ke Jawa Timur?Aku ada rumah disana. Aku khawatir kalau ke desamu, suamimu menemukanmu."
"Apa orangtuamu tahu, kamu akan mengantarkanku?"
"Aku hanya pamit untuk mengantar teman," jawab Fathir.
"Maaf. Sudah merepotkanmu."
"Jangan bilang begitu. Aku senang membantumu."
"Kamu orang yang baik, Fathir. Semoga kamu mendapatkan gadis yang baik," kataku tulus.
"Aku tidak dapat mencintai gadis lain."
Akhirnya mereka saling terdiam. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Maafkan aku, Fathir .....," gumam Mila dalam hati.
Sekitar 5 jam perjalanan, mobil berhenti dipinggir jalan.
"Mila, sebaiknya kita beristirahat. Berbahaya kalau sampai aku mengantuk. Aku mau tidur dulu ya setengah jam -an di belakang. Kamu juga tidur ya di sini," kata Fathir
Mila mengangguk. Fathir pindah ke belakang untuk tidur, sedangkan Mila akan tidur di depan saja.
Ketika adzan shubuh berkumandang, Mereka berhenti dan mencari masjid terdekat yang dilalui. Setelah shalat Subuh, mereka mencari warung kopi untuk sarapan. Kebetulan di warung itu ada bubur ayam. Merekapun menikmati bubur ayam. Minumnya Mila memesan teh hangat, sedangkan Fathir memesan kopi hitam.
"Mila ..., kamu makannya kayak anak kecil. Belepotan," Fathir mengusap sudut bibir Mila dengan menggunakan tissu.
Mila tersipu malu.
"Terimakasih," ucap Mila.
"Aku akan mengenang hari ini kebersamaan kita. Semoga kita masih bisa bertemu lagi ya," kata Fathir
"Kita nanti kan masih bisa nelpon, video call, atau kamu bisa main ke rumahku," kata Mila.
"Aku takut kita tidak bisa berjumpa lagi," Fathir terlihat sedih.
"Kamu jangan bicara begitu ah! Memangnya kamu mau kemana?"
"Nona ini tehnya. Dan ini kopinya Tuan," Seorang bapak tukang warung mengantarkan teh dan kopi pesanan Mila dan Fathir. Merekapun menyesap minumannya masing-masing, melupakan pertanyaan Mila. Fathirpun terlihat ceria lagi setelah meminum kopi.
"Ini benar-benar kopi terenak yang pernah kuminum!" ujar Fathir.
"Ah Tuan bisa saja. Terimakasih Tuan, kalau Tuan suka kopi racikan saya,"
Selesai sarapan, mereka melanjutkan perjalanan. Sepanjang perjalanan banyak yang mereka obrolkan. Mulai dari perkuliahan hingga rencana masa depan. Juga hal-hal lucu tentang masa kecil mereka sewaktu di desa.
Mila POV
Rasanya sangat indah kebersamaan kami . Kami merasa bahagia bisa melakukan perjalanan ini berdua. Aku tidak tahu apakah hal ini akan terulang kembali. Jam sudah menunjukkan pukul 06.00 pagi. Fathir menghentikan mobilnya.
"Ada apa Fathir?" tanyaku.
"Aku lupa, stok air mineral kita habis. Sebelum melewati jalanan hutan, kita beli air mineral dulu untuk di jalan," kata Fathir. Aku hanya mengangguk.
Kulihat ada warung di seberang jalan raya. Aku yang akan turun, di cegah oleh Fathir.
"Biar aku saja. Kamu tunggu aja di mobil," kata Fathir.
Akupun menurut. Fathirpun turun dari mobil kemudian menyeberang jalan. Iapun membeli air mineral. Ketika ia menyeberang jalan akan kembali ke mobil, tiba-tiba dari arah yang kami lalui tadi sebuah mobil pick up warna hitam melaju sangat kencang melaju ke arah Fathir yang sedang berjalan sambil tersenyum ke arahku.
Aku menjerit ketika melihat mobil itu akan menabrak Fathir.
"Fathir .... awas!" teriakku panik.
Brak!
Fathir terpelanting dan terseret hingga beberapa meter. air mineral di kantong keresekpun terpelanting. Fathir terkapar dengan darah berceceran di jalan raya. Tapi mobil itu tetap melaju dengan kencang. Fathir menjadi korban tabrak lari.
Orang-orang yang ada disekitar lokasi penabrakan, menghambur ke arah Fathir yang sudah terkapar. Akupun berlari keluar dari mobil dengan histeris.
Kupangku kepala Fathir. Aku tak perduli walau darah membasahi pakaian dan tanganku. Fathir sedang sekarat.
"Ja-ga di-ri ba-ik ba-ik. Kau.... ha-rus ku-at. Laa- illa-ha-illallah!"
"Fathiiiiir .....! Tidaaaaak .....!" Aku menjerit histeris.
"Fathir! Jangan perg! Bangun Fathir, bangun! hiks hiks.....," tangisku pecah, tak tertahan lagi.
"Sabar, nak, sabar ...," orang-orang mengerumuni kami. Fathir sudah tak bernyawa lagi. Rasanya aku lemas dan sangat shock. Aku menangis tersedu-sedu. Tak menyangka Fathir akan pergi secepat itu. Aku menyesali mengapa kejadian ini harus menimpa kami.
Mereka membantuku berdiri dan dibawa duduk ke tempat yang teduh dipinggir jalan. Fathir dibiarkan di posisi semula, karena menunggu polisi datang. Jenazah Fathir ditutup koran.
Aku diberi minum oleh warga. Tak lama Polisi datang. Mereka olah TKP. Kemudian jenazah di bawa ke Rumah Sakit. Sedangkan aku di bawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan.
Setelah aku selesai dimintai keterangan, akupun dipersilahkan duduk di ruang tunggu. Aku sengaja mengatakan pada polisi, tidak punya keluarga. Jangan sampai Ronald dan keluarganya diberitahu. Aku hanya memberitahu tentang keluarga Fathir.
💔💔💔💔💔
Aku berjongkok di depan pusara Fathir. Semua orang yang mengantar ke peristirahatan terakhir Fathir telah meninggalkan areal pemakaman itu. Teman-teman kuliah Fathir, juga teman-teman semasa SMA Fathir meninggalkan pusara Fathir dengan isak tangis, mengenang sosok teman yang sangat mereka sayangi. Ibu dan Ayah Fathirpun tak berkata apa-apa padaku.. Mereka pergi begitu saja. Mereka menyalahkan aku atas kejadian yang menimpa Fathir.
"Fathir, aku tahu kamu orang baik. Allah lebih sayang padamu. hiks hiks ...., maafkan aku kalau selama ini merepotkanmu. Aku juga menyesal, mengapa aku belum menjawab yang sebenarnya pertanyaanmu. Aku belum pernah membuatmu bahagia. Aku hanya ingin kamu tahu. Kalau ... kalau aku juga..... sebenarnya mencintai kamu."
"Tapi aku hanya tidak ingin memberimu harapan, karena aku masih bersuami. Aku ingin kamu mencari gadis lain yang lebih baik. Semoga kamu mendapat bidadari-bidadari di surga."
Kutabur bunga aneka rupa di pusara Fathir. Kupandangi foto Fathir. Kuusap foto Fathir. Air mataku semakin deras mengalir.
"Selamat jalan sahabatku. Semoga kamu tenang dan bahagia di alam sana. Jangan khawatirkan aku. Aku akan baik-baik saja. Aku harus jadi wanita kuat. Aku janji. Aku yakin kematianmu karena ada yang menginginkan kematianmu. Aku akan membalasnya suatu hari nanti."
Milla POV Off
Setelah naik *jol, Mila turun di depan kampusnya. Sore itu kampus terlihat sepi. Hanya sedikit Mahasiswa yang masih lalu lalang di kampus. Kematian Fathir membuat seluruh kampus berduka. Karena Fathir termasuk Mahasiswa yang aktif berorganisasi, banyak teman dan dikenal para dosen.
Milapun duduk di warung bakso menghadap jalan raya di depan kampusnya. Mila memandang gedung kampusnya. Kebetulan di warung bakso itu sedang menyetel musik box dengan lagu yang kebetulan sesuai dengan hati Mila saat ini. Lagu "Mungkin Hari Ini Esok Atau Nanti" dari Anneth Delliecia.
Kuhampiri jalan yang kita lewati
Setiap hari kita di sini
Ku menanti hadirmu 'tuk kembali
Hanya kenangan yang tersisa di sini
Namun s'karang kau t'lah pergi
Dan kuyakini kau takkan kembali
Mungkin hari ini, hari esok, atau nanti
Berjuta memori yang terpatri dalam hati ini
Mungkin hari ini, hari esok, atau nanti
Tak lagi saling menyapa
Meski ku masih harapkanmu
Ku menanti hadirmu 'tuk kembali
Hanya kenangan yang tersisa di sini (namun sekarang)
Namun s'karang kau t'lah pergi (pergi)
Dan kuyakini kau takkan kembali
Mungkin hari ini, hari esok, atau nanti
Berjuta memori yang terpatri dalam hati ini
Mungkin hari ini, hari esok, atau nanti
Tak lagi saling menyapa
Meski ku masih harapkanmu
Sesungguhnya hatiku tak sanggup menerima
Dan lupakan s'galanya
...............
"Mila," seseorang membuyarkan lamunan Mila. Bakso dihadapannya telah dingin.
TO BE CONTINUED
MET LIBURAN. JANGAN LUPA, TINGGALKAN JEJAKMU.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
maya ummu ihsan
ini harusnya Fatir mengusal sudut bibir Mila... bukan bibirku...kan disini menceritakan Mila bukan mila menceritakan dirinya sendiri
2023-03-11
1
maya ummu ihsan
Thor POV nya kok gantu2 gini... mohon di-edit lagi ya..
2023-03-11
1
guntur 1609
si brian yg bodoh. sdh tahu kalau ronald bukan anaknya. tapi mash juga bertahan. anak kandungnya malah di telantarkan dan dijauhi. bodoh
2023-01-16
0