BAB 10. TEMAN MASA KECIL

"Pegang pinggangku erat-erat! Karena begitu lampu hijau menyala, aku mau tancap gas." kata Fathir.

"Jangan ngebut! Kamu kan sudah janji tadi enggak akan ngebut!" kata Mila.

"Aku berubah pikiran. Kayaknya enak, siang-siang gini dipeluk gadis cantik."

"Fathir! Awas kamu kalau macam-macam!" Mila memukul pelan Fathir sambil tertawa. Tentu saja Mila tahu, Fathir hanya bercanda. Tapi Mila akhirnya memegang pinggang Fathir, walau Mila masih menjaga jarak tubuhnya dengan punggung Fathir.

Flashback

"Kayaknya aku familiar sama wajah kamu. Kamu berasal dari mana?" seorang pemuda tampan duduk di sebelah Mila. Mila yang sedang membaca buku di perpustakaan, menghentikan membacanya sejenak.

"Memangnya kamu siapa? Di kota ini aku tak mengenal siapa-siapa selain keluarga Tuan Edwin," jawab Mila.

"Kenalkan, aku Fathir. Memangnya kamu berasal dari mana?"

"Aku berasal dari desa di Jawa Tengah," jawab Mila. Milapun menyebutkan nama desa tempat tinggalnya dulu.

"Serius kamu berasal dari sana?"

"Iya. Masa aku bohong,"

"Sebentar, aku ingat-ingat. Kamu itu Karmila bukan sih? Tapi kayaknya bukan deh. Soalnya teman masa kecilku itu, dulu gendut, hitam, hidup lagi," Fathir tertawa.

Muka Mila merah padam.

"Kamu itu siapa? Suka menghina orang!"

"Eh ...., aku cuma teringat teman masa kecilku di desa itu. Maaf, bukannya bermaksud menghina orang."

"Aku memang Karmila. Aku dulu memang gendut, hitam, jelek!" Mila bangkit dari kursinya kemudian akan melangkah pergi. Fathir terkesiap.

"Jangan marah dong. Maaf. Kalau memang kamu betul-betul Karmila yang kukenal dulu. Kamu masih ingat aku?" Fathir memegang bahu Mila, menyuruh Mila duduk lagi.

Mila mencoba mengingat-ingat.

"Aku Fathir Al Farizi. Kakek dan Nenekmu dulu bekerja di sawah orangtuaku, Pak Heri dan Bu Wiwin."

"Fathir Si Ceking itu?"

"Kamu selalu menyebutku begitu," Fathir tersungut-sungut.

"Jadi benar, kamu Si Ceking?!" Mila berbinar-binar.

"Hei! Jangan berisik! Kalau mau mengobrol, harap keluar!" seseorang berbicara dengan lantang memperingatkan mereka.

Fathir segera mengajak Mila keluar dari ruang perpustakaan.

"Kamu itu dari dulu senang ya ngeledek aku? Itu kan dulu. Sekarang bodyku atletis, wajahku ganteng, bikin gadis-gadis terpesona," jawab Fathir kemudian dengan percaya diri.

Mila terbahak. Rasanya ia gembira bercampur sebal berjumpa dengan teman masa kecilnya dulu.

"Fathir, Fathir ...! Kamu enggak berubah ya! Tetap menyebalkan seperti dulu!"

"Tapi ngangenin kan?" alis Fathir turun naik, menggoda Mila.

"Ih sorry ya, enggak tuh!"

"Mila, kamu tinggal dimana sekarang? Kok kamu bisa ada di Jakarta?"

"Ceritanya panjang," Milapun kemudian bercerita tentang keberadaannya bisa tinggal di Jakarta. Tapi Mila tidak bercerita tentang pernikahannya. Baginya terlalu sakit menceritakan dirinya yang menjadi seorang istri yang tidak dianggap oleh suaminya

"Kalau kamu, kenapa dulu pindah dari desa? Waktu itu aku masih kecil, jadi tidak mengerti, kenapa kamu tiba-tiba pergi dari desa tanpa pamit padaku dan teman-teman yang lain," Mila ingin tahu.

"Bapakku pindah tugas secara mendadak dari kantornya. Jadi aku belum sempat berpamitan pada kalian. Maaf ya!" Fathir menangkupkan tangannya.

"Huh, teman-teman pada kecewa, tahu!" kata Mila kesal.

"Maaf. Nanti kapan-kapan kita ke desa yuuk! Mengenang masa kecil!" ajak Fathir.

"Boleh! Kapan kapan ya!"

"Ngomong-ngomong, kamu jurusan apa?" Fathir mengajak Mila duduk di bangku taman.

"Aku jurusan Public Relation,"

"Oh, kalau aku, jurusan Teknik Informatika," Fathir memberitahu tanpa diminta.

"Kamu ada kuliah enggak setelah ini?" lanjut Fathir.

"Dua jam lagi ada kuliah," jawab Mila.

"Ya udah, ikut aku main ke rumahku yuuk! Ibu pasti senang ketemu kamu."

"Jauh enggak?"

"Enggak, cuma lima belas menit dari sini,."

"Oke deh! Aku pengen ketemu sama Bu Wiwin. Rasanya senang banget di Jakarta ketemu sama orang yang dulu tinggal sedesa,"

Fathirpun mengajak Mila naik motornya. Untung Fathir selalu membawa helm satu lagi di jok motornya. Fathir membantu memasangkan helm pada Mila. Jarak keduanya amat dekat. Fathir tertegun. Mila juga tertegun. Ada perasaan aneh yang berdesir-desir di hati mereka.

Flashback off

Mereka tiba di rumah Fathir. Rumah Fathir sangat asri. Walau tidak terlalu besar, tapi rumah itu tertata apik, mencerminkan penghuninya yang rajin dan punya rasa estetika tinggi.

"Assalamualaikum ...., Bu ..., Ibu ...!" Fathir membuka handel pintu depan.

"Ayo, masuk, Mila," ajak Fathir.

"Kamu duduk aja dulu di sini, nanti aku panggil.Ibu," kata Fathir sambil terus masuk ke dalam.

Mila duduk di kursi ruang tamu. Netranya melihat ke seluruh ruang tamu. Ada foto dengan pigura besar. Disana. Terpampang foto Bapak dan Ibu Fathir dengan Fathir ditengah-tengah. Fathir ternyata anak tunggal. Mila kira Fathir punya adik setelah pindah dari desanya.

"Eh ... ada tamu," Ibu Fathir keluar dari dalam, diikuti Fathir dibelakangnya.

"Ibu, masih ingat enggak? Ini Karmila. Mila, cucunya Pak Haris di desa dulu," terang Fathir.

"Cucunya Pak Haris dan Bu Nina itu?! Ya ampun .... sudah gadis! Cantik lagi! Apa kabarmu, Nduk?" Bu Wiwin menyambut Mula dengan ramah.

"Baik, Bu. Ibu masih seperti dulu, masih tetap cantik!" puji Mila sambil salam takzim pada Ibu Fathir.

"Ah, bisa saja! Ibu sudah tua kok!" Bu Wiwin tersenyum malu.

"Duduk di sini, Nduk!" Bu Wiwin mengajak Mila duduk di sebelahnya di sofa panjang.

"Kamu bisa ada di Jakarta, gimana ceritanya? Kakek dan Nenekmu mana?" berondong Bu Wiwin.

"Nenek sudah meninggal, Kakek juga," jawab Mila sendu.

"Innalillahi ....! Kamu di Jakarta tinggal sama siapa?" tanya Bu Wiwin lagi.

Milapun menceritakan kisahnya. Seperti pada Fathir, Mila tidak menceritakan perihal pernikahannya. Karena nanti akan ada banyak pertanyaan yang tidak bisa dijawab Mila. Mila tidak ingin orang lain tahu kesedihannya.

"Baik sekali Tuan Edwin. Ibu pernah dengar nama itu. Tuan Edwin itu Pengusaha sukses ya Le?" Bu Wiwin bertanya pada Fathir.

"Iya, Bu."

"Tapi sekarang, Kakek sedang sakit. Tubuhnya lemah, tidak bisa kemana-mana. Mungkin karena faktor usia. Sekarang perusahaannya dipegang Anak dan cucunya," jelas Mila.

Dan mengalirkan cerita keduanya tentang masa lalu. Masa mereka tinggal di desa. Masa Kakek dan Nenek Mila bekerja mengolah sawah keluarga Fathir.

Fathir senang melihat Ibu dan Mila tampak akrab. Tidak ada rasa canggung diantara keduanya. Seperti dua orang sahabat yang lama tidak bertemu.

"Fathir itu kalau ditanya soal pacar, selalu mengelak. Ibu tidak tahu, dia yang tidak laku atau bingung memilih cewek," ujar Bu Wiwin

"Belum ketemu yang sreg, Bu," jawab Fathir.

"Ini gadis di samping Ibu sepertinya cocok sama kamu," kata Bu Wiwin membuat wajah Fathir dan Mila bersemu merah.

"Le, ajak Mila makan gih! Ibu sudah masak ikan goreng, dan sambal. Ibu mau shalat dulu. Nanti kalian setelah makan shalat dulu sebelum kembali ke kampus. Supaya tenang kalau sudah shalat," perintah Bu Wiwin. Keluarga Bu Wiwin dari dulu memang religius setahu Mila.

"Siap, laksanakan, Nyonya," jawab Fathir.

"Ish, kamu itu!" Bu Wiwin melotot tapi sambil tersenyum.

🌺🌺🌺🌺

"Kamu dari mana saja?! Ku telpon tidak diangkat-angkat?" Ronald mengikuti langkah Mila yang akan masuk ke kamarnya. Kamar mereka kini terpisah. Jadi Ronald tidak bisa seenaknya pada Mila.

"Sudah aku katakan. Aku habis kuliah!" jawab Mila.

"Bohong! Hari ini Arga tidak menjemputmu. Katanya kamu sudah ada yang mengantar pulang? Siapa?!"

"Sejak kapan kamu ikut campur urusanku? Aku juga tidak ikut campur urusanmu yang selalu pulang larut malam. Malah kadang tidak pulang. Aku bukan siapa-siapa kamu. Itu kan yang kamu katakan?!" kata Mila tajam.

"Kamu istriku! Aku berhak mengatur kamu! Kamu harus menurut padaku!" Ronald mencengkeram bahu Mila yang akan masuk kamar.

"Pergilah! Aku muak sama kamu! Aku hanya seorang istri di atas kertas. Di buku nikah! Dalam kenyataannya, kamu lebih mengistimewakan Susy, kekasihmu!"

"Dia juga istriku! Kamu jangan lupa! Jadi aku harus memperhatikannya,"

"Bagaimana dengan aku? Apa yang kau perhatikan? Kamu hanya ingin menguasai dan mengatur hidupku! Tidak lebih dari itu!'"Mila menatap Ronald dengan tajam.

"Perempuan seperti kamu tidak layak diperlakukan baik-baik! Kamu telah merusak hubunganku dengan Kakekku sendiri! Kakek lebih menyayangimu! Kamu juga telah mengacaukan rencana masa depanku dengan Susy, sehingga kami hanya bisa menikah siri, gara-gara kehadiranmu!" Ronald berkata tidak kalah sengit.

"Ya sudah, ceraikan saja aku! Beres kan?!" tantang Mila.

Plak!

Ronald menampar Mila dengan keras.

"Beraninya kamu berkata begitu! Aku tidak akan melepaskanmu, sebelum aku sendiri yang melepaskanmu!" murka Ronald.

Mila meringis menahan sakit di pipinya.

"Kamu berkata seperti itu karena sudah punya pacar heh? Kamu kira kamu akan seenaknya berbuat semaumu?"

"Pacar apa? Jangan .mengada-ngada!" Mila tidak terima

"Kamu memang cewek penggoda ya? Mula-mula Arga. Sekarang cowok bermotor itu,!"

"Itu teman masa kecilku! Aku dan Arga juga hanya berteman!"

"Cih, dasar perempuan buaya! Kamu tidak puas hanya dengan satu laki-laki ya? Dasar p*l*c*r!" kata Ronald sambil menoyor kepala Mila.

"Br*ngs*k! Aku bukan perempuan semacam itu! Kamu keterlaluan, sudah menghinaku!"

"Kau memang p*l*c*r! Kamu bersembunyi di balik wajah polosmu! Kamu sekarang menampakkan sifat aslimu! Kakek terkecoh oleh penampilan luarmu! Kalau aku, tidak akan bisa kau kelabui!" Ronald mencengkeram kedua pipi Mila dengan satu tangannya. Mila berusaha melawan.

"Hei ada apa ini?" Tuan Brian yang naik ke lantai dua yang akan masuk ke kamarnya, melihat keributan antara Ronald dan Mila.

"Biasa Pa. Suami istri beradu paham, itu biasa kan?" jawab Ronald sambil beranjak pergi untuk turun ke lantai dasar.

"Mila, kau tak apa-apa?" Tuan Brian melihat Mila dengan khawatir.

"Tidak apa-apa, Pa. Mila mau masuk kamar dulu, Pa."

"Kamu tidak sekamar dengan Ronald?" Tuan Brian heran Mila akan masuk kemar Mila yang dulu.

"Biarkan kami saling introspeksi, Pa,"

Tuan Brian mengangguk.

"Semoga masalah diantara kalian cepat diselesaikan. Tidak baik menyimpan masalah terlalu lama," nasehat Tuan Brian.

"Ya, Pa. Mila istirahat dulu ya, Pa?"

Tuan Brian Mengangguk sambil tersenyum. Tuan Brianpun masuk ke kamarnya yang terletak agak jauh dari kamar Ronald dan Mila.

Mila menghempaskan tubuhnya ke ranjang. Hatinya benar-benar sakit mendapat penghinaan dari Ronald. Bisa-bisanya suaminya menuduhnya sebagai perempuan rendah.

Apakah salah jika aku punya teman? Di Jakarta ini aku tidak mengenal siapapun. Pertama aku berteman dengan Arga, supir Tuan Edwin. Lalu sekarang aku bertemu dengan Fathir, teman masa kecilku.

Mengapa Ronald menuduhku sekeji itu? Apakah aku berdosa tidak patuh padanya? Bagaimana aku bisa menganggapnya suami, kalau dia sendiri tidak menganggapku sebagai istri? Aku dianggapnya seperti tawanan, yang dengan keberadaanku sebagai istrinya dapat menjamin harta yang akan diwariskan padanya.

Aku harus mengakhiri pernikahan ini! Tidak ada cinta diantara kami. Ronald cuma ingin menyakitiku karena pernikahan ini. Nanti aku harus bicara pelan-pelan pada Kakek.

Drt drtt drttt

Ponsel Mila bergetar.

"Ya, hallo?"

"Mila, hari Minggu besok, keluargaku akan mengunjungi makam Nenek dan Kakekku di desa!.Kamu mau ikut tidak? Kita akan mengunjungi teman-teman kecil kita yang masih tinggal di sana juga!" Fathir berkata dengan antusias.

"Maaf, Fathir. Aku tidak bisa ikut,"

"Lho, kenapa? Ini kesempatan kita bertemu teman-teman. Kamu juga bisa mengunjungi makam Kakek dan Nenekmu,"

"Aku sebenarnya ingin. Tapi aku tidak bisa pergi. Kesehatan Kakek sedang memburuk. Aku tidak bisa pergi jauh-jauh," jawab Mila beralasan.

"Begitu ya? Sayang sekali ya. Ya sudah, mungkin kita bisa pergi bersama lain kali. Kamu yang sabar ya. Semoga Kakek Edwin cepat sembuh," ucap Fathir tulus

"Terimakasih ya Fathir. Salam untuk Bapak dan Ibu," kata Mila.

Klik!

Ponselpun dimatikan. Mila baru saja akan memejamkan mata, ketika seseorang dengan kasar membuka pintu kamarnya.

"Mila, cepat turun! Kakek memanggilmu!" bentak Ronald.

Mila yang terkejut masih terpaku di ranjang.

"Hei budek! Cepat turun! Kakek memanggilmu!"

Dengan tergesa Mila keluar dari kamar, melewati sosok yang dibencinya. Ia segera turun ke lantai bawah untuk menemui Tuan Edwin. Sudut matanya basah oleh air mata yang menetes tanpa bisa di cegah. Ronald memang benar-benar kasar! Tidak punya perasaan!

"Kakek, Mila di sini, Kek! Kakek bertahanlah!" Mila menggenggam tangan Tuan Edwin. Tuan Edwin sudah tak sadarkan diri.

"Tuan Edwin harus segera di bawa ke Rumah Sakit! Kanker otaknya semakin menjalar kemana-mana," kata Dokter Ferry yang telah memeriksanya.

"Kanker otak?!" Mila terkejut baru mendengar hal ini.

"Rafael! Siapkan pesawat pribadi! Papa akan dibawa berobat ke Singapura sekarang!" terdengar Tuan Brian menelepon seseorang.

Tuan Brian merasa sedikit kesal dan khawatir. Selama ini Papanya menolak untuk berobat ke Singapura atau negara lainnya demi kesembuhan penyakitnya. Papanya hanya ingin berobat di Jakarta saja, tidak mau meninggalkan Mila. Sehingga beginilah akibatnya. Penyakitnya semakin parah.

Untuk melakukan operasi, Tuan Brian tidak mau mengambil resiko. Resikonya sangat besar untuk operasi kanker otak. Bila gagal, bisa menyebabkan kematian. Dan resiko kegagalannya cukup besar. Sehingga selama ini Tuan Edwin hanya melakukan kemoterapi dan pengobatan lainnya.

"Kakek! Mila ikut Kakek! Mila ikut ....!" teriak Mila mengikuti Tuan Edwin yang sudah dipindahkan ke brankar dan di dorong keluar kamar menuju halaman belakang rumah dimana pesawat pribadi sudah menanti.

"Kamu tunggu saja di rumah! Papa akan kasih kabar setiap ada perkembangan Kakek, oke?" Tuan Brian menepuk bahu Mila.

Nyonya Jeny sudah ada di dalam pesawat. Tuan Edwinpun kemudian oleh petugas suruhan Tuan Brian, di masukkan ke dalam pesawat. Tuan Brian melambaikan tangannya pada Mila dan Ronald serta para pelayan yang melihat kepergian Tuan Edwin untuk berobat.

"Kakeeek .....!"

TO BE CONTINUED

Maaf. Banyak typo. Sudah diperbaiki. Kalau masih ada juga. Harap maklum.

Happy reading ya Readers! Bagi para Author lain yang mendukung karya saya, harap sabar ya jika saya belum mengunjungi karya kalian, karena saya minggu-minggu ini sibuk berat. Nanti kalau kesibukannya berkurang, karya kalian akan saya baca kok!

Terpopuler

Comments

Nanikk Tjahya Suryani

Nanikk Tjahya Suryani

𝚕𝚎𝚖𝚋𝚎𝚔 𝚋𝚐𝚝 𝚔𝚛𝚊𝚔𝚝𝚎𝚛 𝚜𝚒 𝚖𝚒𝚕𝚊...

2024-01-28

0

auliasiamatir

auliasiamatir

kuharap Mila punya kuasa untuk melawan Ronald

2022-08-31

0

Syifa Binti Ismail

Syifa Binti Ismail

kakek Edwin cepat sembuh..kakek Edwin jng pergi dulu..kasian Mila g punya siapa2..jng tinggali Mila dng suami yg g punya hati ..

2022-03-22

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1. PERTEMUAN DUA SAHABAT
2 BAB 2. PERNIKAHAN MILA DAN RONALD
3 BAB 3 BULAN MADU UNTUK RONALD DAN MILA
4 BAB 4. PERHATIAN MILA
5 BAB 5. DIMANAKAH RONALD?
6 BAB 6. ISTRI YANG TAK DIANGGAP
7 BAB 7. MERASA BERSALAH
8 BAB 8. CANTIK NAN EKSOTIS
9 BAB 9. MARAH ATAU CEMBURU?
10 BAB 10. TEMAN MASA KECIL
11 BAB 11. TINGGAL SERUMAH DENGAN SUSY
12 BAB 12. SUSY HAMIL
13 BAB 13. TUAN EDWIN MENINGGAL
14 BAB 14. PEWARIS
15 BAB 15 APA SALAHKU
16 BAB 16 UNGKAPAN HATI FATHIR
17 BAB 17. PESTA PERNIKAHAN RONALD DAN SUSY
18 BAB 18. KASIH TAK SAMPAI
19 BAB 19. NASIB BURUK
20 BAB 20. BERTAHAN HIDUP
21 BAB 21. TAK SESUAI HARAPAN
22 BAB 22. PERTEMUAN DENGAN RICHARD
23 BAB 23. KENANGAN BURUK YANG INGIN DILUPAKAN
24 BAB 24. MERINDUKANMU
25 BAB 25. TOLONGLAH AKU YA TUHAN
26 BAB 26. MENJALANKAN MISI
27 BAB 27. PERSEKONGKOLAN MENANTU DAN MERTUA
28 BAB 28. ANUGRAH DAN BENCANA
29 BAB 29 MISI RAHASIA DOKTER CLARK
30 BAB 30. WAJAH BARU, IDENTITAS BARU
31 BAB 31. KISAH TENTANG MONICA
32 BAB 32. MEMBALASKAN SAKIT HATI MONICA (PART 1)
33 BAB 33. MEMBALASKAN SAKIT HATI MONICA ( PART 2 )
34 BAB 34. MILA SIAP BERAKSI
35 BAB 35. MENJADI WANITA PENGGODA
36 BAB 36. MENGADU DOMBA
37 BAB 37. USAHA SUSY
38 BAB 38. SIASAT MONICA
39 BAB 39. MENJERAT NYONYA JENY
40 BAB 40. KEPULANGAN RICHARD
41 BAB 41 BUKAN NYONYA JENY YANG DULU LAGI
42 BAB 42. BEGINIKAH RASANYA
43 BAB 43 KECURIGAAN RICHARD
44 BAB 44. MALU SEUMUR HIDUP
45 BAB 45. MERAYAKAN KEBERHASILAN
46 BAB 46. KAUKAH ITU?
47 BAB 47. TERPURUK
48 BAB 48. KARMA UNTUK SUSY PART 1
49 BAB 49 KARMA UNTUK SUSY PART 2
50 BAB 50 JIMY TAK BISA BERKUTIK
51 BAB 51 KEBAIKAN HATI GISEL
52 BAB 52. PERTUNJUKAN SEGERA DIMULAI
53 BAB 53. SALING BALAS
54 BAB 54 ADA YANG CEMBURU
55 BAB 55. WILL YOU MARRY ME?
56 BAB 56 JIMY KAPOK
57 BAB 57. KEJUTAN UNTUK RONALD
58 BAB 58. BAHAGIAMU, DUKAKU
59 BAB 59. RESTU
60 BAB 60. SIAPA ERIKA?
61 BAB 61. ERIKA ANAKKU!
62 BAB 62. USAHA RONALD
63 BAB 63. DERITA SUSY
64 BAB 64. DULU CINTA, SEKARANG BENCI
65 BAB 65. HANYA MASA LALU
66 BAB 66. MENAKLUKKANMU
67 BAB 67. MENGUNJUNGI KELUARGA
68 BAB 68 KEROKAN
69 BAB 69 BULAN MADU IMPIAN
70 BAB 70. INVESTASI MENGIKAT
71 BAB 71. KABAR GEMBIRA DAN KABAR SEDIH
72 BAB 72. DUA BERITA DUKA UNTUK RONALD (TAMAT SEASON 1)
73 (SEASON 2) BAB 73. HARI KEBEBASAN RONALD
74 (SS 2 ) BAB 74 PERTEMUAN PAPA DAN ANAK
75 (SS 2) BAB 75 ERIKA TINGGAL DENGAN PAPANYA
76 (SS 2) BAB 76. JATUH CINTA
77 (SS 2) BAB 77. KETIKA KESETIAAN DIUJI
78 (SS 2) BAB 78. ANDRA BERUBAH
79 (SS 2) BAB 79. BUKTI CINTA ERIKA
80 (SS 2) BAB 80 TEGAS
81 (SS 2) BAB 81 HEMPASKAN BENALU
82 (SS 2) BAB 82. MAAFKAN PAPA, NAK!
83 (SS 2) BAB 83. BERTEMU COWOK MENYEBALKAN ITU LAGI
84 (SS 2) BAB 84. GADIS YANG DIRINDUKAN
85 (SS 2) BAB 85 UNGKAPAN CINTA REYHAN
86 (SS 2) BAB 86. BERBESAN
87 (SS 2) BAB 87 PENYESALAN ANDRA
88 (SS 2) BAB 88 MENGAJAKMU KEMBALI
89 (SS 2) BAB 89 KETIKA DUDA DAN JANDA JATUH CINTA
90 (SS 2) BAB 90 RESTU DARI PAPA SAMBUNG
91 (SS 2) BAB 91 DIGIGIT SERANGGA
92 (SS 2) BAB 92. KISAH MASA LALU TIKA
93 (SS 2) BAB 93. NASIB TRAGIS KELUARGA PAKDHE
94 (SS 2) BAB 94. DERITA TIKA (FLASBACK)
95 (SS 2) BAB 95. PERNIKAHAN RONALD DAN TIKA
96 (SS 2) BAB 96. BIKIN IRI SATU RT
97 (SS 2) BAB 97. SENJATA MAKAN TUAN
98 (SS 2) BAB 98. NASIB TIGA PECUNDANG
99 (SS 2) BAB 99. ADA UDANG DI BALIK BATU
100 (SS 2) BAB 100. AYAH DURJANA
101 (SS 2) BAB 101. UNTUK TERAKHIR KALINYA
102 (SS 2) BAB 102 KEHAMILAN TIKA
103 (SS 2) BAB 103. BERTEMU MANTAN
104 (SS 2 ) BAB 104. TAK ADA LAGI HARAPAN
105 (SS 2) BAB 105. AIB ITU MASIH TERASA
106 (SS 2 ) BAB 106. TRAGEDI MEMBAWA BERKAH
107 (SS 2) BAB 107. HARI BAHAGIA ERIKA DAN REYHAN
108 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 108 Episodes

1
BAB 1. PERTEMUAN DUA SAHABAT
2
BAB 2. PERNIKAHAN MILA DAN RONALD
3
BAB 3 BULAN MADU UNTUK RONALD DAN MILA
4
BAB 4. PERHATIAN MILA
5
BAB 5. DIMANAKAH RONALD?
6
BAB 6. ISTRI YANG TAK DIANGGAP
7
BAB 7. MERASA BERSALAH
8
BAB 8. CANTIK NAN EKSOTIS
9
BAB 9. MARAH ATAU CEMBURU?
10
BAB 10. TEMAN MASA KECIL
11
BAB 11. TINGGAL SERUMAH DENGAN SUSY
12
BAB 12. SUSY HAMIL
13
BAB 13. TUAN EDWIN MENINGGAL
14
BAB 14. PEWARIS
15
BAB 15 APA SALAHKU
16
BAB 16 UNGKAPAN HATI FATHIR
17
BAB 17. PESTA PERNIKAHAN RONALD DAN SUSY
18
BAB 18. KASIH TAK SAMPAI
19
BAB 19. NASIB BURUK
20
BAB 20. BERTAHAN HIDUP
21
BAB 21. TAK SESUAI HARAPAN
22
BAB 22. PERTEMUAN DENGAN RICHARD
23
BAB 23. KENANGAN BURUK YANG INGIN DILUPAKAN
24
BAB 24. MERINDUKANMU
25
BAB 25. TOLONGLAH AKU YA TUHAN
26
BAB 26. MENJALANKAN MISI
27
BAB 27. PERSEKONGKOLAN MENANTU DAN MERTUA
28
BAB 28. ANUGRAH DAN BENCANA
29
BAB 29 MISI RAHASIA DOKTER CLARK
30
BAB 30. WAJAH BARU, IDENTITAS BARU
31
BAB 31. KISAH TENTANG MONICA
32
BAB 32. MEMBALASKAN SAKIT HATI MONICA (PART 1)
33
BAB 33. MEMBALASKAN SAKIT HATI MONICA ( PART 2 )
34
BAB 34. MILA SIAP BERAKSI
35
BAB 35. MENJADI WANITA PENGGODA
36
BAB 36. MENGADU DOMBA
37
BAB 37. USAHA SUSY
38
BAB 38. SIASAT MONICA
39
BAB 39. MENJERAT NYONYA JENY
40
BAB 40. KEPULANGAN RICHARD
41
BAB 41 BUKAN NYONYA JENY YANG DULU LAGI
42
BAB 42. BEGINIKAH RASANYA
43
BAB 43 KECURIGAAN RICHARD
44
BAB 44. MALU SEUMUR HIDUP
45
BAB 45. MERAYAKAN KEBERHASILAN
46
BAB 46. KAUKAH ITU?
47
BAB 47. TERPURUK
48
BAB 48. KARMA UNTUK SUSY PART 1
49
BAB 49 KARMA UNTUK SUSY PART 2
50
BAB 50 JIMY TAK BISA BERKUTIK
51
BAB 51 KEBAIKAN HATI GISEL
52
BAB 52. PERTUNJUKAN SEGERA DIMULAI
53
BAB 53. SALING BALAS
54
BAB 54 ADA YANG CEMBURU
55
BAB 55. WILL YOU MARRY ME?
56
BAB 56 JIMY KAPOK
57
BAB 57. KEJUTAN UNTUK RONALD
58
BAB 58. BAHAGIAMU, DUKAKU
59
BAB 59. RESTU
60
BAB 60. SIAPA ERIKA?
61
BAB 61. ERIKA ANAKKU!
62
BAB 62. USAHA RONALD
63
BAB 63. DERITA SUSY
64
BAB 64. DULU CINTA, SEKARANG BENCI
65
BAB 65. HANYA MASA LALU
66
BAB 66. MENAKLUKKANMU
67
BAB 67. MENGUNJUNGI KELUARGA
68
BAB 68 KEROKAN
69
BAB 69 BULAN MADU IMPIAN
70
BAB 70. INVESTASI MENGIKAT
71
BAB 71. KABAR GEMBIRA DAN KABAR SEDIH
72
BAB 72. DUA BERITA DUKA UNTUK RONALD (TAMAT SEASON 1)
73
(SEASON 2) BAB 73. HARI KEBEBASAN RONALD
74
(SS 2 ) BAB 74 PERTEMUAN PAPA DAN ANAK
75
(SS 2) BAB 75 ERIKA TINGGAL DENGAN PAPANYA
76
(SS 2) BAB 76. JATUH CINTA
77
(SS 2) BAB 77. KETIKA KESETIAAN DIUJI
78
(SS 2) BAB 78. ANDRA BERUBAH
79
(SS 2) BAB 79. BUKTI CINTA ERIKA
80
(SS 2) BAB 80 TEGAS
81
(SS 2) BAB 81 HEMPASKAN BENALU
82
(SS 2) BAB 82. MAAFKAN PAPA, NAK!
83
(SS 2) BAB 83. BERTEMU COWOK MENYEBALKAN ITU LAGI
84
(SS 2) BAB 84. GADIS YANG DIRINDUKAN
85
(SS 2) BAB 85 UNGKAPAN CINTA REYHAN
86
(SS 2) BAB 86. BERBESAN
87
(SS 2) BAB 87 PENYESALAN ANDRA
88
(SS 2) BAB 88 MENGAJAKMU KEMBALI
89
(SS 2) BAB 89 KETIKA DUDA DAN JANDA JATUH CINTA
90
(SS 2) BAB 90 RESTU DARI PAPA SAMBUNG
91
(SS 2) BAB 91 DIGIGIT SERANGGA
92
(SS 2) BAB 92. KISAH MASA LALU TIKA
93
(SS 2) BAB 93. NASIB TRAGIS KELUARGA PAKDHE
94
(SS 2) BAB 94. DERITA TIKA (FLASBACK)
95
(SS 2) BAB 95. PERNIKAHAN RONALD DAN TIKA
96
(SS 2) BAB 96. BIKIN IRI SATU RT
97
(SS 2) BAB 97. SENJATA MAKAN TUAN
98
(SS 2) BAB 98. NASIB TIGA PECUNDANG
99
(SS 2) BAB 99. ADA UDANG DI BALIK BATU
100
(SS 2) BAB 100. AYAH DURJANA
101
(SS 2) BAB 101. UNTUK TERAKHIR KALINYA
102
(SS 2) BAB 102 KEHAMILAN TIKA
103
(SS 2) BAB 103. BERTEMU MANTAN
104
(SS 2 ) BAB 104. TAK ADA LAGI HARAPAN
105
(SS 2) BAB 105. AIB ITU MASIH TERASA
106
(SS 2 ) BAB 106. TRAGEDI MEMBAWA BERKAH
107
(SS 2) BAB 107. HARI BAHAGIA ERIKA DAN REYHAN
108
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!