Ronald tak henti-hetntinya memaki sepanjang jalan. Panggilannya pada ponsel MIla dan Arga tak digubris. Mereka tidak mengangkat panggilan teleponnya. Padahal ia sudah wanti-wanti pada Mila dan Arga, agar mereka menghubunginya jika Mila sudah selesai treatment di klinik kecantikan.
Jika mereka telah tiba di rumah tanpa Ronald, bisa jadi masalah besar bagi Ronald. Apalagi jika Kakeknya sampai tahu yang dilakukannya.
"Br*ngs*k! Mereka sengaja rupanya bikin aku susah! Awas kau, Mila, Arga!" geram Ronald.
Ronaldpun tiba di rumah.. Ia segera menyimpan mobilnya di garasi. Mobil kakeknya yang dikendarai Arga tadi juga ada. Ketika Ronald masuk ke rumah, tampak kakeknya sedang dikelilingi keluarganya.
"Ronald! Kebetulan kau datang!" seru Tuan Edwin.
Ronald melihat ada beberapa orang pelayan di sana. Arga juga ada.
"Ada apa ini?" Ronald bertanya.
"Kakek hari ini ulangtahun. Kita baru ingat tadi siang. Jadi Mama sambil pulang dari kantor membeli kue tart. Kamu kemana saja,, kenapa pulangnya tidak dengan Mila?"
"Semoga bukan karena wanita bernama Susy. Walau Kakek sakit, Kakek dapat bertindak yang tidak kamu sangka-sangka. Batas toleransi Kakek sudah habis," kata Tuan Edwin tajam.
"Te-tentu saja tidak Kek. Aku tadi menyuruh Arga untuk mengantarkan Mila pulang duluan. Karena tiba-tiba ada masalah kecil di kantor. Jadi aku harus menyelesaikan masalah itu ke kantor, iya kan Mila, Arga?" Ronald meminta persetujuan Mila dan Arga tentang pernyataannya.
"Iya, Kek. Kak Ronald kan selalu mengutamakan pekerjaan kantor. Pekerjaan kantor adalah laksana istri kedua baginya. Begitu kan Kak Ronald?" Mila menyindir Ronald. Membuat wajah Ronald merah padam
Hening. Tak ada seorangpun yang berkomentar. Situasi itu kalau dibiarkan akan memanas. Dan itu membahayakan Ronald. Tuan Brian segera berinisiatif
"Nah, karena kita sudah berkumpul semua, mari kita rayakan ulangtahun Papa," kata Tuan Brian.
"Sebentar! Di kemejamu ada noda lipstik warna merah. Sedangkan istrimu memakai lipstik warna jingga," Tuan Edwin memicingkan netranya, seolah-olah menelisik kejujuran Ronald.
"Oh, ini, aku tadi menabrak seorang ibu paruh baya yang bawa belanjaan banyak waktu sedang berjalan tergesa." jawab Ronald dengan hati berdebar, takut kebohongannya terbongkar.
"Kamu kan dari kantor, kenapa bisa menabrak ibu-ibu yang bawa belanjaan? Memangnya kamu habis dari pasar atau mall?" Tuan Edwin semakin teliti.
"Sudahlah, Pa. Mungkin benar apa yang dikatakan Ronald. Kita lanjut acara tiup lilin ya," Nyonya Jeny mengalihkan pembicaraan agar Ronald tidak diintrogasi Kakeknya terus.
Mila tersenyum di sudut bibirnya. Sementara Arga menahan senyumnya sambil menunduk. Tidak berani mentertawakan majikannya. Muka Ronald sudah terlihat tegang dan panik soalnya.
Acara perayaan ulang tahun Tuan Edwinpun selesai. Setelah ucapan selamat ulangtahun dari seluruh orang yang berada di rumah itu, mereka memakan kue tart bersama, kemudian merekapun bubar. Para pelayan melanjutkan aktivitasnya. Tuan Edwin, Tuan Brian, Nyonya Jeny, Mila dan Ronald masuk ke kamarnya. Sedangkan Arga pamit pulang.
Ketika masuk kamar, Ronald menarik tangan Mila. Sehingga Mila menabrak dada bidang Ronald. Wajah Ronaldpun amat dekat dengan wajah Mila.
"Kamu sudah berani ya sekarang? Mau melawanku? Kamu belum jera siksaanku yang kemarin!?!" Ronald menatap tajam pada Mila, mengintimidasi agar Mila takut.
Mila malah balas menatap Ronald dengan berani. Membuat Ronald habis kesabaran. Bibir Ronald segera meraup bibir Mila dengan kasar. Kepala Mila dipegang kedua tangan Ronald, sehingga Mila tidak bisa berkutik. Ronald memag*t bibir Mila dengan keras. Membuat Mila meringis kesakitan.
Setelah beberapa saat, Mila berhasil melepaskan diri dari Ronald. Bibir Mila bengkak.
"Dasar orang tidak waras! Kamu jilat ludah kamu sendiri! Kamu pernah bilang jijik padaku! Kamu malah menciumku. Dasar sint*ng!" maki Mila sambil meringis.
Ronald malah menyeringai. Hatinya belum puas menyakiti Mila. Ronald menarik Mila lagi. Kali ini dihempaskan ke ranjang. Dengan cepat, Ronald menindih tubuh Mila. Ditahannya tangan Mila.. Baju Mila disingkapkan ke atas. Bungkus bukit kembar Mila juga disingkapkan ke atas Tampaklah kedua bukit kembar Mila yang cukup besar.
Ronald tersenyum senang. Mila masih memberontak.
"Apa yang akan kau lakukan, br*ngs*k! Dasar b*jing*n! Beraninya melawan perempuan!"
Ronald segera mendaratkan bibirnya pada bukit kembar itu. Tangan satunya menangkis tangan Mila yang memberontak dan memukul serta mendorong tubuh Ronald. Sedangkan tangan satunya lagi meremas bukit kembar Mila, sambil bibirnya terus menggigit kecil-kecil bukit kembar Mila. Tak lupa, ia meny*d*t daging kecil dipuncak bukit itu.
"Aaaah ....," teriak Mila. Mila menangis. Ia masih berusaha melawan Ronald. Tapi tenaganya kalah. Ia tak bisa melawan tubuh besar dan tangan kekar Ronald.
Bibir Ronald membuatnya sakit. Sakit tapi nikmat.
Ah .... pikiran macam apa itu? rutuk Mila dalam hati.
Andai suaminya tidak bermaksud menyakitinya, tentu momen itu yang ditunggu-tunggunya sebagai seorang istri. Tapi sepertinya Ronald melakukannya karena ingin menyakiti Mila. Mila jadi merasa terhina.
Setelah puas, Ronaldpun melepaskan Mila. Ia bangkit dan merapikan kemejanya yang acak-acakan.
"Dasar b*Jing*n! Kamu melecehkanku!" tangis Mila.
"Aku tidak melecehkanmu. Aku suamimu. Wajar kan melakukan itu pada istriku sendiri?" kilah Ronald.
"Pergi kau br*ngs*k! Aku tak mau melihatmu lagi!" Jerit Mila sambil merapikan bajunya yang juga acak-acakan.
Sayang sekali, kamar Ronal kedap suara. Jadi teriakan Mila tidak didengar dengan jelas oleh anggota keluarga yang lain.
"Ini kamarku. Kamu saja yang pergi kalau mau. Jangan-jangan kamu tak mau pergi karena ketagihan sentuhanku," Ronald malah meledek Mila.
Mila bangkit dari ranjang sambil menatap tajam pada Ronald. Tanpa bicara ia segera keluar dari kamar itu. Mulai malam ini, Mila akan tidur di kamarnya yang dulu. Ia sudah muak dengan sikap Ronald.
"Itu akibatnya kalau kamu terlalu akrab dengan Si Arga juga mau coba-coba mengadu pada Kakek!" kata Ronald, "Mungkin lain kali aku bisa melakukan lebih dari itu. Dijamin kamu menikmatinya,"
"Dasar sint*ng!" maki Mila sambil menutup pintu kamar dengan keras.
Ronald tertawa senang telah membuat Mila kesal. Ia merebahkan tubuhnya di ranjang. Bibirnya tersenyum mengingat yang dilakukannya tadi pada Mila. Kekesalannya melihat interaksi Mila dengan Arga terbayar sudah dengan memberikan Mila kissmark di seluruh d*d* Mila.
Mila bagaikan tikus yang terperangkap tubuh singa. Cicitannya tidak berarti apa-apa. Mila tidak bisa berkutik melawannya. Apalagi buah d*d* Mila cukup besar. Berbeda dengan milik Susy. Rasanya Ronald ingin melakukannya lagi. Bermain-main dengan benda kenyal Mila.
****!! Aku sudah gila! Bagaimana mungkin aku menyukai tubuh Si Jelek itu!
Ronald masih menjuluki Mila dengan Si Jelek. Padahal jauh di lubuk hatinya, ia mengakui kecantikan Mila kini, bagai bidadari dari khayangan seperti dalam imajinasi dongeng pengantar tidur sewaktu kecil. Ronald menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya masih melayang entah kemana. Lama-lama, iapun tertidur.
🌻🌻🌻🌻
Ronald mengawasi Mila dari dalam mobilnya. Sudah tiga hari ini ia memata-matai Mila di kampus. Mila cukup supel. Temannya banyak. Terutama para laki-laki yang ingin mendekatinya. Entah mereka karena ingin ikut mendompleng kepopuleran keluarga Tuan Edwin atau memang karena benar-benar menyukai Mila.
Memanta-matai Mila diam-diam menjadi keasyikan sendiri bagi Ronald. Padahal jika berpapasan di rumah, keduanya cuek. Sedangkan dalam satu meja makan, mereka berpura-pura mesra di depan Tuan Edwin.
"Hallo, Sayang. Cepatlah jemput aku di lokasi pemotretan! Aku direndahkan oleh teman seprofesiku! Mereka harus diberi pelajaran karena telah menghina bagian dari keluarga Tuan Edwin!" Rajuk Susy terdengar kesal di telepon membuyarkan konsentrasi Ronald yang sedang memperhatikan Mila dari jauh.
"Siapa yang sudah berani menghinamu? Aku akan beri pelajaran yang tak terlupakan oleh mereka!" kata Ronald geram.
"Makanya cepat kesini. Aku telah dipermalukan oleh dia!"
"Baiklah. Aku ke sana! Coba kamu serlok posisi kamu," kata Ronald sambil menjalankan mobilnya. Sebelum pergi, Ronald melihat ke arah Mila lagi yang sedang mengobrol dengan teman-temannya.
Di lokasi pemotretan, Susy sedang duduk menyendiri sambil sesekali melihat ke arah luar. Hatinya sedang kesal, karena ia dikeluarkan dari sesi pemotretan untuk majalah VG. Ia telah berkelahi hingga jambak-jambakan dengan seorang model pendatang baru yang menjadi kesayangan fotografer majalah mode itu. Fotomodel pendatang baru itu menghina Susy karena Ia tahu Susy sebenarnya dari keluarga miskin yang hidup gali lobang tutup lobang demi berpenampilan seperti orang kaya. Hingga menjerat laki-laki kaya agar memberi kemewahan.
"Sayang!" Susy berteriak girang melihat kedatangan Ronald. Ia menghambur ke pelukan Ronald. Susy menangis terisak.
"Sudah, jangan sedih. Ayo, kita temui fotografermu! dan temanmu itu!"
Ronald dan Susy lalu masuk ke lokasi pemotretan itu. Kru pemotretan yang sedang beristirahat dibuat terperanjat melihat kedatangan orang yang sangat mereka kenal. Siapa yang tidak mengenal Ronald Ricardo, cucu dari pengusaha terkenal Edwin Alberto, seorang pengusaha kaya raya keturunan Inggris.
"Mana fotografer kalian?!" bentak Ronaldo.
Mereka tak segera menjawab. Mereka saling pandang. Tapi dari gerak gerik mereka, Ronald mencurigai kalau Fotografer itu ada di ruang rias.
Dengan langkah yang panjang, Ronald mencoba membuka handle pintu ruang rias itu. Tapi ternyata di kunci dari dalam. Dengan penuh amarah, Ronald mendobrak pintu ruang rias itu.
Dua orang berlainan jenis ternyata sedang bergumul dengan tubuh polos. Mereka sangat kaget dan panik untuk menutupi tubuh mereka sekenanya.
"Oh, jadi ini sebabnya kamu mengeluarkan Susy dari pemotretan ini? Ulahmu akan ku laporkan pada pemilik majalah VG karena kamu tidak profesional dan tidak objektif!" Ronald memfoto mereka dari ponselnya.
"Aku pastikan karier kalian akan tamat, karena telah mencari masalah dengan istriku!" geram Ronald.
"Direktur majalah VG tentu tidak mau sahamku ditarik dari perusahaannya kalau mempertahankan kalian," kata Ronald dengan wajah dingin.
Fotografer dan Fotomodel baru itu sangat terkejut. Mereka tidak tahu kalau Susy adalah istri Ronald. Dengan berpakaian seadanya, Fotografer itu bersimpuh memohon supaya tidak menghancurkan kariernya. Sementara fotomodel itu hanya menangis menyembunyikan tubuhnya yang polos.
Ronald segera pergi sambil memegang erat tangan Susy. Tidak memperdulikan permohonan maaf Sang Fotografer. Susy tersenyum puas. Ia bergelayut manja pada Ronald. Semua mata kru dan fotomodel lainnya memandang kepergian mereka dari lokasi pemotretan itu dengan cemas.
Ketika mereka di jalan di dalam mobil Ronald. Tanpa sengaja, Ronald melihat Mila sedang dibonceng motor oleh seorang pemuda tampan. Kaca helm Mila tidak ditutup sehingga wajah Mila terlihat jelas. Apalagi mobil Ronald dan motor pemuda itu hanya terpisah satu pengendara motor. Tapi rupanya Mila tak menyadari ada sepasang mata yang melihatnya dengan marah. Mila terlihat berbicara sambil tertawa. Kedua tangannya memegang pinggang pemuda itu.
Mila .... awas kau! gumam Ronald dalam hati.
TO BE CONTINUED
Maaf ya Readers. Author lagi sibuk di dunia nyata sehingga baru bisa up. Dukung terus ya novel ini. Tinggalkan jejak kalian. Jangan sampai tidak lho! Biar Author semangat up. Love you All!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Jami
bagus mila bikin s ronal bertkuklutul mila
2022-12-16
0
auliasiamatir
Mila jangan mau dong di lecehin
2022-08-31
0
kak mitha
si ronald bego bgt cinta sama suka dicelap celup
2022-03-31
0