"Ronald sedang sibuk dengan proyek pembangunan pabrik baru yang berada di daerah K, Pa. Pulangnya selalu malam," Tuan Brian yang menjawab.
"Iya Pa. Pulang larut malam, berangkat pagi-pagi. Kak Ronald sibuk sekali," Mila ikut menjawab.
Tuan Edwin hanya mengangguk. Netranya terasa mengantuk. Ia memilih tidur.
"Tidurlah, Kek. Kakek lelah banyak mengobrol dengan Mila," Mila membetulkan selimut yang menyelimuti Tuan Edwin.
Sementar itu, Di sebuah pulau yang jauh dari keramaian dan kebisingan, pasangan pengantin baru sedang memadu kasih. Ini hari terakhir mereka berbulan madu. Sudah satu minggu mereka berada di pulau ini. Suasananya yang romantis dan tenang, membuat dua sejoli ini sangat menikmati waktu kebersamaan mereka.
"Sayang ..., Nanti sebelum kita pulang, jalan-jalan dulu yuk sambil shoping. Aku ingin beli batu permata yang ada di toko perhiasan kemarin itu. Aku ingin membuat kalung di toko langgananku di kota," Susy memeluk erat Ronald dari belakang.
Ronald yang bertelanjang dada dan hanya memakai celana pendek, membua naluri kelelakiannya bangkit ketika kulitnya bersentuhan dengan kulit Susy. Apalagi Susy memakai bikini yang membuatnya terlihat sexy. Dua benda kenyal yang menempel di punggung Ronald. Membuat Ronald tak tahan, sehingga membalikkan badannya.
Mereka berada di pinggir kolam renang pribadi yang berada di luar kamarnya. Mereka sedang berjemur setelah berenang pagi ini.
"Tentu saja sayang. Tapi aku ingin memanfaatkan waktu kita yang tinggal sedikit di pulau ini, untuk membuat baby lagi," kata Ronald sambil menci*mi leher Susy.
Susy merasa geli-geli nikmat. iapun membalas ci*man Ronald. Tangan Ronald bergerak aktif meremas dua benda kenyal didepannya. bahkan dengan rakus menggigit kecil dan menghisap puncaknya membuat Susy mendesah nikmat.
"Kita pindah ke kamar sayang," bisik Ronald.
Tubuh Susy serasa melayang digendong oleh Ronald. Dengan tak sabar, Ronald langsung menghimpit tubuh Susy begitu ia letakkan di ranjang.
Tubuh Susy memang membuat Ronald kecanduan. Ronald tak melewatkan seinchipun tubuh Susy untuk di ciuminya. Dari atas hingga ke bawah, hingga menemukan area favorit Ronald.
Ronald mengobrak-abrik area itu dengan jarinya dan lidahnya, yang membuat Susy bergerak ke kanan dan ke kiri seperti cacing kepanasan. Suara-suara merdu yang keluar dari bibir Susy membuat Ronald semakin bersemangat. Reaksi tubuh Susy menuntut lebih. Ronald pun segera menghujamkan miliknya, membuat Susy terpekik.
Selanjutnya gerakan Ronald yang intens, dari perlahan-lahan menjadi semakin cepat, membuat peluh keduanya semaikn mengucur deras disekujur tubuh mereka. Lalu Susypun berteriak disusul Ronald setelah melakukan pelepasan.
Untuk sesaat keduanya terdiam. Kemudian Ronald berguling turun ke samping tubuh Susy. Nafas keduanya masih memburu. Mereka sama-sama menetralisir deru nafas mereka.
"Terimakasih, sayang," ucap Ronald yang dibalas anggukan dan senyuman Susy.
"Ayo, sayang, kita membersihkan badan dulu, lalu bersiap jalan-jalan dan shoping. Setelah itu kita harus segera pulang. Sudah lama aku meninggalkan pekerjaan. Orang-orang di rumahpun pasti sibuk mencariku," Ronald bangkit dan berjalan ke kamar mandi. Sedangkan Susy masih bergelung di bawah selimut sambil menunggu giliran untuk mandi.
Nada dering ponsel Susy berbunyi. Susy melihat ke arah pintu kamar mandi untuk memastikan Ronald masih di kamar mandi.
"Hallo. Untuk apa kamu meneleponku? Nanti juga aku yang menelepon!" kata Susy memelankan suaranya.
"Aku kangen! Cepatlah kembali.Aku sudah tidak tahan!" kata suara Jimmy terdengar di ponsel.
"Sabarlah! Nanti sore aku akan pulang. Besok pagi, aku ke apartemenmu," kata Susy.
"Tidak mau! Aku mau malam ini juga kamu ke apartemenku! Aku cemburu, kamu menghabiskan waktu berhari-hari dengan laki-laki itu!"
Susy menghela nafas. Kekasihnya sedang merajuk.
"Baiklah. Nanti begitu tiba di rumah, aku langsung bersiap menemuimu," ucap Susy, membuat Jimmy tersenyum senang mendengarnya.
"Ya sudah. Sampai ketemu nanti malam. Hati-hati di jalan!,"
"Oke, bye ....,"
Ronald yang baru keluar dari kamar mandi melihat sekilas istrinya baru saja sedang berbicara di telepon.
"Telepon dari siapa?"
"Ng ... dari Mama. Mama tanya kapan pulang. Aku bilang, nanti sore. Mama katanya mau batu permata juga," jawab Susy.
"Ya. Tenang saja. nanti aku belikan," jawab Ronald.
Malam-malam ponsel Mila berbunyi. Dengan masih sdikit mengantuk, Mila mengambil ponselnya. terpampanglah nama suaminya yang memanggil. Mila sedikit terbelalak karena terkejut. lalu segera menajawabnya.
"Ya, hallo?!
"Mila! Cepat buka gerbangnya! Satpam pada kemana, enggak ada yang jaga. Ku pecat tahu rasa!" gerutu Ronald.
"Kakak dari mana saja, baru pulang?"
"Sudah, jangan banyak tanya! Bukakan gerbangnya. Aku ngantuk, mau cepat tidur!"
Milapun bergegas turun dari kamarnya. Ia keluar rumah untuk membukakan pintu gerbang.
Mobil Ronaldpun masuk halaman. Tak lama Satpampun keluar dari paviliun sambil mengucek-ngucek matanya.
"Maaf Tuan. Saya habis dari toilet," kata Satpam itu dengan takut-takut.
"Berdo'a saja. Semoga besok kamu masih bekerja di sini," sahut Ronald tajam.
Ronaldpun masuk ke rumah, diikuti Mila di belakangnya. Tak ada keinginan Ronald untuk menyapa Mila. Milapun tidak berani untuk menyapa suaminya. Setelah berada di kamar tidur, Ronald langsung menjatuhkan diri di kasur. Sepertinya ia kelelahan dan mengantuk sekali. Sehingga tidak sempat berganti pakaian dan melepas sepatu. Terdengar dengkuran halus, tanda Ronald sudah terlelap.
Mila membukakan sepatu dan kaos kaki Ronald kemudian meletakkannya di rak sepatu. Untuk membukakan jas dan melonggarkan dasi, Mila tak berani karena takut mengganggu tidur Ronald.
Mila menatap wajah suaminya yang beberapa hari tak dilihatnya. Ada kerinduan di hati Mila. Tapi Mila langsung menepis rasa itu. Ia tidak yakin dengan perasaannya. Apa benar ia telah jatuh cinta pada laki-laki angkuh dan dingin itu? Bagaimana bisa, ia mengharapkan cinta laki-laki itu, sedangkan ia tahu, laki-laki itu tidak mencintainya, bahkan membencinya?
Milapun melanjutkan tidurnya di sofa dengan memiringkan badannya, sambil memandang suaminya, hingga ia terlelap.
Matahari pagi sudah menampakkan sinarnya. Mila bersemangat sekali membuat nasi goreng untuk sarapan suaminya. Nasi goreng seafood di bawa ke kamarnya. Secangkir kopi hitam juga sudah Mila siapkan.
"Kak, Kak Ronald! Bangunlah. Sudah pagi. Mila sudah buatkan sarapan untuk Kak Ronald."
Ronald menggeliat. Matanya masih terpejam.
"Jam berapa ini?"
"Jam tujuh lebih,"
"Apa?!" Ronald terlonjak. Ia buru-buru bangun.
"Kenapa tidak kamu bangunkan dari tadi?! Hari ini aku ada meeting di kantor dengan investor. Jalanan keburu macet kalau berangkat lebih dari jam 7! Kamu itu istri tidak berguna!" teriak Ronald.
"A-aku tidak tahu. Kak Ronald semalam tidak memberitahuku," jawab Mila sambil menunduk.
"Ya tanya dong! Suami datang bukannya di tanya. Malah diam saja!" bentak Ronald sambil berlalu ke kamar mandi.
Mila menelan salivanya dengan sedih. Dirinya merasa serba salah. Mila merasa canggung karena sikap Ronald yang ketus dan galak padanya.
Ronald menyelesaikan mandinya dengan cepat. Setelah Ronald berpakaian dan memakai sepatu, Mila berinisiatif akan memasangkan dasi. Tapi tangan Mila ditepis oleh Ronald. Ronald memasangkan dasi sambil berjalan keluar kamar.
.
Ronald melihat jam tangannya.
"Setengah delapan! Huh ... bisa-bisa aku telat nih!"gerutu Ronald.
"Kak! Kak Ronald! Sarapan dulu! Kamu butuh energi untuk meeting," Mila berlari menyusul Ronald.
Ronald tak menghiraukan. Ia dengan setengah berlari menuruni tangga.
"Ronald! Kapan kamu datang?! Kamu dari mana saja?!" teriak Tuan Brian melihat Ronald sudah ada di rumah.
"Nanti marah-marahnya. Jangan sekarang! Aku buru-buru!" ujar Ronald sambil berjalan dengan cepat.
"Kak! Tunggu Kak!" Mila masih berlari mencoba mengejar Ronald. Tapi Ronald ternyata sudah masuk mobil dan sudah berlalu.
Mila mematung di tengah pintu depan. Menatap mobil Ronald yang sudah keluar dari gerbang.
"Ada apa, Mila?" Tuan Brian menghampiri Mila. Mila berbalik badan menghadap mertuanya.
"Kak Ronald belum sarapan. Semalam ia pulang larut. Mila khawatir Kak Ronald akan sakit. Padahal Mila sudah membuatkan nasi goreng seafood. Kata Sari, Kak Ronald suka nasi goreng seafood," jawab Mila.
"Kenapa tidak kamu antarkan saja ke kantor? Dia tadi kelihatan buru-buru. Mungkin kalau diantarkan ke kantor, Ronald akan memakannya," Tuan Brian memberi saran karena tidak tega melihat kekecewaan di wajah Mila.
Milapun tersenyum, kemudian mengangguk. Ia akan mencoba mengikuti saran mertuanya. Milapun bergegas berganti pakaian. Ia dari subuh sudah mandi Sehingga hanya perlu berganti pakaian dan berdandan sedikit.
Mila memoleskan bedak dan lipstik tipis-tipis. Rambutnya dibiarkan terurai. Setelah dirasa penampilannya cukup lumayan, Mila pun pergi ke dapur untuk memindahkan nasi goreng seafood ke sebuah wadah plastik makanan.
Nyonya Jeny yang sempat melihat Mila keluar dari dapur sambil menenteng tas jinjing merasa heran, pagi-pagi Mila sudah rapi.
"Mau kemana dia?" gumam Nyonya Jeny.
Milapun naik taksi ke perusahaan Ronald. Arga sudah menunjukkan kantor Ronald dan kantor Tuan Brian bila Mila kebetulan lewat dari belanja keperluan pribadinya dan keperluan untuk pendaftaran kuliahnya.
Setelah sampai, Mila dengan gugup, berjalan masuk. ke gedung perkantoran itu. Ia berjalan menghampiri bagian resepsionis.
"Maaf, permisi. Saya mau menemui Pak Ronald," kata Mila.
Dua orang resepsionis memandang Mila dari atas ke bawah dengan tatapan curiga.
"Anda siapa? Sudah buat janji?" tanya resepsionis itu.
"Be-belum. Tapi saya istrinya, akan mengantarkan sarapan untuk Pak Ronald," jawab Mila.
"Apa?! Istri Pak CEO?!" dua gadis petugas resepsionis itu terkikik geli.
"Nyonya muda? Anda sedang apa si sini?" Pak Soleh, supir Ronald yang kebetulan lewat di sana, menghampiri Mila.
"Saya mau bertemu suami saya, Pak. Tadi Kak Ronald belum sempat sarapan."
"Oh iya. Nyonya. Tadi pagi saya tidak menjemput Tuan Ronald karena tidak tahu Tuan muda sudah kembali ke rumah. Mau saya antar Nyonya?"
Dua orang petugas resepsionis itu ternganga mendengar Pak Soleh mengatakan kalau itu Nyonya Muda. Pak Soleh mengenal wanita itu. Itu berarti wanita itu benar istri dari CEO mereka.
Ini bisa jadi bahan gosip. Ternyata CEO mereka telah menikah. Dan istri dari CEO itu wajah dan penampilannya sangat jauh dari yang dibayangkan wanita-wanita di kantor itu. Penampilannya sederhana sekali. Walau terlihat manis. Tapi rasanya tak pantas bersanding dengan CEO mereka yang terlihat necis dan berkelas.
Pak Soleh mengajak Mila naik lift. Setelah sampai di rumah yang dituju di lantai 15. Pak Soleh menunjukkan ruangan CEO.
"Apa perlu saya tunggu, Nyonya?"tanya Pak Soleh.
"Tidak usah, Pak. Silahkan bapak melanjutkan pekerjaan bapak. Saya bisa kok turun sendiri. Saya tadi lihat bapak cara naik lift. Tentunya turunnya pun tak jauh berbeda kan?" jawab Mila. Mila memang cepat belajar, walau ia dari desa.
"Baiklah Nyonya. Saya pergi dulu," Pak Soleh pun pergi.
Mila menarik nafas dalam-dalam. Kemudian dengan berdebar, mengetuk pintu ruangan itu Tak lama pintu itu dibuka oleh seorang wanita.
"Anda siapa?" tanya wanita itu. Sepertinya itu sekretaris suaminya, pikir Mila.
"Sa-ya Mila, ist ...."
"Siapa yang berani mengganggu meeting, Ria?" terdengar suara khas yang Mila kenal. Ronald menghampiri pintu yang sedikit terbuka.
"Kamu?! Mau apa ke sini?!" Ronald terkejut melihat Mila datang ke kantor.
"Ini Kak. Tadi Kak Ronald kan belum sempat sarapan. Mila takut Kak Ronald sakit, jadi Mila bawakan sarapannya ke sini," kata Mila tersenyum sambil menyodorkan tas jinjing berisi nasi goreng seafood dalam wadah plastik.
"Kamu itu apa-apaan sih?! Bikin malu saja!"
Braak!
Tas jinjing itu Ronald lempar dengan kasar. Untung isinya tidak berantakan. Mila sangat terkejut mendapat reaksi Ronald yang sangat marah. Sekretaris Ronaldpun segera pergi dari pintu itu takut terkena amukan Ronald, dan tak ingin ikut campur dengan apa yang terjadi pada atasannya
"Sekarang pulang! Dan tunggu di rumah! Aku setelah selesai meeting segera menghukummu!" kata Ronald geram.
Mila terisak karena mendapat perlakuan kasar dari Ronald. Ia tidak menyangka, suaminya marah besar karena ia datang ke kantor. Padahal maksud Mila baik. Tapi suaminya tak suka.
Mila segera mengambil tas jinjing berisi nasi goreng itu dengan cepat. Dadanya terasa sesak. Hatinya sakit. Rasanya ia ingin menangis dengan keras. Tapi ia masih sadar, ini di kantor Ronald. Mila berusaha menahan tangis. Air matanya sudah berderai tak terbendung lagi.
Mila masuk ke lift. Untung di dalam lift kosong. Mila tersedu-sedu. Setelah berada dilantai dasar, Milapun keluar dari dalam lift. Ia mengusap air matanya. Satu tangannya menutup hidung dan mulutnya. Dengan menunduk, ia berjalan cepat keluar dari gedung perkantoran itu. Ia berjalan dengan setengah berlari dari halaman kantor hingga ke jalan raya. Begitu ada taksi lewat, Mila memberhentikannya.
Mila menghempaskan dirinya duduk di taksi. Tangisnya pecah kembali. Supir taksi kebingungan melihat penumpangnya menangis.
"Nona, nona kenapa? Nona mau kemana?"
Mila pun menyebut nama rumah sakit tempat Tuan Edwin di rawat. Supir taksi pun melakukan mobilnya menuju rumah sakit yang disebutkan Mila.
Setelah sampai, Mila segera membayar ongkos taksi itu dan segara berlari masuk ke rumah sakit. Mila pergi menuju ke ruangan Tuan Edwin. Tapi diluar ruangan tampak Arga sedang duduk sambil memainkan ponselnya.
"Arga!" MIla dengan tiba-tiba duduk di samping Arga.
Arga terkejut melihat Mila yang datang tiba-tiba dengan keadaan yang kusut masai. Matanya sembab, hidungnya merah. Mila juga terlihat menahan tangis.
"Ada apa, Mila? Kamu kenapa?" Arga penasaran.
"Ini! Makanan ini untukmu saja!" Mila tak menjawab. Malah menyodorkan wadah berisi makanan itu.
"Wah, aku sudah makan. Tapi ini kelihatan enak! Aku makan lagi deh!" kata Arga sambil tersenyum. Ia dengan lahap memakan nasi goreng seafood itu hingga habis tak tersisa. Setelah minum. Arga barulah teringat pada majikannya yang kelihatan bersedih itu.
"Kamu kenapa?" Arga menatap Mila.
Mila tak segera menjawab. Tangisnya sudah reda. Ia hanya perlu teman saat ini untuk menghibur hatinya yang sedih.
TO BE CONTINUED
Selamat membaca! Tinggalkan jejakmu ya Readers!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Megabaiq
ak gk suka karakternya mila torrr.....
2022-09-09
0
auliasiamatir
Thor, aku pengen Ronal nangis darah deh
2022-08-30
0
Sukliang
mils tolol
ronald anjing gila
2022-03-04
0