"Mila! Kamu mengulangi kesalahan yang sama!" teriak Ronald.
"Apa lihat-lihat? Kamu mau menyalahkanku lagi?" Susy menatap sinis pada Mila.
"Cepat bersihkan! Dasar udik!" bentak Nyonya Jeny.
"Ma! Sudahlah! Kalian ini kenapa sih? Sari ..., Lela ....! Cepat kemari!" kata Tuan Brian.
Dua orang pelayanmya datang tergopoh-gopoh.
"Ya, Tuan?"
"Cepat, bersihkan yang berserakan itu!" perintah Tuan Brian.
"Maafkan saya, Pah!" kata Mila.
"Sudah, kamu duduk saja." kata Tuan Brian.
"Ck, Papa terlalu baik pada Mila. Lama-lama dia jadi ngelunjak!" sungut Nyonya Jeny.
"Bawakan lagi buah-buahannya," perintah Nyonya Jeny pada pelayan.
Mereka mengangguk dan kemudian pergi setelah selesai membersihkan yang berantakan itu.
"Aku mau ke kamar duluan," ucap Mila.
Tuan Brian mengangguk..Sedangkan yang lain hanya diam. Menatap tajam Mila.
Dengan gontai, Mila naik tangga menuju lantai dua. Setelah sampai dikamarnya, Mila duduk menghadap kaca rias.
"Kamu tidak boleh lemah, Mila! Kamu harus mengakhiri penindasan ini! Kamu boleh memilih jalan hidupmu! Itu kan yang Kakek Edwin katakan," Mila berbicara dengan dirinya sendiri.
Mila menghapus air matanya yang menetes. Ia tersenyum. Ia sudah menyusun rencana.
🌺🌺🌺🌺🌺
Tepat 40 hari kematian Tuan Edwin, Tuan Brian pergi ke kantor pengacara keluarga Tuan Edwin yaitu Tuan Trihandoyo. Karena Tuan Edwin hanya punya satu anak, jadi Tuan Trihandoyo hanya memanggil Tuan Brian saja untuk mendengarkan surat wasiat Tuan Edwin. Tuan Trihandoyo juga akan menyampaikan surat wasiat Tuan Edwin di kantornya saja. Itu juga atas permintaan Tuan Edwin semasa hidup. Ada sebuah rahasia yang akan disampaikan dalam surat Tuan Edwin.
Setelah Tuan Brian dan Tuan Trihandoyo duduk berhadapan, Tuan Trihandoyo pun membacakan surat wasiat Tuan Edwin. Tuan Brian mendengarkan dengan seksama. Alangkah terkejutnya ketika Tuan Trihandoyo membacakan bahwa Karmila, cucu sahabat Papanya, yang telah menjadi menantunya, mendapat warisan dari Papanya. Jumlahnya menyamai dirinya. Richard dan Ronald saja yang cucu Papanya hanya mendapat seperempat bagian saja dari harta Papanya. Ah tidak, hanya Ricard! Richard juga mendapat pengembalian harta dari mendiang istri Tuan Brian ( Mamanya Richard) yang di investasikan pada perusahaan Tuan Edwin, sedangkan Ronald tidak mendapat warisan? Warisan Ronald hanya dari harta Tuan Brian. Ronald tidak mendapat warisan dari Kakeknya! Ini aneh!
"Sebentar Tuan Handoyo! Saya tidak mengerti, bagaimana bisa Mila mendapat warisan sama seperti saya, sedangkan Mila bukan anak Papa saya? Kemudian Ronald tidak mendapat warisan dari Kakeknya, sedangkan Richard, kakaknya dapat?" tanya Tuan Brian kesal.
"Tuan Edwin pernah mengatakan pada saya, itulah sebabnya Ronald dinikahkan dengan Mila, supaya Ronald tetap bisa merasakan harta Kakeknya bersama Mila. Mila diangkat sebagai anak angkat Tuan Edwin. Sedangkan penjelasan tentang Ronald yang tidak mendapat warisan dari Tuan Edwin, ada di dalam amplop ini jawabannya," jawab Tuan Trihandoyo.
Tuan Brian menerima amplop surat itu. Setelah dibukanya isi amplop itu yang ternyata dari Rumah Sakit. Tuan Brian mengernyitkan dahinya membaca bahwa itu adalah hasil Tes DNA. Makin lama Tuan Brian makin membelalakkan matanya. Apalagi ketika hasil akhir tes DNA itu menyatakan, bahwa Ronald bukan anak biologis Tuan Brian.
Jadi Papanya menyembunyikan kebenaran ini bertahun-tahun. Itu sebabnya Papanya menjodohkan Ronald untuk menikahi Mila. Karena Ronald bukan cucu Papanya, bukan anaknya. Lalu Ronald anak siapa?
Tuan Brian mengeratkan rahangnya, dadanya terasa sakit, ia tampak limbung.
"Tuan Brian, apa anda baik-baik saja?" tanya Tuan Trihandoyo.
"Saya baik-baik saja. Baiklah kalau begitu, saya permisi."
Tuan Brian berjabat tangan dengan Tuan Trihandoyo. Setelah keluar dari kantor pengacara itu, Tuan Brian masuk ke mobilnya. Arga yang kini menjadi supir Tuan Brian, menatap khawatir karena muka Tuan Brian pucat.
"Tuan, Tuan tak apa-apa?"
Tiba-tiba Tuan Brian tak sadarkan diri. Arga segera menelpon Nyonya Jeny. Juga menghubungi Ronald. Tapi mereka tak mengangkat teleponnya. Argapun melarikan Tuan Brian ke Rumah Sakit terdekat dari kantor pengacara itu.
Sementara itu Ronald uring-uringan di kantor, karena beberapa rekening perusahaan untuk mencairkan dana untuk pembangunan proyek baru dan pengeluaran rutin perusahaan, tidak dapat dicairkan. Padahal sudah sangat mendesak.
"Geri, coba tanyakan pada bank, siapa yang memblokir rekening perusahaan? Biasanya aku yang menandatangan, dana bisa cair," kata Ronald
"Sebentar, Pak. Saya tanyakan pada bank," Geri, staf di bagian keuangan segera menelepon bank. Jawaban yang didapat mengejutkan Geri.
"Pak, dana bisa dicairkan hanya dengan tanda tangan atas nama Karmila. Siapa Karmila Pak?" Geri bertanya.
Ronald terkejut.
Sial! Apa Kakek yang melakukan ini semua? Ini akan menyulitkanku.
"Pak Soleh, Mila dimana?" Ronald segera menelepon Pak Soleh.
"Justru itu Tuan. Saya baru akan memberitahu Tuan, bahwa Nyonya Mila menghilang! Tadi Nyonya Mila pulang kuliah minta diantar ke makam Tuan Edwin. Tapi ditunggu-tunggu hingga satu jam, Nyonya Mila tidak kembali ke mobil. Setelah saya susul ke dalam makam, ternyata Nyonya Mila sudah tidak ada. Teleponnyapun tidak aktif," jelas Pak Soleh.
"Cari Mila sampai dapat!" Ronald membentak Pak Soleh.
"Ba-baik, Tuan!" jawab Pak Soleh ketakutan.
Ronald membanting vas bunga yang ada di meja. Sekretarisnya yang bernama Silvi dan Geri yang sedang berada di ruangan Ronald menjadi terkejut dan takut.
"Dragon! Kerahkan anak buahmu untuk mencari Mila! Dia harus ditemukan malam ini juga! Aku kirim fotonya!" Ronald menelepon seseorang yang dipanggil Dragon.
"Kalian, sedang apa tetap di sini? Pergi dari ruanganku!" bentak Ronald.
Silvi dan Geri langsung lari ketakutan. Bosnya kalau sedang marah, seperti singa mengamuk. Hingga lebih baik pergi menjauh secepatnya daripada menjadi sasaran empuk kemarahan Bosnya.
Flashback Mila
"Pak Soleh, aku mau ke makam Kakek. Antar ke sana dulu ya Pak, sebelum pulang ke rumah," kata Mila.
"Iya, Nyonya. Tapi jangan lama-lama. Takut Tuan Ronald marah. Lagipula hari sudah sangat siang," jawab Pak Soleh.
"Iya, Pak Soleh. Hanya sebentar saja," Mila meyakinkan Pak Soleh.
Pak Soleh pun mengantarkan Mila ke makam. Pak Soleh menunggu di dalam mobil di pinggir jalan. Mila pun turun dari mobil dan langsung menyeberang jalan raya. Mila membeli bunga dari pedagang bunga di dekat gerbang makam. Kemudian Mila memasuki gerbang area pemakaman. Di area pemakaman tampak beberapa orang ada yang sedang berziarah. Ada juga yang sedang membersihkan makam.
Mila menaburkan bunga pada tanah makam Tuan Edwin.
"Kakek, Mila datang lagi. Mila rindu Kakek. Tidak ada lagi orang yang menyayangi Mila di rumah Kakek. Meskipun Papa Brian bersikap baik, tapi Mila tidak terlalu dekat dengan Papa Brian. Kedatangan Mila kali ini, Mila mau pamit. Mila mau pulang kampung saja. Mila tidak tahan dengan perlakuan orang-orang di rumah Kakek. Kakek yang tenang ya di alam sana. Mila bisa jaga diri. Selamat tinggal, Kek," Mila mengelus nisan kayu makam Tuan Edwin.
Mila kemudian menelepon *jol.
"Sudah ada dimana? Saya akan keluar dari gerbang makam. Bapak tunggu agak jauh ya. Yang dekat pohon arbise besar." Rupanya Mila sudah memesan *jol dari sebelum Mila berangkat ke makam.
Dengan pandangan waspada, Mila diam-diam keluar dari gerbang makam bersama rombongan orang-orang yang telah berziarah ke makam itu. Setelah agak jauh dari mobil dimana Pak Soleh menunggu, Mila langsung mendekati *jol yang telah menunggunya dekat pohon arbise besar.
*jol itu segera tancap gas bergerak ke arah terminal bus. Mila akan pulang kampung ke tanah kelahirannya di Jawa Tengah.
Pak Soleh yang sudah satu jam menunggu, mulai gelisah. Iapun segera menyusul Mila ke makam. Tapi ternyata orang yang dicarinya tidak ada di sana. Ia mencoba bertanya pada orang yang masih ada dimakam itu, tapi tidak ada yang tahu. Pak Soleh panik. Tuan Ronald pasti marah besar.
Flashback off
Setelah membayar ongkos *jol, Mila berjalan ke arah bus-bus yang terparkir di terminal. Mila mencari bus jurusan ke daerah asalnya. Setelah menemukan jurusan yang sesuai, Mila pun naik ke dalam bus itu. Bus sudah penuh. Untung masih ada 1 kursi yang masih kosong. Bus pun tak lama bergerak meninggalkan terminal.
Hari sudah mulai petang. Ketika bus itu sedang melaju dengan kecepatan sedang meninggalkan jauh dari terminal, tiba-tiba bus itu dihadang oleh dua buah mobil Jeep.
Beberapa orang berbadan tegap dan berwajah sangar turun dari mobil dan meminta pintu bus agar dibuka
Orang-orang gaduh di dalam bus. Mengira akan terjadi perampokan. Enam orang berwajah sangar itu mencari wajah yang ada didalam foto. Merekapun menemukannya.
"Ini bos, orangnya ada di sini," kata salah seorang diantara mereka. Mila ketakutan.
"Seret dia! Tapi awas jangan sampai lecet!" kata orang yang dipanggil bos
"Kalian jangan macam-macam pada wanita!" beberapa orang laki-laki menghadang mereka yang akan membawa Mila turun.
"Kalian jangan ikut campur urusan rumah tangga! Suaminya menyuruhnya pulang ke rumah!" bentak anak buah Dragon.
Orang-orang pun minggir, memberi jalan pada mereka.
"Lepaskan saya! Saya tidak mau pulang!" teriak Mila. Tapi percuma. Orang-orang tidak ada yang perduli. Mereka menganggap sepasang suami istri sedang bertengkar, istrinya kabur, dan suaminya menyuruh orang untuk mencarinya.
"Selesaikan masalahmu dan suamimu, nak. Jangan lari dari masalah," kata seorang ibu-ibu paruh baya yang duduk di dekat pintu bus.
Mila berhasil dibawa turun dari bus. Kemudian dimasukkan ke salah satu mobil Jeep itu.
Dragonpun menelepon Ronald untuk memberikan laporan keberhasilannya menemukan istri Ronald.
"Tuan, istri anda sudah kami temukan. Kami akan segera mengantarkannya ke rumah," kata Dragon di telepon.
"Bagus! Bawa ke rumah!" Ronald tersenyum senang.
"Ronald, panggilkan Dokter! Papamu sudah sadar!" teriak Nyonya Jeny.
Ya, Ronald dan Mamanya sedang berada di Rumah Sakit menunggui Papanya. Tadi pagi, Ronald mendapat kabar kalau Papanya kena serangan jantung, dan dibawa ke Rumah Sakit oleh Arga.
Setelah Papanya diperiksa oleh Dokter, Ronald merasa lega karena Papanya telah stabil. Ia pamit pada Mama dan Papanya untuk pulang ke rumah karena ada urusan yang akan diselesaikan.
TO BE CONTINUED
Klik Favorit pada Novel ini. Berikan vote, like, komen dan hadiah dari kalian ya. Terimakasih!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
auliasiamatir
mampus kau Ronal, gak tau di untung
2022-08-31
0
ShintaSicca
Mampos 🤣🤣🤣
2022-07-30
0
ana Imaa
tuan brian pasti syok bgt tuh slama ini dia udah dibodohi dn skrg trjadi pd ronald
2022-03-04
0