Di sepanjang perjalanan Lina terus berpikir akan kemana dia hari ini, dia sangat tidak nyaman kalau ada orang yang mengikutinya, rasanya tidak bisa pergi dengan tenang.
Tapi karena itu kemauan Rach Lina tidak bisa apa-apa, dia tidak bisa membantah atau menolaknya, akhirnya membuat Lina tidak bersemangat untuk perginya.
Lina pun mulai bertanya ke pelayan yang di perintahkan Rach itu.
" Bisakah kamu mengajak ku jalan-jalan ke tempat yang seru ? " Tanya Lina, sebab dia sudah enggan untuk pergi.
" Jika nona ingin, saya bisa mencarikan nya untuk nona, sekarang kita pergi ke mall, saya akan membawa nona ke tempat yang sangat menarik. " Ucap pelayan tersebut.
" Iya silahkan. " Ucap Lina mempersilahkan pelayan baru itu untuk memimpin dia pergi.
Sampailah di sebuah mall terbesar di ibukota Lina pun turun dari mobil, dan mengikuti langkah kaki pelayan tersebut, Silvi tanpak bersemangat membawa Lina untuk melihat sesuatu yang baru untuk Lina, sebab Lina yang meminta Silvi pun tidak ingin melewati kesempatan ini, dan dia ingin membuat Lina puas.
Tibalah di sebuah tempat bermain, yang sangat luas berbagai macam permainan ada di sana.
Silvi berjalan ke arah kasir dan mengisi saldo untuk bermain, sedangkan Lina tanpak sedang sibuk melihat sekeliling dia baru pertama kali pergi ke tempat bermain Segede ini, Lina memang tidak pernah pergi bermain di mall.
Saat kecil dulu Lina hanya tau Korsel pasar malam, yang setiap malam ia datangi yang hanya sekedar melihat lampu yang berwarna-warni. Tanpa menaiki nya dan tanpa membeli makanan.
Silvi pun menyerahkan kartu yang sudah ia beli dan isi kepada Lina, Silvi menyuruh Lina untuk mulai bermain.
Dengan malu-malu Lina pun memainkan nya di temani dan di ajari oleh Silvi.
Semakin lama lina semakin asik dalam permainannya, dia mencoba seluruh permainan yang ada di mall itu. Selesai puas bermain Silvi kembali mengajak Lina ke K tempat es skating.
Sambil mengenakan baju hangat Lina mulai bermain, dia berulang kali terjatuh.
Silvi mengajari Lina, Silvi seperti sedang mengasuh anak kecil bahwasanya dia terus mengajak Lina bermain.
" Ahhh,, " jerit Lina yang jatuh berulang kali.
" Ayok semangat nona. " Ucap Silvi kepada Lina.
Lina pun melemparkan senyuman kepada Silvi.
Sambil berusaha bangkit dari duduknya di es yang dingin itu.
" Aku laper! " Ucap Lina malu-malu.
Hari sudah siang pantas saja Lina belum makan siang, pelayan itu pun tersenyum dan berkata.
" Baik nona, ayok kita cari makan! " Ajak Silvi.
Lina yang hanya mengangguk, karena dingin Lina merasakan perutnya sangat lapar.
Dan tubuhnya sangat kaku karena dingin, Lina melepaskan perlengkapan yang ia pakai dan pergi mencari tempat makan.
Silvi suka bertanya Lina suka makan apa, atau adakah makanan yang ia tidak suka. Silvi bisa membawa diri, dia cepat akrab dengan Lina, Lina merasa dia bukan pelayan yang di suruh Rach tapi seperti sosok teman untuknya.
" Udah dapet, mau makan apa. " Tanya Silvi.
" Hhmm,,, " sambil menggelengkan kepalanya.
" Kalau gitu makan apa aja ya, " ucap Silvi sambil menunjuk ke arah sebuah lestoran yang ada di depannya, interior nya cukup unik, karena di situ adalah makanan khas daerah.
Lina pun mengangguk tanda ia setuju, mereka pun masuk ke dalam lestoran tersebut, yang di dominasi dengan warna gold, dan hijau ada beberapa interior khas daerah nya, semua pelayan mengenakan baju adat, ya mereka mengambil adat Sunda jadi makanan semuanya ciri khas Sunda. Lina duduk di salah satu kursi, dan Silvi memanggil salah satu pelayan, Silvi tidak duduk dia terus berdiri di samping lina, yang membuat Lina tidak enak.
" Duduk, kenapa tidak duduk ? " Tanya Lina.
" Bagaimana mungkin saya duduk bareng nona, saya akan makan, setelah nona dan membungkusnya untuk terus menemani nona. " Jawab Silvi sambil tersenyum kepada Lina.
Lina tau bahwasanya dia juga lapar, tapi karena dia pelayan jadi tidak enak untuk Silvi makan bareng Lina.
" Ayok makan bareng temani aku. " Ucap Lina
" Tapi_ "
" Ini perintah! " Ucap Lina.
" Baik, " jawab Silvi sambil menggeser kursi yang berada di samping Lina, dia pun mulai duduk di sebelah Lina, dan memesan makanan.
Selesai memesan mereka pun menyerahkan kembali buku-buku yang ia pegang sedari tadi.
Sambil menunggu Silvi mengajak Lina mengobrol, tentang apapun itu, biar Lina tidak bosen, sebab Lina adalah tanggung jawab Silvi jadi dia harus membuat Lina senang, tak lama pesanan pun datang.
Yaitu nasi liwet, sambel lalapan ayam bakar, ikan bakar bahkan ada ikan asinnya. Dan minuman jus segar yang dingin dan nikmat semua lengkap berjejer di meja, yang membuat cacing-cacing dalam perut Lina berbunyi kencang.
Makanan yang terlihat sangat sederhana, tapi mewah, sebab jarang sekali menemukan makanan seperti itu di ibukota.
Lina mulai mengambil nasi di sebuah piring yang di tataki daun pisang. Dan mengambil lauk pauknya, dengan perlahan Lina menyuap makanan dan masuk ke mulut Lina, begitu nikmat, rasa yang khas dan sederhana, mulut Lina tidak berhenti untuk terus memakainya, semakin masuk mulut semakin ingin terus menyuap.
Lina menikmati makan siangnya dengan sangat lahap, begitu pun dengan Silvi
Hari memang mulai sore dan sudah pukul 16:00
Selesai makan Lina langsung membayarnya di kasir, dan Silvi mengajak Lina untuk bersiap.
" Nona ayok kita ke tempat kecantikan dulu, hari sudah mulai sore, tuan menyuruh saya untuk mendandani nona. " Ucap Silvi di tengah perjalanan mereka keluar dari restoran tersebut.
" Buat apa, aku tidak perlu yang begituan. " Jawab Lina.
" Tapi tuan yang menyuruh, " jawab kembali Silvi.
Dalam benak Lina lagi-lagi Rach yang memerintah nya, kenapa dia suka mengatur si, Lina tidak bisa menebak pikiran Rach yang sangat sulit untuk di tebak, bahkan selalu berubah-ubah.
Lina mau tidak mau dia harus mengikuti keinginan Rach, Silvi pun membawa Lina ke dokter kecantikan, sampai lah di sebuah tempat dokter kecantikan tersebut, sebab Silvi tidak mungkin membawa Lina ke salon abal-abal, dia membawa Lina ke dokter untuk melakukan perawatan wajah.
Sebenernya wajah Lina sudah mulus dan putih, dia tidak menggunakan apapun tapi kulitnya sangat halus, jadi menurut Lina dia tidak perlu ke tempat seperti itu, hanya membuang uang saja, ya memang uang Rach sangat banyak, pikir Lina kalau tidak poya-poya mungkin tidak akan cukup untuk di tampungnya.
Sambil memasuki ruangan khusus Lina memeriksa kulit wajahnya, dan mulai melakukan perawatan dari ujung rambut sampai kaki.
Sebab di tempat itu semua perawatan ada jadi tidak perlu pindah-pindah tempat untuk melakukan perawatan apa saja di situ tersedia.
Dua jam pun berlalu Lina masih melakukan proses perawatan, jam sudah pukul 18:06
Tapi selama proses perawatan Silvi tanpak nya dia sedang sibuk menyiapkan kebutuhan Lina, dia membawa baju yang sudah ia pesan dari toko dan membawanya ke tempat Lina sedang perawatan, biar sekalian di situ Lina di dandani.
Entah ada acara apa, sampai membuat Lina harus melakukan perawatan, kalau hanya makan malem tidak mungkin kan sampai membuat Lina melakukan perawatan yang sangat lama, dan teliti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
IstriNyaJimin
kayla or lina ?
2020-05-05
0