Steiner dan teman-temannya pun meninggalkan Herzog dan melanjutkan perjalanan ke Pantai Amal lama.
Setelah berkendara cukup lama, mereka berempat hampir sampai di Pantai Amal Lama.
"Kita hampir sampai, kawan!! persiapkan senjata kalian!!" kata Steiner dengan suara keras.
"Siap, Steiner!!" jawab mereka dengan suara keras.
Mereka pun sampai di depan pintu masuk pantai Amal lama. Lalu, Steiner turun untuk membuka pintu di bagian belakang APC untuk teman-temannya agar bisa keluar.
"Ayo semua turun kita sudah sampai di tempat" kata Steiner.
"Apakah APC ini aman jika di letakan disini?" tanya syamsul.
"Iya, Steiner, apalagi kalau malam-malam ada pasukan pemberontak yang patroli disini lebih baik kita bawa ke atas bukit, ada jalannya menuju kesana" tambah Apris sambil menyarankan Steiner.
"Baik-baik, ayo naik kita akan keatas bukit sekarang" jawab Steiner.
"Siap" ucap mereka semua.
Steiner pun masuk ke APC dan mengendarainya pergi ke atas bukit. Sementara itu, teman-temannya menyusul ke atas bukit dengan berjalan kaki.
Sesampainya mereka di bukit, mereka semua langsung turun dari mobil dan Steiner menyuruh mereka untuk membuat tenda.
Setelah dua tenda sudah mereka dirikan, Steiner memberitahu sesuatu pada mereka.
"Teman-teman... Kemari" panggil Steiner.
Mereka pun mendekat pada Steiner.
"Ada apa, Steiner?" tanya Syamsul.
"Aku mempunyai berita baik untuk kalian" jawab Steiner.
"Dilihat dari pergerakan pasukan pemberontak, mungkin mereka saat ini tidak akan mencapai kebukit ini. Dari bawah sini, aku melihat sebuah perahu disana, kita bisa gunakan itu besok pagi" tambahnya.
"Kenapa kita tidak pergi sekarang saja?" tanya Saftoro.
"Tidak aman jika kita berangkat dijam-jam segini, kita bisa saja ditembak oleh pesawat tempur pasukan pemberontak" jangan Steiner.
"Kalau malam hari?" tanya Syamsul.
"Dimalam hari, pasukan pemberontak akan melakukan patroli dan jika kita menggunakan mobil, suaranya akan menarik perhatian mereka" jawab Steiner.
"Tapi apakah kita semua bisa pergi ke Kalimantan Timur dengan selamat?" tanya Amel.
"Pastinya. Akan tetapi, kita juga akan berada pada posisi yang berbeda setelah sampai disana dengan selamat" jawab Steiner.
"Dan perjalanan kesana mungkin akan memakan waktu agak lama" tambahnya.
"Berbeda posisi gimana? lagian kita tidak terpisahkan jika kita sudah ada disana" tanya Apris.
"Maksudku begini, jika kita semua sampai disana dengan selamat. Aku pasti akan langsung diberangkatkan dengan cepat ke Pulau Jawa untuk kembali dengan para Tentara Jerman yang lain, kemungkinan besar aku tidak bisa melihat kalian lagi untuk selama-lamanya karena aku sudah pasti akan kembali ke Jerman" jawab Steiner.
"Apalagi TNI yang ada disini telah dikalahkan oleh pasukan pemberontak. Dan hal ini akan menambah resiko kita. Menurutku, Tarakan adalah zona merah sekarang. Tetapi, para TNI sedang berusaha keras melawan pasukan pemberontak, jadi kita harus berada disini sampai situasi benar-benar aman" tambahnya.
"Ingat ini, hidup dan mati berada ditangan kita. Jika kita menyia-nyiakannya, kita semuanya akan mati. Tidak ada orang yang ingat dan tahu tentang perjuangan kita nanti" tambahnya lagi.
Mereka pun langsung terdiam ketika mendengarkan jawaban Steiner. Mereka hanya bisa terdiam dan memendam rasa bahagianya untuk keluar dari Tarakan.
"Mungkin ini adalah pertemuan terakhir kita. Aku harap jika perang berakhir, kalian bisa melupakan hal ini agar kalian tidak trauma berat" ucap Steiner.
Steiner pun mengeluarkan sebuah catatan kecil dan menuliskan nomor teleponnya dan memberikannya pada Apris.
"Ini nomor teleponku, jika aku sudah kembali ke Jerman dan perang sudah berakhir, jangan lupa untuk menghubungiku. Aku akan mengunjungi negara ini jika mendapatkan hari libur" ucap Steiner sambil memberikan kertas yang bertuliskan nomor teleponnya.
"Baik, terima kasih" jawab Apris.
Steiner pun berbalik kebelakang dan berjalan menuju ke mobil. Lalu, Syamsul pun memanggil Steiner yang sedang berjalan ke APC.
"Steiner, kamu mau kemana?" tanya Syamsul.
"Aku akan beristirahat sebentar di APC" jawab Steiner.
Sesampainya ia di APC, Steiner membuat secangkir kopi untuknya dan menikmatinya dibagian depan mobil.
Setelah membuat kopi, dia pergi kedepan APC dan duduk didalam sambil melamun dan berbicara didalam hati, serta memikirkan hal menyedihkan yang baru saja terjadi.
"Kenapa Colonel terbaikku harus pergi demi keselamatan ku dan teman-temannya, aku merasa bersalah betul, aku berbuat banyak kesalahan kepada Colonel, tapi Colonel tidak pernah memarahiku, meskipun aku berbuat salah yang sangat banyak, semoga Colonel tenang disana" kata Steiner dari dalam hati.
Setelah itu, Syamsul pun datang dan menghampirinya untuk membantunya membuat makanan karena hari sudah siang. Akan tetapi, Steiner tidak merespon saat Syamsul memanggilnya.
"Steiner, Steiner" panggil Syamsul. Namun Steiner tidak merespon.
"Steineeer!!!"
Steiner pun terkejut dengan suara Syamsul yang keras itu.
"Haah... ...ada apa Syamsul" tanya Steiner dengan terkejut dan menoleh kearah Syamsul.
"Kamu melamun yah, Steiner?"
"Tidak kok, aku tidak melamun, hehehe..."
"Terus... 'kok aku panggil kamu tidak merespon?"
"Aku hanya tidur sebentar, ada apa kau manggil aku?" tanya balik Steiner dengan mengalihkan pembicaraannya.
"Ayo bantu aku, kita akan buat makanan buat makan siang, akan menjelang siang ini"
"Sebentar, aku akan ambil dagingnya dan bahan makanan untuk dimasak"
"Ayo, aku bantu juga"
Syamsul pun membantu Steiner mengambil beberapa kaleng makanan dan bahan-bahan lainnya, serta alat memasak. Selain itu mereka membawa sebotol bensin untuk membuat api.
Setelah mengambil semua itu, Steiner bertanya dengan Syamsul sambil berjalan,
"Syamsul, ada tempat pemanggang disana?"
"Ada 'kok. Dulu waktu aku pergi kesini banyak tenda-tenda yang berjejer, ditambah lagi tempat pemanggangan yang ada di tengah-tengah, atau kalau mau ingin lebih praktis ada sebuah kompor diwarung"
"Dimana itu?"
"Ayo ikuti aku"
Mereka pun pergi ke warung yang ditinggalkan karena ada sebuah penyerangan. Mereka pun pergi memasak makanan. Ketika mereka berdua hampir sampai di warung, Apris bertanya dengan mereka berdua.
"Syamsul, Steiner, kalian mau pergi kemana?" tanya Apris.
"Mau pergi masak" jawab Steiner
"Bolehkah aku ikut?" tanya Apris.
"Boleh-boleh, lebih banyak orang, lebih cepat selesai" jawab Syamsul kepada Apris.
Mereka pun pergi ke warung. sesampainya mereka disana, Steiner, Syamsul, Apris membawa alat-alat masak dan bahan-bahanya ke dalam.
"Oh ya, Syamsul potong ayamnya dan tuang tepung diember kecil, aku akan turun dulu dari bukit untuk mengambil air disungai kecil untuk dimasak" kata Steiner.
"Baik, hati-hati Steiner" jawab Apris.
"Siap" kata Steiner.
Dia pun turun dari bukit untuk mengambil air disungai, dengan membawa senapan serbunya untuk berjaga-jaga.
Saat sampai di sungai Steiner melihat ada tiga pasukan pemberontak yang datang patroli disungai itu, Steiner pun langsung bersembunyi di semak-semak.
"Sialan, ada patroli lagi" ucap Steiner dengan suara kecil.
Para pasukan pemberontak itu pun pergi meninggalkan sungai, dan Steiner dengan cepat mengambil air disungai.
Saat berjalan dengan cepat naik keatas bukit, Steiner melihat kearah pantai dan menikmati keindahan pantainya. Tiba-tiba saja, armada pasukan pemberontak melakukan konvoi dibawah sambil melepaskan tembakan keatas langit.
Steiner pun langsung bergegas naik keatas dengan air yang tumpah sedikit dari ember. Saat berada diwarung, Steiner tidak melihat Syamsul dan Apris.
"Syamsul... Apris..." panggil Steiner.
"Itu Steiner, Apris" ucap Syamsul.
"Ahh... Untung saja bukan pasukan pemberontak" jawab Apris.
"Steiner, kami disini" ucap Syamsul.
"Kalian kenapa bersembunyi?" tanya Steiner.
"Kami tadi mendengar suara tembakan yang sangat keras, jadi kami bersembunyi agar tidak terbunuh oleh pasukan pemberontak" jawab Arpris.
"Ada konvoi pasukan pemberontak dibawah sambil menembak keatas langit" ucap Steiner.
"Untuk saat ini, kita harus menjaga suara agar para pasukan tidak mengetahui keberadaan kita" tambahnya.
"Siap!" jawab mereka berdua.
Mereka pun melanjutkan memasak untuk makan siang, mereka memasak sekitar 20 menit.
Setelah memasak cukup lama, makanan mereka pun selesai, mereka taruh di piring, dan nasi yang ada dipanci.
"Ayo bawa kesana, mereka sudah menunggu" kata Steiner.
"Siap" jawab mereka.
Mereka bertiga membawanya ke tempat tenda-tenda yang mereka tempati.
Steiner pun menyuruh teman-temannya keluar untuk makan bersama-sama.
"Ayo semuanya keluar, ada makanan nih" panggil Steiner
Mereka semua pun keluar dan duduk dipasir dengan posisi melingkar. Kemudian, Syamsul mengajak Steiner untuk duduk dan makan.
"Steiner, ayo duduk kita makan dulu" ajak Syamsul.
"Kalian saja, aku tidak lapar sekarang" jawab Steiner.
Steiner pun akhirnya meninggalkan Syamsul dan yang lainnya makan disana. Sementara itu, Steiner sedang beristirahat dan berbaring disebuah tempat duduk APC
"Haaah... Kenapa keadaan harus begini, jika saja aku gagal tes untuk latihan dinegara ini, mungkin aku tidak terjebak pada konflik disini" ucap Steiner dan bersandar dengan lega dikursinya.
"Aku masih penasaran dengan keadaan Erika dan kawan-kawan di Jawa. Kuharap mereka tidak mengkhawatirkan aku, Colonel, Rommel, dan Ferguzo yang berada disini" jawab Steiner sambil bersandar dan meminum segelas kopinya.
Kemudian, ia mengeluarkan ponselnya dan memutarkan lagu favorit miliknyanya yang berbahasa Jerman dengan suara sedang dan mulai berbaring santai didalam APC
.
.
.
Malam Harinya.....
.
.
.
Malam pun tiba, saat jam 7 malam Steiner, Syamsul, dan Apris memasak makanan yang sama seperti tadi siang, dan Steiner sedang menyantap makanannya didalam APC.
Saat jam 9 malam mereka semuanya pun tidur di tenda masing-masing. Steiner memutuskan untuk tidur dikursi mobilnya.
Didepan bandara jam 22.00, Herzog terbangun dari pingsannya setelah beberapa jam yang lalu mengalahkan Tank ringan milik pasukan pemberontak.
"Kenapa kepalaku terasa sakit yah? dan dimana aku?" tanya Herzog sambil menatap Tank hancur dihadapannya.
Kemudian, Herzog baru ingat bahwa tadi pagi, dia menghancurkan Tank itu dengan granat.
"Ini 'kan tank yang tadi"
"Aku harus menemukan Steiner dan yang lain."
Ia pun berjalan mengambil sebuah sebuah senapan, pistol, beberapa, peluru, dan juga beberapa perlatan medis ketika ia terluka.
Setelah mengambil beberapa hal dari mayat-mayat pasukan pemberontak, Herzog malah berjalan kearah kanannya, yaitu tempat penyimpanan pesawat-pesawat.
"Aku akan mencari beberapa sumber daya untuk diriku"
Dia pun masuk ke tempat itu dan sampai di hangar pertama. Dihangar pertama, dia melihat beberapa kendaraan yang telah terbongkar serta terdapat mayat-mayat yang ditumpuk disana.
Kemudian, dia pergi keatas bukit dan melihat sebuah Tank AMX 13 yang terparkir didepan sebuah bangunan yang penuh pasukan pemberontak berlalu lalang. Herzog pun dengan tekad yang sangat kuat, memutuskan untuk mengambil Tank itu dari tangan pasukan pemberontak agar dapat memudahkannya menemui Steiner dan kawan-kawan.
"Aku akan mengambil Tank itu walaupun memiliki resiko yang sangat besar. Aku akan melakukannya agar bisa memudahkan untuk menemukan Steiner dan kawan-kawan" ucapnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
Rayhan Pahlevi
ditinggalin pasukan TNI ke Jawa ? masa siih kabur ke jawa
2020-08-24
0
Juan Atma W
hai Thor👋 aku mampir nih ke ceritamu😀 boom like dan rate ku sudah mendarat ya Thor😊 mari tetap saling dukung ya Thor🙏🙏🙏 semangat💪💪💪 salam dari "Budak"🙏🙏🙏
2020-08-12
0