Beberapa menit kemudian, mereka semua berhenti disebuah perempatan jalan. Herzog pun berdiri pada cupola APC dan melihat kebelakang untuk memeriksa keadaan dengan teropongnya.
Dari teropong miliknya, ia melihat satu pasukan pemberontak yang ditugaskan untuk memeriksa keadaan didepan. Herzog pun masuk kedalam dan mengambil sebuah senapan dengan teropong bidikan.
Ia langsung memasang teropong bidikan dan mengokang senapan itu.
"Kembalilah kau kepada Tuhan" ucap Herzog dengan membidik pasukan pemberontak itu.
Kemudian ia langsung melepaskan satu tembakan tepat didadanya dan membuat ia tewas seketika dijalan raya. Teman-teman Herzog yang mendengar suara tembakan langsung waspada.
"Ada apa, Colonel?" tanya Steiner.
"Hanya menembak salah satu pasukan pemberontak" jawab Herzog sambil masuk kedalam APC.
"Oke, Steiner. Kemudikan APC ini ke supermarket?" tambahnya.
"Supermarket yang mana, Colonel?"
"Terserah, kamu saja yang menentukannya, Steiner" jawab Herzog.
"Baik, Colonel"
Steiner pun menyalakan mesin APC-nya dan mulai berjalan kearah kanan dan melihat-lihat sekeliling untuk mencari supermarket yang terbuka.
Selang beberapa saat, Steiner berhenti disebuah tikungan yang berbelok kiri. Ia membelokkan APC-nya kekiri dan berhenti dipinggir jalan. Tempat yang Steiner berhenti, sangat sepi dan sangat berantakan karena ditinggal oleh pemilik dan orang-orang, hanya ada mereka dengan APC-nya yang berada disana. Akan tetapi mereka tidak tahu bahwa tempat itu sudah berada ditangan pasukan pemberontak.
"Colonel, kita sudah sampai" ucap Steiner.
Mereka pun turun satu persatu dari belakang APC dan Herzog turun terakhir dari mereka.
"Yaps... Untuk laki-lakinya, kita akan menyusuri jalan ini dan mencari beberapa hal yang kita anggap berguna, kelilingi tempat ini untuk menemukan beberapa hal" kata Herzog pada teman-temannya.
"Herzog, bagaimana dengan Nadia?" tanya Adi.
"Dia harus berada dimobil" jawab Herzog.
"Nadia, kamu jaga diri disini yah... Ada beberapa senjata didekatmu, gunakan itu ketika kamu merasa terancam" kata Herzog pada Nadia.
"Baik, Herzog" jawab Nadia.
Kemudian, Herzog berbalik kearah teman-temannya dan menyusun rencana.
"Oke... kita berpencar menjadi tiga dengan dua tim. Tim A terdiri dari Saftoro dan Steiner. Dan Tim B terdiri dari Adi, Apzal, dan Apris. Aku akan pergi sendirian untuk memeriksa kawasan dan juga mengambil sedikit sesuatu" kata Herzog dengan membagi tim.
"Apakah jelas?" tanyanya.
"Jelas" jawab semuanya.
"Tim A kearah tengah, Tim B kearah kanan, dan aku.... Akan berjalan diarah kiri" kata Herzog.
"Jika kalian bertemu pasukan pemberontak, segera lari dan berteriak serta menuju ke APC" tambahnya.
"Siap!" jawab semuanya.
Herzog dengan teman-temannya itu, mulai berpencar dan memeriksa setiap toko yang terbengkalai dari berantakan. Mereka memeriksa sekelilingnya dengan hati-hati dan detail. Selain itu, mereka banyak menemukan mayat-mayat yang berada dijalanan dan juga orang yang digantung.
Beberapa saat kemudian, mereka semua mendapatkan beberapa hal yang mereka anggap penting dari setiap toko dan langsung memasukkannya pada sebuah tas mereka.
"Aku masih tidak percaya kenapa bisa terjadi peperangan" ucap Apris sambil bersandar pada salah satu rak yang berisikan peralatan dapur.
"Sama, aku juga berpikiran seperti itu" jawab Adi.
"Jangan bicara, woy... Suara kita bisa kedengeran" kata Apzal.
"Disini sepi, tidak ada pasukan pemberontak disini" jawab Apris dengan meremehkan keadaan.
"Ayo masukan semuanya, aku akan berjaga disini dan memeriksanya" ucap Steiner pada Saftoro.
"Siap" jawab Saftoro sambil memasukkan beberapa barang disebuah kantung plastik kecil.
"Perang tidak akan selesai jika tidak perlawanan negosiasi diantara kedua belah pihak" ucap Steiner.
"Maka dari itu, kita harus berjuang demi terbebas dari peperangan atau konflik ini" tambahnya.
Saftoro hanya bisa terdiam sambil memasukkan beberapa sesuatu pada tasnya. Selain itu, ia juga mendalami ucapan Steiner tadi.
"Benar... Perang tidak akan selesai jika tidak ada perlawanan atau negosiasi... Jika aku bisa bebas, aku berjanji akan menciptakan negeri ini menjadi dulu lagi tanpa adanya konflik. Mahasiswa sepertiku, pasti bisa" ucap Saftoro didalam hatinya.
"Haaah... Aku baru merasakan bertahan hidup ditengah konflik ini..." Kata Herzog sambil memasukkan beberapa sesuatu pada ranselnya.
"Aku tidak tahu bagaimana keadaan kedua orang tuaku dan kedua saudaraku... Ku harap mereka tidak mengkhawatirkanku disini... Yang penuh dengan tentara pemberontak..." tambahnya dengan sedikit putus asa.
"Apakah didalam perlu juga?" tanya Apris pada Adi dan Apzal
"Sepertinya iya, aku akan kedalam, kalian tunggu disini" jawab Adi.
"Tapi didalam gelap, apakah kau tak keberatan?" tanya Apzal.
"Tentu saja tidak, serahkan padaku" jawab Adi.
Adi pun berdiri dan berjalan kedepan, tiba-tiba ia tak sengaja menendang bola kecil dan bola itu menjatuhkan tumpukan kaleng yang sangat banyak. Suara itu menarik perhatian beberapa pasukan pemberontak. Pasukan pemberontak itu pun datang ke sumber suara dengan membawa senjata mereka masing-masing.
Adi, Apzal, dan Apris pun terkejut dan panik melihat pasukan pemberontak, saking takut dan paniknya, mereka tidak memutuskan untuk lari. Pasukan pemberontak yang melihat mereka bertiga langsung mengokang senjatanya dan mengepung mereka menyuruh untuk menaruh senjatanya.
Apris yang sudah sangat panik, langsung berlari pergi meninggalkan tempat itu. Pasukan pemberontak pun melepaskan berondongan pada Adi dan Apzal. Suara tembakan itu menarik perhatian teman-temannya Herzog dan juga pasukan pemberontak.
Apris yang berlari sambil ditembaki pasukan pemberontak, berteriak sangat keras dan segera kembali ke kendaraan.
"ADA PASUKAAAAAN!!! CEPAT LARIIII!!!" teriaknya dengan sangat keras.
Herzog dan yang lain mendengar suara teriakannya Apris, langsung berlari kembali ke APC dengan cepat. Sementara itu, pasukan pemberontak terus mengejar mereka dan menembak APC-nya.
"Apriiis!! mana Adi dan Apzaaaal!!!" tanya Herzog dengan suara keras sambil menembak pasukan pemberontak disisi kiri APC.
"Mereka berdua telah tewas saat berondongan tembakan pertama terdengaaar!!!" jawab Apris sambil menembak dari dalam APC.
"Sial!!" ucap Herzog.
"Coloneeel!! cepat masuuuk!!!" kata Steiner dengan sangat keras dikemudi APC.
"Siap!!" jawab Herzog dengan keras sambil berjalan ke pintu belakang APC untuk naik.
Setelah Herzog berada didalam APC, Herzog yang berada di cupola APC sambil menembak pasukan pemberontak dengan senapan mesin, langsung menyuruh Steiner untuk tancap gas dengan sangat kencang dan laju.
"Steiner! tancap gas dan kabur!" kata Herzog sambil menembak pasukan pemberontak.
"Baik" Colonel.
Steiner dengan cepat, langsung menyalakan mobilnya dan tancap gas sekencang-kencangnya meninggalkan tempat itu. Ketika mereka kabur, para pasukan pemberontak menghentikan penembakannya dan memakai Herzog dengan teman-temannya menggunakan bahasa kotor.
Setelah berhasil kabur dari pasukan pemberontak, kini mereka terhenti diperempatan tadi karena Steiner tidak tahu harus kearah jalan yang mana.
"Kenapa berhenti, Steiner?" tanya Herzog.
"Anu.... Aku bingung harus berada kearah yang mana, Colonel"
"Kamu bisa melihatnya pada petunjuk jalan" sambil menunjuk papan penunjuk jalan.
"Tidak ada petunjuk jalan, Colonel"
"Kita harus bagaimana?" tambahnya.
"Hmmm... Kalau tidak salah belok kekiri" jawab Herzog.
"Kiri?"
"Iya, mungkin kekiri" jawab Herzog.
Steiner pun menyalakan APC-nya kembali dan mengemudikannya kearah kiri dengan kecepatan sedang. Setelah beberapa menit berkendara, mereka kembali lagi kejalan yang tadi saat terjadinya serangan udara pasukan pemberontak yang ada dibandara.
"Steiner, ini 'kan jalan yang tadi" kata Herzog.
"Aku rasa bukan, Colonel. Mungkin Pantai Amal Lama jaraknya tak jauh dari sini"
Ketika berada di SMKN 2 Tarakan, Steiner memutar APC-nya karena ia melihat kerumunan pasukan pemberontak lengkap dengan salah satu Tank, mobil militer, dan juga pasukan.
"Kenapa kamu memutar Steiner?" tanya Herzog.
"Pasukan pemberontak ada didepan tadi, Colonel!!" dengan suara keras.
Setelah memutar, salah satu Tank pasukan pemberontak menembak bagian belakang mobilnya. Tetapi, tembakan Tank itu meleset.
"Herzog! ada Tank dan mobil yang mengejar kita!!" teriak Saftoro dengan sangat keras sambil melihat dari jendela pintu belakang.
"Syamsul dan Saftoro, buka Jendela pintu itu dan gunakan senapan kalian. Kita akan menembak para pasukan pemberontak yang mengejar kita" kata Herzog.
"Baik!" jawab mereka berdua.
Herzog pun langsung pergi ke cupola APC dan mengoperasikan senapan mesinnya. Ia mulai mengokang senapan mesin itu dan memberikan perintah untuk menembak.
"TEMBAAAAK!!!"
Kedua teman Herzog itu langsung menembak para pasukan pemberontak yang mengejar mereka.
Peluru demi peluru ditembakkan pada pasukan pemberontak dan hanya melumpuhkan satu mobil pasukan pemberontak yang mengejar mereka.
"Herzog!! Tank dan pasukan itu semakin melaju!!" kata Syamsul dengan suara keras sambil menembak para pasukan itu.
"Steiner, selagi kita dikejar, tolong kemudikan mobil ini secara zig-zag agar Tank itu tidak dapat mengenai mobil ini" ucap Herzog pada Steiner.
"Baik, Colonel!!" jawab Steiner dengan sangat keras.
Steiner pun langsung mengemudikan mobilnya menjadi bergerak secara zig-zag. Akan tetapi, akurasi Herzog dan teman-temannya yang sedang menembak berkurang drastis dan menyebabkan peluru yang mereka tembakan hanya sebagian yang mengenainya.
"Herzog, aku tidak bisa menjaga akurasi senapanku ini" kata Syamsul.
"Aku dan Saftoro juga tidak bisa memegang senapan ini lebih lama lagi, karena senapan ini mulai panas" tambahnya.
"Benar sekali" jawab Saftoro.
Lalu, Nadia pun berdiri dan berkata pada Syamsul dan Herzog untuk mencoba memberanikan dirinya menggunakan senjata mesin.
"Her-Herzog, se-sebagai tanda terima kasih, aku bersedia menjadi penembak" ucap Nadia dengan agak gugup.
Herzog, Syamsul, Saftoro, dan Apris yang mendengar ucapan Nadia menjadi terkejut.
"Kau yakin?!" tanya Herzog sambil menembak pasukan pemberontak.
"Ya-yakin sekali" jawab Nadia dengan agak gugup.
"Tekanan senapan sangat besar, Nadia. Apakah kamu sanggup menahan tekanan yang diberikan pada senapan?!" tanya Syamsul sambil mengisi peluru.
"Bi-bisa" jawab Nadia dengan agak gugup.
"Akhirnya kita memiliki penembak lagi! Nadia! kamu ambil alih pada jendela pintu bagian kanan!!" kata Herzog dengan sangat keras sambil menembak.
"Baik, Herzog" jawab Nadia.
"Amel!! tutup matamu dan berdoa untuk dirimu sendiri agar kamu terselamatkan!!" kata Herzog dengan sangat keras pada Amel.
"Ba-baik" jawab Amel dengan gugup.
Nadia pun mengambil alih senapan bagian kanan dan langsung menembak pasukan pemberontak. Dengan segala usahanya, dia mencoba menahan tekanan senapan yang sangat besar itu.
Sementara itu, Amel menutup kepalanya dengan selimut loreng milik Herzog. Selain itu dia juga berdoa sambil menutup matanya agar tidak terjadi hal-hak yang tidak diinginkan
Kemudian, Herzog pun mengambil senjata anti-tank dari bawah tempat duduk dan mulai mengisinya.
"Apa yang sedang kamu lakukan, Herzog?" tanya Syamsul.
"Mengisi peluru senjata anti-tank"
Kemudian, dia mulai membidik satu mobil dari cupola APC. Gerakan zig-zag yang dilakukan Steiner, membuat Herzog menjadi kesulitan membidik satu mobil pasukan pemberontak. Akan tetapi dia mencoba untuk menjaga akurasinya dengan baik.
Satu tembakan mengenai mobil pasukan pemberontak dan menyebabkan mobil itu hancur serta terbakar.
Kini tersisa Tank FV1001 Scorpion milik pasukan pemberontak yang masih melaju dengan sangat kencang.
Herzog pun mulai mengisi peluru peluncur itu. Kemudian dia membidik Tank itu dan memberikan satu tembakan terakhir untuk Tank itu.
Akan tetapi, peluru itu mengenai mengenai bagian samping kubah meriamnya dan menyebabkan peluru yang Herzog tembakan, memantul dan mengenai salah satu bangunan.
Peluru senjata anti-tank itu pun habis, Herzog kebingungan dan berpikir mencari cara lain untuk menghancurkan Tank itu.
Setelah berpikir agak lama, dia memilih sebuah cara ekstrem untuk menghancurkan Tank itu. Yaitu dengan cara menaruh granat di bawah tank, namun akan memakan resiko yang sangat besar, yaitu tubuh Herzog bisa hancur karena akibat ledakan granat itu.
"Syamsul, aku akan menaruh granat di bawah tank, sebelum aku pergi Steiner yang akan memimpin kalian. Selamat tinggal semuanya" kata Herzog.
"Jangan, Herzog, terlalu berbahaya" jawab Apris sambil memegang tangannya Herzog dan menahannya agar tidak melakukan hal yang nekat.
"Aku terpaksa, Pris. Jaga dirimu dengan baik bersama teman barumu sekarang" kata Herzog.
"COLONEEEEL!!! YANG SYAMSUL KATAKAN ITU SANGAT BERBAHAYAAAA!!!" teriak Steiner dengan sangat keras untuk mencegah Herzog meloncat dari mobil.
"DEMI KESELAMATAN KALIAN, STEINEEEEER!!!"
"JAGA DIRIMU BAIK-BAIIIIIK!!!" tambahnya.
Herzog keluar dari APC lewat cupola dan meloncat dari APC itu. Kemudian ia berlari kearah Tank itu dan menggulingkan dirinya. Ketika sudah dekat, Herzog pun menaruh granat di bawah tank.
Saat tank meledak dengan sangat dahsyat, Syamsul berteriak dan memutuskan meloncat dari APC untuk menyelamatkan Herzog yang ada di bawah Tank.
Ketika akan membuka pintu dan meloncat, Syamsul dihadang oleh Apris dan Saftoro karena terlalu bahaya. Semua yang ada di mobil sedih meratapi Herzog yang tewas dibawah Tank Scorpion pasukan pemberontak.
Mereka seakan tidak mempunyai pemimpin yang baik seperti Herzog, mereka pun mau tak mau harus bertahan hidup dari Tarakan tanpa adanya Herzog.
Steiner pun juga terharu dengan Herzog ketika tahu bahwa ia telah mati agar teman-temannya selamat walaupun harus mengorbankan nyawanya.
"Sial, kenapa Colonel harus mengorbankan dirinya?!" ucap Steiner sambil memukul kemudi APC.
"Mungkin ini adalah takdir, Steiner" jawab Apris.
"Semoga kita bertiga bisa bertahan hidup dan kabur dari Tarakan" ucap Steiner.
"Selamat tinggal Herzog, jasamu akanku kenang karena sudah menyelamatkanku dipertigaan jalan kemarin. Semoga kamu tenang dialam sana" ucap Nadia dengan menitikkan air matanya sedikit sambil melihat Tank Scorpion yang hancur dan terbakar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
anggita
APC itu kendaraan angkut militer yah🤔, sjenis panser ringan🙄?
2022-11-19
1
OPPA
likes
2020-09-22
0
Simna A.Ma.
lanjut thor, jangan lupa mampor ya thor le
My Innocent Girl
Anggun Asmara
2020-07-11
1