Saat asik bercerita di jalan mereka berdua mendapatkan kejutan, dari kejauhan, kejutan itu berupa patroli pasukan pemberontak, mereka berdua pun panik dan mencari tempat untuk bersembunyi.
Herzog dari bawah melihat rumah adat Tarakan yang masih sangat baik, walaupun tadi pagi sempat dihujani peluru artileri pasukan pemberontak. Tanpa pikir panjang, Herzog dengan menggendong Raditya langsung lari kerumah adat itu untuk bersembunyi agar tidak menjadi sandera.
Herzog masuk kedalam rumah itu dan membaringkan Raditya di kursi panjang.
"Untuk sementara ini, kita akan bersembunyi disini, pasukan pemberontak itu, tetap tenang dalam situasi ini" kata Herzog.
"Jika mereka akan memeriksa rumah adat ini kita berdua akan ditangkap dan diinterogasi oleh mereka Herzog!" jawab Raditya sambil menegaskan Herzog.
"Tidak mungkin mereka pergi ke rumah adat ini, jangan panik, kita bisa melewati situasi ini" kata Herzog sambil melihat ke jendela.
Herzog mengamati pasukan pemberontak yang sedang patroli dipagi hari, pasukan itu semakin dekat rumah itu, jantung Herzog berdebar dengan sangat kencang karena panik dan keringat dingin.
Namun perkataan Raditya itu benar pasukan pemberontak itu berjalan kearah rumah adat untuk memeriksa keadaan yang ada disana sekaligus untuk mengumpulkan informasi bagi komandan/petinggi mereka.
"Sial, memang benar yang dikatakan oleh Raditya, aku harus mencari solusi" ucap Herzog sambil mencari ide.
"Hhhmmm..... Itu dia, peredam pistol, mungkin Raditya punya peredam itu" tambahnya ketika sudah mendapatkan ide dengan suara kecil.
"Raditya, apakah kau mempunyai pistol dan peredam dan pelurunya? aku sangat membutuhkannya" tanya Herzog
"Ada, tapi pistol G18, memangnya mau buat apa?" tanya Raditya ketika dia mengeluarkan pistol dan peredamnya untuk diberikan oleh Herzog.
"Aku akan melawan mereka agar kita berdua bisa melanjutkan perjalanannya" jawab Herzog.
"Apakah kau gila?! itu sama saja kau akan melakukan bunuh diri Herzog!" kata Raditya.
"Hanya lima pasukan saja, ini sangat mudah untuk dilawan" jawab Herzog.
"Tapi, Herzog—"
"Tidak ada tapi-tapi, berikan sekarang juga!" potong Herzog dengan bersikeras dan mengulurkan tangannya untuk meminta Raditya menberikan pistolnya.
Raditya memberikan pistol dan peredam-nya, Herzog sedang bersiap-siap untuk menyerang para pasukan patroli itu.
Herzog tak gentar sebelum memulai serangan dia berdoa agar diberkati dan diselamatkan.
Lalu, Herzog menendang pintunya dan berlari kearah pasukan itu dan menembaknya satu persatu di bagian kepala, dia menendang satu pasukan pemberontak dan di buat pingsan oleh Herzog.
Kemudian, Raditya mencoba menguatkan dirinya dan membantu Herzog yang sedang melawan pasukan patroli.
Semua pasukan patroli itu telah dibantai oleh Herzog dan Raditya. Kemudian, Herzog melihat satu pasukan yang akan sadar dari pingsan lalu Herzog pergi kearahnya dan memukulnya serta membuatnya pingsan lagi.
Dia membawa pasukan itu kedalam dan mengikatnya di kursi. Setelah itu Herzog mengembalikan pistol yang sudah ia pinjam untuk melawan pasukan patroli itu. Setelah sadar dari pingsannya, pasukan patroli itu mendapatkan Herzog dan Raditya yang sedang berdiri didepannya. Raditya perlahan sudah kembali normal dari kekurangan darahnya.
"Sekarang yang kita dapatkan adalah Anjing yang sangat besar..... Dia adalah seorang penghianat negaramu, Raditya. Tubuhnya besar dan berotot hanya cara berperangnya buruk. Ditambah lagi dia seorang yang mudah terhasut oleh keburukan Zionis itu. Ini akan menjadi sejarah bangsa Indonesia yang sangat kelam. Sebaiknya kita akan melakukan interogasi dengan cara kasar" kata Herzog sambil mengibaratkan pasukan itu sebagai hewan dan kaki kanannya naik diatas boks peluru.
"Benar sekali, Herzog. Dia adalah salah satu penghianat negara yang mudah terhasut" Jawab Raditya
"seperti inikah orang negara ini? biar ku urus hal ini" ucap Herzog sambil meregangkan jari-jari tangannya.
Herzog memukul wajahnya dan perutnya dengan sangat keras.
"Berikan informasi yang terkait dengan pasukanmu serta berikan juga dimana pasukan mu yang berada disini!" kata Herzog sambil memukul wajahnya dengan sangat keras.
Herzog sangat marah pada pasukan pemberontak itu yang masih sangat muda yaitu berumur 17 tahun, Herzog bahkan terus memukul pasukan itu untuk mengatakan informasi tentang pasukan pemberontak dan dimana sisa dari pasukan pemberontak yang berada di Tarakan.
"Aku tidak akan memberikannya, kau adalah orang asing yang mencampuri urusan kami, dan kau adalah TNI yang penuh hina" jawab pasukan itu sambil menahan rasa sakit yang diakibatkan oleh pukulan Herzog.
"Tidak ada pemimpin yang lebih kuat dari Lord Aditya" tambahnya.
"Verdammt (Sialan)" kata Herzog dalam bahasa Jerman.
"Rupanya kamu sangat fanatik" tambahnya.
Raditya yang sangat marah, langsung menodongkan pistolnya pada pasukan pemberontak. Todongan pistol itu membuat pasukan pemberontak itu menjadi panik, akan tetapi ia tetap bersikap profesional dan membuang rasa paniknya.
"Kamu adalah penghianat yang penuh hina. Aku tidak suka pada seorang penghianat" kata Raditya
Herzog yang melihat Raditya marah besar akibat perkataan pasukan itu, langsung menodongkan pistolnya dan Herzog memegang pistol Raditya dan perlahan menurunkannya kebawah.
"Raditya, aku tahu kalau kau marah terhadap perkataan pasukan itu, tapi sebaiknya jangan dibunuh, kita akan menginterogasi dia sampai benar-benar memberikan informasinya" kata Herzog sambil menenangkan Raditya karena telah menghina negaranya.
"Masalahnya... Dia sudah menghina TNI dan juga berhianat" jawab Raditya.
Lalu, pasukan itu memberikan perkataan kepada Raditya yang sangat membuatnya marah besar
"Hahahah!! kalian berdua seperti orang yang tersesat dalam kegelapan, mudah marah" kata pasukan itu.
Raditya yang tak tahan dari perkataan pasukan itu langsung menembak wajahnya yang membuatnya mati ditempat.
"Memang pantas kau mendapatkan tiket untuk pergi ke neraka!!" kata Raditya sambil meludahi mayat dan mendorongnya dengan kakinya.
"Raditya, kenapa kau menembaknya? kita sangat membutuhkan informasinya, jangan hiraukan perkataan mereka!" kata Herzog.
"Lihat, pasukan ini telah menghina negaraku, dia tidak pantas menginjakkan kakinya disini" jawab Raditya sambil mengisi peluru pistolnya.
"Sudahlah, kita akan melanjutkan perjalanan, periksa perlengkapan dan yang ada di seragam dia dan jangan mengambil senjatanya" kata Herzog.
"Iya, pergilah jalan duluan, aku akan menyusul setelah ini" jawab Raditya.
Herzog pun turun dari tangga dan berjalan duluan, saat sudah sampai dari tangga Raditya datang dan membawa banyak perlengkapan, mulai dari kompas, peta Kota Tarakan yang sudah ditandai kode, nomor untuk melakukan panggilan bala bantuan, makanan kaleng, dan uang sebesar Rp. 500.000,-
"Herzog aku banyak mendapatkan peralatan, ini akan berguna untuk kita dan aku mendapatkan uang sebesar Rp. 500.000,-" kata Raditya.
"Was? (apa) uang? kita tidak akan membutuhkan uang disaat ini, lihatlah sekelilingmu tidak ada orang yang berjualan saat perang" jawab Herzog.
"Aku tahu, tapi uang ini aku akan sumbangkan kepada orang yang lebih membutuhkan ketika kita sudah keluar dari Tarakan" kata Raditya.
"Ah ayolah..... Buang uang itu sekarang, aku tahu kau ingin berniat baik tapi uang itu akan menjadi hancur jika terkena air, lihat keatas awan, sekarang sedang mendung lebih baik kau buang uang itu sekarang!" jawab Herzog sambil menegaskan.
"Sudahlah, jika kau tak mau aku membawanya maka aku akan tetap membawanya!" kata Raditya sambil berjalan dengan cepat pergi meninggalkan Herzog.
"Sama seperti dulu, selalu keras kepala" jawab Herzog.
Herzog menyusul Raditya, mereka berdua terus berjalan melewati gang, gereja, dan masjid. Disepanjang jalan Herzog dan Raditya melihat banyak tempat ibadah yang hancur akibat serangan pasukan pemberontak.
Di masjid, mereka melihat banyak mayat-mayat disana dan ditumpuk yang sudah menjadi tulang akibat dibakar setelah di tembak mati. Di gereja, semua sudah hancur berantakan, kursi-kursi gereja dibawa keluar dan dijadikan tempat eksekusi dan pemerkosaan.
"Lihat itu, Herzog. Para musuh itu tidak memiliki rasa belas kasihan kepada warga sipil disana, jika dia tidak memberikan rasa belas kasihan pada orang-orang yang ada disini maka aku akan sebaliknya" kata Raditya
"Aku akan begitu pada mereka, tanpa belas kasihan!" jawab Herzog.
Jam 04:23 WITA. Hari sudah menjelang terang. Herzog dan Raditya berhasil sampai didepan di bukit yang mengarah ke Pantai Amal Lama. Mereka berdua berhenti sejenak sambil melihat matahari yang sedang terbit walaupun hanya terlihat sinar matahari.
"Akhirnya kita bisa sampai, hanya beberapa meter lagi, Raditya cepat keluarkan peta dan kompas tadi yang kau ambil" kata Herzog
"Ini dia petanya, terbuat dari kertas yang sangat berkualitas dan sudah berantakan" jawab Raditya.
Mereka berdua mengamati pantai itu lewat sebuah peta dan juga mengamatinya di bukit.
"Dari arah timur kita berada di tengah jalan yang berada dibukit, di arah jam satu terlihat sebuah Mobil APC VAB dengan codename: Stromtrooper." Kata Herzog.
"Herzog, terlihat dari arah jam sembilan, sepuluh dan delapan, akan diserbu dengan banyak Tank pada hari Selasa minggu depan, sepertinya kita harus membawa teman-temanmu keluar dari Tarakan" jawab Raditya
"Ayo cepat, kita harus membawa mereka keluar dari Tarakan" kata Herzog.
Mereka berdua pun langsung pergi dengan cepat untuk menemui Steiner serta teman-temannya, mereka berdua berlari sangat cepat layaknya sang pelari maraton.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments