"Malam-malam begini, Tank AMX ini rantainya lepas. Hmmm.... Jika aku memperbaikinya mungkin tidak akan sempat, lagi pula aku bukan seorang mekanik dalam kemiliteran Jerman, sial sekali aku" ucapnya.
Dia pun turun dari Tank dan berjalan menuju perempatan jalan. Sesampainya diperempatan jalan, dia merasa bingung jalan mana yang ia harus lewati untuk menemukan Steiner dan kawan-kawan.
"Ada empat arah jalan, aku harus memilih yang mana?" tanya Herzog.
"Sebentar, Steiner pernah bilang padaku untuk pergi ke Pantai Amal Lama karena disana ada tempat yang tidak jangkau oleh pasukan pemberontak" pikirnya.
"Berarti.... jalan untuk ke Pantai Amal Lama adalah jalan arah kiri" ucapnya.
Herzog pun berjalan kearah kiri. Dia menyalakan senternya sambil memegang pistol miliknya untuk melihat keadaan dan berjaga-jaga jika ada serangan yang akan datang.
.
.
.
Sementara itu di Pantai Amal Lama....
.
.
.
Steiner yang merasa gelisah, bangun dari tidurnya dan pergi ke ujung bukit dan duduk dan melihat bintang dilangit sambil merenungi dirinya.
"Colonel, aku tidak bisa tidur, ketika aku tidur aku selalu teringat kejadian itu tadi siang. Kami disini aman, tidak ada gangguan lain dari pasukan pemberontak, aku merasa bersalah, aku adalah prajurit dengan penuh hina, sebaiknya aku yang harus mati dalam kejadian itu tadi siang" ucap Steiner sambil menatap bintang.
Lalu, Syamsul terbangun dari tidurnya untuk pergi buang air kecil dan membangunkan Apris yang tertidur pulas untuk menemani Syamsul ke toilet.
"Apris, Apris" kata Syamsul sambil menggoyangkan tubuhnya dengan pelan agar Apris terbangun.
"Apa sih?! Aku lagi tidur kau bangunkan lagi" jawab Apris sambil mengubah arah tidurnya.
"Temanin aku ke toilet, udah kebelet nih" kata Syamsul.
"Pergilah sendiri, ngga ada apa-apa disana, aku mau tidur, jangan diganggu" jawab Apris.
"Pris, kalau kau temanin aku ke toilet, ku bikinkan kau kopi, kita begadang malam ini, mau ngga?" tanya Syamsul sambil membujuk Apris untuk menemani Syamsul pergi ke Toilet.
Ketika mendengar kata-kata itu, Apris langsung bangun dan bersemangat untuk begadang.
"Ayolah, ku temanin" jawab Apris dengan bersemangat
"Diam-diam kau, kalau kita berdua ketahuan sama Steiner, abis kita nanti" kata Syamsul.
"Tenang aja, aku nggak akan berisik, 'kok" jawab Apris.
Syamsul dan Apris pergi ke toilet untuk menemani Syamsul, ketika mereka berdua keluar dari dalam tenda, mereka berdua kedapatan melihat Steiner yang berada diujung bukit sedang duduk sambil melihat bintang.
"Ssstt, ssstt, Pris ada Steiner diujung sana" kata Syamsul dengan suara kecil.
"Kira-kira dia ngapain yah?" tanyanya.
"Entah, coba kita datangi" jawab Apris
Mereka berdua pun mendatangi Steiner yang sedang duduk termenung sambil menatap bintang-bintang dilangit malam yang dipenuhi aroma mesiu seolah-olah memikirkan sesuatu hal. Lalu, Syamsul memanggilnya dan memecahkan kefokusan Steiner.
"Steiner!"
"Ya?" tanya Steiner sambil menoleh kebelakang.
"Ahh... Ternyata kalian berdua, aku kira kalian adalah Colonel" tambahnya.
"Habisnya kami berdua melihatmu duduk termenung memikirkan sesuatu" jawab Syamsul.
"Hanya melihat bintang-bintang malam yang indah disini. Jarang sekali terjadi hal begini di Jerman, karena semuanya adalah kota" kata Steiner.
"Apakah kau masih memikirkan Herzog yang tiada?" sahut Apris.
"Yaa... Bisa dibilang"
"Ngomong-ngomong, kau kenal dengannya sejak kapan?" tanya Apris.
"Semenjak aku berada di Batalyon Infanteri. Waktu itu, kami berdua berkenalan dikantin karena ia melihatku tak ada teman. Dan secara kebetulan dia ada tetanggaku yang ada diseberang"
"Ohh... Begitu, pasti sudah lama sekali yah..." kata Apris.
"Iya... Aku sudah lupa tahun berapa kami berkenalan" jawab Steiner.
"Aku ingat dulu dimana Herzog merupakan siswa SMP yang umurnya paling tinggi. Dikala itu, ia dulunya pindah kesini beberapa tahun lalu dan tak sekolah selama tiga tahun" kata Apris.
"Kalau diingat-ingat, bakal lucu bersamanya. Awal masuk sekolah, ia adalah anak yang dingin dan juga agak rasis. Tapi sikap buruknya kian menghilang ketika ia berteman dengan kami berdua. Selain itu, ia juga idola para perempuan disana karena merupakan keturunan orang barat yang biasa dikenal ras murni orang Jerman. Soal kepintaran sih, masih pas-pasan, sama seperti kami berdua. Dan juga, siswa paling jahil walau jahilnya tak seberapa" sahut Syamsul dengan menyilangkan tangannya dan tersenyum.
"Ha'ah... Kejahilan dan senyuman khasnya membuat para perempuan disana luluh. Bahkan ketika ia sedang sendiri saat istirahat, banyak perempuan yang mendekat dan mengobrol dengannya. Bahkan ada yang sampai memintanya menjadi pacar" jawab Apris.
"Apakah dia menerima tawaran menjadi pacar?" tanyanya Steiner.
"Tentu saja tidak, karena ia tak tahu soal cinta dan kerjaannya hanya bermain bersama kami sepanjang hari sepulang sekolah" jawab Apris.
"Ia adalah anak yang paling aktif dimasanya. Namun pada kelulusan SMP, ia harus kembali ke Jerman setelah tiga tahun disini. Kami juga turut sedih ketika satu persatu dari kami harus berpisah dihari itu juga. Namun tiga tahun kemudian, sebuah surat datang padaku dengan bingkisan dari Jerman. Ternyata, itu adalah Herzog yang masih mengingat kami dan juga alamat rumahku" sahut Syamsul sambil tersenyum bersandar didekat APC.
"Berbeda sekali dengan ceritaku" kata Steiner.
"Bagaimana ceritamu?" tanya Apris.
"Agak panjang jika diceritakan dan aku tak tahu bagaimana menyingkatnya"
"Oh yah, kalian kenapa tak tidur?" tambahnya.
"Niatnya sih... Mengantarkan Syamsul yang akan buang air. Namun sekarang tidak jadi saat asik bercerita denganmu" jawab Apris.
"Dan entah kenapa udara disini lebih dingin dari biasanya" tambahnya dengan menggigil sedikit.
"Oh yah, bagaimana jika kita bergadang malam ini?" tanya Steiner.
"Kalian beruntung karena aku telah menyiapkan kopi ditermos dan juga gelas" tambahnya.
"Wah... Ide bagus, aku juga tak bisa tidur malam ini" sahut Syamsul.
"Bergadang sampai pagi" tambah Apris dengan agak ceria.
Mereka berdua pun duduk bersama-sama sambil meminum kopi sambil bercanda tawa dan juga mengobrol santai.
"Steiner, apakah hidup Jerman itu menyenangkan?" tanya Syamsul.
"Hidup di Jerman bisa dibilang agak gampang-gampang-susah untuk orang asia tenggara seperti kalian. Dan ini adalah fakta. Jika kalian adalah muslim, sangat susah mencari makanan halal disetiap pertokoan. Karena aku tak suka daging babi, mencari daging sapi sangat susah dan mahal. Tapi berkat orang-orang Turki disana, daging sapi mudah dijumpai. Transportasi di Jerman tak sama dengan disini dan harga masih terjangkau untuk mereka. Transportasi umum disana cukup memadai apalagi dengan adanya tram dan juga kereta cepat."
"Jujur, waktu pertama kali datang kesini dalam latihan bersama, sempat mengalami culture shock. Aku juga mengira orang yang berpakaian menutup aurat dan berhijab adalah orang turki dan laki-laki disini aku sempat mengira adalah orang India" tambahnya dengan tersenyum.
"Entah kenapa aku malah tersenyum mengingatnya. Apalagi kekonyolan yang dilakukan oleh salah satu teman kami" tambahnya lagi.
"Bagaimana ceritanya?" tanya Apris.
"Begini ceritanya. Dulu, aku, Herzog dan teman-temanku telah sampai dibandara dan disambut oleh prajurit TNI. Komandan mereka kemudian mengajak kami untuk pergi bersama-sama meninggalkan bandara Adi Sucipto. Kalau tidak salah disana waktu itu... Jam 11 malam. Hanya saja, Ferguzo mengatakan bahwa dia tahu asrama TNI AD dimana"
"Lalu, kami pun naik bus untuk mengantarkan kami ke asrama TNI AD. Tetapi, sopir bus tersebut tidak bisa mengantarkan kami sampai kesana. Ia hanya dapat mengantarkan kami kurang lebih 1 km meter dari bandara tadi" tambahnya
"Lalu?" tanya Syamsul.
"Kami panik dan bingung harus berbuat apa di malam hari yang sangat larut. Herzog pun memarahi Ferguzo yang meremehkan bantuan dari prajurit TNI AD. Aku dan Erika memutuskan untuk pergi menanyakan pada orang-orang tenang letak asrama TNI AD" jawab Steiner.
"Tapi, situasinya sangat sepi. Tiba-tiba datang seorang pelajar laki-laki yang lengkap dengan seragamnya. Dia adalah teman kecil Herzog saat berada di Jerman beberapa dekade lalu. Kemudian, pelajar itu melambaikan tangannya sambil memanggil Herzog" tambahnya.
"Terus?" tanya Apris.
"Herzog mendatanginya dan berkomunikasi dengan bahasa Indonesia untuk menanyakan letak asrama TNI AD. Lalu, pelajar itu mengantarkan kami sampai asrama TNI AD dengan selamat. Namun, jaraknya hanya 200 meter lagi. Sebelum dia pergi, Herzog memberikan dia uang sebesar 20,54 Euro padanya sebagai rasa terima kasih dan juga melakukan salaman ala anak-anak muda. Aku pun langsung mendatanginya dan meminta nomor teleponnya agar bisa berkenalan dengannya. Setelah memberikan nomor teleponnya, dia berpamitan pada kami untuk pulang dengan tersenyum"
"Siapa nama pelajar itu?" tanya Syamsul.
"Namanya sih.... bercampur dengan nama orang Indonesia dan orang luar. Kalau tidak namanya Hans K. Raditya"
"Kepanjangan dari K. apa?" tanya Syamsul.
"Kennedy"
"Wah, nama yang sangat bagus" puji Syamsul.
Lalu, sistem komunikasi pada APC itu berbunyi setiap dua detik sekali.
"Steiner apa itu yang berbunyi?" tanya Apris
"Coba ku cek dulu"
Steiner pun pergi ke sistem komunikasi dan mengecek keadaannya.
Tiba-tiba Steiner terkejut mendapatkan pesan dari Tank Tiger Herzog, yang berisi "Steiner dimana kau ada dalam kesulitan"
"Apa?! pesan dari Colonel" kata Steiner sambil terkejut.
Steiner pun memanggilnya Apris dan Syamsul untuk melihat kabar baik dari Steiner
"Apris, Syamsul, kesini!! aku punya kabar baik!!" panggil Steiner dari dalam
"Iya, tunggu sebentar!!"
Mereka pun mendatangi Steiner yang penuh dengan kebahagiaan.
"Coba kalian lihat ini" kata Steiner.
"Mana? apa yang kau lihat?" tanya Syamsul.
"Ini!! pesan dari Herzog! dia tidak mati dan masih hidup!" jawab Steiner sambil bahagia.
"Apa?! Herzog?!" tanya Syamsul, Syamsul membaca pesan itu dan agak sedikit heran.
"Sepertinya ini bukan dia" tanya Syamsul.
"Ini dari Herzog! lihat ini... tertulis dari Hans Herzog" kata Steiner.
"Iya, ini dari Herzog" kata Apris.
"Ini bukan Herzog, lihat dari namanya" jawab Syamsul.
"Ini Herzog! nama panjangnya Hans Herzog K." kata Steiner.
"Wah... Aku tidak tau kalau itu adalah Herzog, aku cuma tahu 'Herzog' saja" jawab Syamsul.
"Lama-lama aku ingin menembak kamu, Syamsul" kata Steiner sambil menahan amarahnya dengan tersenyum.
"Ampun, ampun" jawab Syamsul.
"Steiner kesini kau, terlihat disini, dia berkata dia mendapatkan banyak tantangan ketika sedang mencari kita" kata Apris.
"Ayo kita cari Herzog" jawab Steiner pada mereka berdua.
"Jangan, masih berbahaya, kau ingat waktu jam 8.13, ada konvoi dari pasukan pemberontak, sebaiknya kita cari dia kalau sudah aman" kata Apris.
"Benar juga, sebelum mencari Herzog kita akan menyiapkan banyak peluru, obat-obatan, dan makanan" jawab Steiner.
"Oke, kami berdua akan ikut membantu mu" kata Apris
"Aku juga!!" tambah Syamsul.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments