EPISODE 8 Pencarian dan Perkumpulan

"Malam-malam begini, Tank AMX ini rantainya lepas. Hmmm.... Jika aku memperbaikinya mungkin tidak akan sempat, lagi pula aku bukan seorang mekanik dalam kemiliteran Jerman, sial sekali aku" ucapnya.

Dia pun turun dari Tank dan berjalan menuju perempatan jalan. Sesampainya diperempatan jalan, dia merasa bingung jalan mana yang ia harus lewati untuk menemukan Steiner dan kawan-kawan.

"Ada empat arah jalan, aku harus memilih yang mana?" tanya Herzog.

"Sebentar, Steiner pernah bilang padaku untuk pergi ke Pantai Amal Lama karena disana ada tempat yang tidak jangkau oleh pasukan pemberontak" pikirnya.

"Berarti.... jalan untuk ke Pantai Amal Lama adalah jalan arah kiri" ucapnya.

Herzog pun berjalan kearah kiri. Dia menyalakan senternya sambil memegang pistol miliknya untuk melihat keadaan dan berjaga-jaga jika ada serangan yang akan datang.

.

.

.

Sementara itu di Pantai Amal Lama....

.

.

.

Steiner yang merasa gelisah, bangun dari tidurnya dan pergi ke ujung bukit dan duduk dan melihat bintang dilangit sambil merenungi dirinya.

"Colonel, aku tidak bisa tidur, ketika aku tidur aku selalu teringat kejadian itu tadi siang. Kami disini aman, tidak ada gangguan lain dari pasukan pemberontak, aku merasa bersalah, aku adalah prajurit dengan penuh hina, sebaiknya aku yang harus mati dalam kejadian itu tadi siang" ucap Steiner sambil menatap bintang.

Lalu, Syamsul terbangun dari tidurnya untuk pergi buang air kecil dan membangunkan Apris yang tertidur pulas untuk menemani Syamsul ke toilet.

"Apris, Apris" kata Syamsul sambil menggoyangkan tubuhnya dengan pelan agar Apris terbangun.

"Apa sih?! Aku lagi tidur kau bangunkan lagi" jawab Apris sambil mengubah arah tidurnya.

"Temanin aku ke toilet, udah kebelet nih" kata Syamsul.

"Pergilah sendiri, ngga ada apa-apa disana, aku mau tidur, jangan diganggu" jawab Apris.

"Pris, kalau kau temanin aku ke toilet, ku bikinkan kau kopi, kita begadang malam ini, mau ngga?" tanya Syamsul sambil membujuk Apris untuk menemani Syamsul pergi ke Toilet.

Ketika mendengar kata-kata itu, Apris langsung bangun dan bersemangat untuk begadang.

"Ayolah, ku temanin" jawab Apris dengan bersemangat

"Diam-diam kau, kalau kita berdua ketahuan sama Steiner, abis kita nanti" kata Syamsul.

"Tenang aja, aku nggak akan berisik, 'kok" jawab Apris.

Syamsul dan Apris pergi ke toilet untuk menemani Syamsul, ketika mereka berdua keluar dari dalam tenda, mereka berdua kedapatan melihat Steiner yang berada diujung bukit sedang duduk sambil melihat bintang.

"Ssstt, ssstt, Pris ada Steiner diujung sana" kata Syamsul dengan suara kecil.

"Kira-kira dia ngapain yah?" tanyanya.

"Entah, coba kita datangi" jawab Apris

Mereka berdua pun mendatangi Steiner yang sedang duduk termenung sambil menatap bintang-bintang dilangit malam yang dipenuhi aroma mesiu seolah-olah memikirkan sesuatu hal. Lalu, Syamsul memanggilnya dan memecahkan kefokusan Steiner.

"Steiner!"

"Ya?" tanya Steiner sambil menoleh kebelakang.

"Ahh... Ternyata kalian berdua, aku kira kalian adalah Colonel" tambahnya.

"Habisnya kami berdua melihatmu duduk termenung memikirkan sesuatu" jawab Syamsul.

"Hanya melihat bintang-bintang malam yang indah disini. Jarang sekali terjadi hal begini di Jerman, karena semuanya adalah kota" kata Steiner.

"Apakah kau masih memikirkan Herzog yang tiada?" sahut Apris.

"Yaa... Bisa dibilang"

"Ngomong-ngomong, kau kenal dengannya sejak kapan?" tanya Apris.

"Semenjak aku berada di Batalyon Infanteri. Waktu itu, kami berdua berkenalan dikantin karena ia melihatku tak ada teman. Dan secara kebetulan dia ada tetanggaku yang ada diseberang"

"Ohh... Begitu, pasti sudah lama sekali yah..." kata Apris.

"Iya... Aku sudah lupa tahun berapa kami berkenalan" jawab Steiner.

"Aku ingat dulu dimana Herzog merupakan siswa SMP yang umurnya paling tinggi. Dikala itu, ia dulunya pindah kesini beberapa tahun lalu dan tak sekolah selama tiga tahun" kata Apris.

"Kalau diingat-ingat, bakal lucu bersamanya. Awal masuk sekolah, ia adalah anak yang dingin dan juga agak rasis. Tapi sikap buruknya kian menghilang ketika ia berteman dengan kami berdua. Selain itu, ia juga idola para perempuan disana karena merupakan keturunan orang barat yang biasa dikenal ras murni orang Jerman. Soal kepintaran sih, masih pas-pasan, sama seperti kami berdua. Dan juga, siswa paling jahil walau jahilnya tak seberapa" sahut Syamsul dengan menyilangkan tangannya dan tersenyum.

"Ha'ah... Kejahilan dan senyuman khasnya membuat para perempuan disana luluh. Bahkan ketika ia sedang sendiri saat istirahat, banyak perempuan yang mendekat dan mengobrol dengannya. Bahkan ada yang sampai memintanya menjadi pacar" jawab Apris.

"Apakah dia menerima tawaran menjadi pacar?" tanyanya Steiner.

"Tentu saja tidak, karena ia tak tahu soal cinta dan kerjaannya hanya bermain bersama kami sepanjang hari sepulang sekolah" jawab Apris.

"Ia adalah anak yang paling aktif dimasanya. Namun pada kelulusan SMP, ia harus kembali ke Jerman setelah tiga tahun disini. Kami juga turut sedih ketika satu persatu dari kami harus berpisah dihari itu juga. Namun tiga tahun kemudian, sebuah surat datang padaku dengan bingkisan dari Jerman. Ternyata, itu adalah Herzog yang masih mengingat kami dan juga alamat rumahku" sahut Syamsul sambil tersenyum bersandar didekat APC.

"Berbeda sekali dengan ceritaku" kata Steiner.

"Bagaimana ceritamu?" tanya Apris.

"Agak panjang jika diceritakan dan aku tak tahu bagaimana menyingkatnya"

"Oh yah, kalian kenapa tak tidur?" tambahnya.

"Niatnya sih... Mengantarkan Syamsul yang akan buang air. Namun sekarang tidak jadi saat asik bercerita denganmu" jawab Apris.

"Dan entah kenapa udara disini lebih dingin dari biasanya" tambahnya dengan menggigil sedikit.

"Oh yah, bagaimana jika kita bergadang malam ini?" tanya Steiner.

"Kalian beruntung karena aku telah menyiapkan kopi ditermos dan juga gelas" tambahnya.

"Wah... Ide bagus, aku juga tak bisa tidur malam ini" sahut Syamsul.

"Bergadang sampai pagi" tambah Apris dengan agak ceria.

Mereka berdua pun duduk bersama-sama sambil meminum kopi sambil bercanda tawa dan juga mengobrol santai.

"Steiner, apakah hidup Jerman itu menyenangkan?" tanya Syamsul.

"Hidup di Jerman bisa dibilang agak gampang-gampang-susah untuk orang asia tenggara seperti kalian. Dan ini adalah fakta. Jika kalian adalah muslim, sangat susah mencari makanan halal disetiap pertokoan. Karena aku tak suka daging babi, mencari daging sapi sangat susah dan mahal. Tapi berkat orang-orang Turki disana, daging sapi mudah dijumpai. Transportasi di Jerman tak sama dengan disini dan harga masih terjangkau untuk mereka. Transportasi umum disana cukup memadai apalagi dengan adanya tram dan juga kereta cepat."

"Jujur, waktu pertama kali datang kesini dalam latihan bersama, sempat mengalami culture shock. Aku juga mengira orang yang berpakaian menutup aurat dan berhijab adalah orang turki dan laki-laki disini aku sempat mengira adalah orang India" tambahnya dengan tersenyum.

"Entah kenapa aku malah tersenyum mengingatnya. Apalagi kekonyolan yang dilakukan oleh salah satu teman kami" tambahnya lagi.

"Bagaimana ceritanya?" tanya Apris.

"Begini ceritanya. Dulu, aku, Herzog dan teman-temanku telah sampai dibandara dan disambut oleh prajurit TNI. Komandan mereka kemudian mengajak kami untuk pergi bersama-sama meninggalkan bandara Adi Sucipto. Kalau tidak salah disana waktu itu... Jam 11 malam. Hanya saja, Ferguzo mengatakan bahwa dia tahu asrama TNI AD dimana"

"Lalu, kami pun naik bus untuk mengantarkan kami ke asrama TNI AD. Tetapi, sopir bus tersebut tidak bisa mengantarkan kami sampai kesana. Ia hanya dapat mengantarkan kami kurang lebih 1 km meter dari bandara tadi" tambahnya

"Lalu?" tanya Syamsul.

"Kami panik dan bingung harus berbuat apa di malam hari yang sangat larut. Herzog pun memarahi Ferguzo yang meremehkan bantuan dari prajurit TNI AD. Aku dan Erika memutuskan untuk pergi menanyakan pada orang-orang tenang letak asrama TNI AD" jawab Steiner.

"Tapi, situasinya sangat sepi. Tiba-tiba datang seorang pelajar laki-laki yang lengkap dengan seragamnya. Dia adalah teman kecil Herzog saat berada di Jerman beberapa dekade lalu. Kemudian, pelajar itu melambaikan tangannya sambil memanggil Herzog" tambahnya.

"Terus?" tanya Apris.

"Herzog mendatanginya dan berkomunikasi dengan bahasa Indonesia untuk menanyakan letak asrama TNI AD. Lalu, pelajar itu mengantarkan kami sampai asrama TNI AD dengan selamat. Namun, jaraknya hanya 200 meter lagi. Sebelum dia pergi, Herzog memberikan dia uang sebesar 20,54 Euro padanya sebagai rasa terima kasih dan juga melakukan salaman ala anak-anak muda. Aku pun langsung mendatanginya dan meminta nomor teleponnya agar bisa berkenalan dengannya. Setelah memberikan nomor teleponnya, dia berpamitan pada kami untuk pulang dengan tersenyum"

"Siapa nama pelajar itu?" tanya Syamsul.

"Namanya sih.... bercampur dengan nama orang Indonesia dan orang luar. Kalau tidak namanya Hans K. Raditya"

"Kepanjangan dari K. apa?" tanya Syamsul.

"Kennedy"

"Wah, nama yang sangat bagus" puji Syamsul.

Lalu, sistem komunikasi pada APC itu berbunyi setiap dua detik sekali.

"Steiner apa itu yang berbunyi?" tanya Apris

"Coba ku cek dulu"

Steiner pun pergi ke sistem komunikasi dan mengecek keadaannya.

Tiba-tiba Steiner terkejut mendapatkan pesan dari Tank Tiger Herzog, yang berisi "Steiner dimana kau ada dalam kesulitan"

"Apa?! pesan dari Colonel" kata Steiner sambil terkejut.

Steiner pun memanggilnya Apris dan Syamsul untuk melihat kabar baik dari Steiner

"Apris, Syamsul, kesini!! aku punya kabar baik!!" panggil Steiner dari dalam

"Iya, tunggu sebentar!!"

Mereka pun mendatangi Steiner yang penuh dengan kebahagiaan.

"Coba kalian lihat ini" kata Steiner.

"Mana? apa yang kau lihat?" tanya Syamsul.

"Ini!! pesan dari Herzog! dia tidak mati dan masih hidup!" jawab Steiner sambil bahagia.

"Apa?! Herzog?!" tanya Syamsul, Syamsul membaca pesan itu dan agak sedikit heran.

"Sepertinya ini bukan dia" tanya Syamsul.

"Ini dari Herzog! lihat ini... tertulis dari Hans Herzog" kata Steiner.

"Iya, ini dari Herzog" kata Apris.

"Ini bukan Herzog, lihat dari namanya" jawab Syamsul.

"Ini Herzog! nama panjangnya Hans Herzog K." kata Steiner.

"Wah... Aku tidak tau kalau itu adalah Herzog, aku cuma tahu 'Herzog' saja" jawab Syamsul.

"Lama-lama aku ingin menembak kamu, Syamsul" kata Steiner sambil menahan amarahnya dengan tersenyum.

"Ampun, ampun" jawab Syamsul.

"Steiner kesini kau, terlihat disini, dia berkata dia mendapatkan banyak tantangan ketika sedang mencari kita" kata Apris.

"Ayo kita cari Herzog" jawab Steiner pada mereka berdua.

"Jangan, masih berbahaya, kau ingat waktu jam 8.13, ada konvoi dari pasukan pemberontak, sebaiknya kita cari dia kalau sudah aman" kata Apris.

"Benar juga, sebelum mencari Herzog kita akan menyiapkan banyak peluru, obat-obatan, dan makanan" jawab Steiner.

"Oke, kami berdua akan ikut membantu mu" kata Apris

"Aku juga!!" tambah Syamsul.

Episodes
1 EPISODE 1 - Serangan dimulai
2 EPISODE 2 - Pelindung
3 EPISODE 3 Perjalanan
4 EPISODE 4 sang penyelamat tim
5 EPISODE 5 Herzog kembali
6 EPISODE 6 Penyerangan
7 EPISODE 7 Penyerangan vol 2
8 EPISODE 8 Pencarian dan Perkumpulan
9 EPISODE 9 Teman Lama
10 EPISODE 10 Sebentar Lagi
11 EPISODE 11 Cerita Dan Keadaan
12 EPISODE 12 Sampai tujuan
13 EPISODE 13 Tidak dapat Terpisahkan
14 EPISODE 14 Akhir dari Tarakan
15 EPISODE 15 Kembali dengan teman-teman
16 EPISODE 16 Permulaan kedua
17 EPISODE 17 Keadaan
18 EPISODE 18 Bercanda sebelum pergi
19 EPISODE 19 Kehancuran dan penyerangan di Kalimantan Selatan
20 EPISODE 20 Cerita dua orang
21 EPISODE 21 Kembali ke Pulau Jawa
22 EPISODE 22 Kebangkitan Herzog
23 EPISODE 23 Awal pertempuran dimulai
24 EPISODE 24 Pertarungan Sadis Herzog
25 EPISODE 25 Teramiter
26 EPISODE 26 Penelitian Roter
27 EPISODE 27 Hari mulai suram
28 EPISODE 28 Pertikaian kecil
29 EPISODE 29 Kematian Ibu dan Ayah Herzog
30 EPISODE 30 Kabar duka dan gembira
31 EPISODE 31 Subject-330
32 EPISODE 32 Keadaan makin buruk
33 EPISODE 33 Vanback Eyes
34 EPISODE 34 Serangan Herzog
35 EPISODE 35 Aksi berbahaya Roter
36 EPISODE 36 Diskusi
37 EPISODE 37 Kejadian buruk
38 EPISODE 38 Pemakaman Herzog
39 EPISODE 39 Kebangkitan Herzog
40 EPISODE 40 Perjalanan kembali ke asramanya
41 EPISODE 41 Tank baru untuk Roter
42 EPISODE 42 Kedatangan kedua saudara Herzog, Prajurit Rusia dan Prajurit Jerman
43 EPISODE 43 Herzog mengejutkan semua teman-temannya
44 EPISODE 44 Herzog mengejutkan teman-temannya dan ketakutan Roter
45 EPISODE 45 Peperangan pasukan Tank Albert dan dibantu oleh rival Teramiter
46 EPISODE 46 Rapat Strategi Vol 1
47 EPISODE 47 Kejadian yang tak terduga
48 EPISODE 48 Roter dan Erika.
49 EPISODE 49 Monika marah dengan Roter
50 EPISODE 50 Kedatangan Kuromogramo ke Teramiter
51 EPISODE 51 Rapat Strategi Vol. 2
52 EPISODE 52 Masa lalu SMA di Köln
53 EPISODE 53 Kijang-1, Kijang-2, dan Kijang-3
54 EPISODE 54 Masa lalu yang kelam dan sampai di Jepang
55 EPISODE 55 Memulai hari dengan Black Eyes
56 EPISODE 56 Tidak terlibatkan dan berangkat ke medan perang
57 EPISODE 57 Serangan pertama Teramiter dan Kuromogramo
58 EPISODE 58 Berakhirnya konflik panjang Monika dan Roter
59 EPISODE 59 Hari-H
60 EPISODE 60 - Komandan baru Kuromogramo dan Albert kembali
61 EPISODE 61 - Hal konyol Monika pada Roter
62 EPISODE 62 - Maju terus
63 EPISODE 63 - Pemandangan yang indah
64 EPISODE 64 - Ankunft (Kedatangan)
65 EPISODE 65 - Kru Tank
66 EPISODE 66 - Tugas suci kita
67 EPISODE 67 - Ini adalah pertempuran yang nyata
68 EPISODE 68 - Peperangan masih terus berlanjut
69 EPISODE 69 - Menyusun strategi dan Hari yang bahagia
70 EPISODE 70 - Nama untuknya
71 EPISODE 71 - Mengingat masa lalu yang seram
72 EPISODE 72 - Sisi lain
73 EPISODE 73 - Menyerbu sendirian Vol. 1
74 EPISODE 74 - Menyerbu sendirian Vol. 2
75 EPISODE 75 - Dikala ingin menandingi organisasi sebelah
76 EPISODE 76 - Melawan satu batalyon dengan sendirian
77 EPISODE 77 - Beberapa partisan dan kedatangan kedua Jenderal
78 EPISODE 78 - Teror
79 EPISODE 79 - Kembali menjadi komandan
80 EPISODE 80 - Dipukul mundur
81 EPISODE 81 - Dipukul mundur part 2
82 EPISODE 82 - Masa lalu suram dan rencana Arley
83 EPISODE 83 - Serangan udara
84 EPISODE 84 - Rencana kotor serta nekat Aditya dan Jend. Adamson
85 EPISODE 85 - Serangan akan dimulai
86 EPISODE 86 - Dimulainya serangan
87 EPISODE 87 - Serangan dan pertikaian
88 EPISODE 88 - Persiapan penculikan
89 EPISODE 89 - Bersiap menculik dan bahagia
90 EPISODE 90 - Terculik!
91 EPISODE 91 - Belum dicurigai
92 EPISODE 92 - Baru menyadari
93 EPISODE 93 - Persiapan unjuk rasa
94 EPISODE 94 - Akan dimulai
95 EPISODE 95 - Terungkapkan
96 EPISODE 96 - Keadaan makin memanas
97 EPISODE 97 - Berakhirnya aksi unjuk rasa
98 EPISODE 98 - Mendapatkan tantangan
99 EPISODE 99 - Keromantisan dan cerita seram
100 EPISODE 100 - Akan segera ku buktikan nanti
101 EPISODE 101 - Wunderwaffe dan kru Tank Gerrald
102 EPISODE 102 - Selamat datang dan berangkat!
103 EPISODE 103 - Pasukan Aditya semakin ganas
104 EPISODE 104 - Serangan Dahsyat
105 EPISODE 105 - Dua mesin tempur yang hebat
106 EPISODE 106 - Drugo vs Gerrald
107 EPISODE 107 - Serangan Reihan dan Kavaro
108 EPISODE 108 - Menyelamatkan kolonel
109 EPISODE 109 - Deklarasi negara baru dan Erika ditangkap
110 EPISODE 110 - Menyelamatkan Erika
111 EPISODE 111 Jawohl
112 EPISODE 112 - Simpan perkataanmu itu!
113 EPISODE 113 - Great war is begin
114 EPISODE 114 - Mempersiapkan serangan
115 EPISODE 115 - Tembok pantai
116 EPISODE 116 - Hari Gajian
117 EPISODE 117 - Pertarungan besar
118 EPISODE 118 - Gajian telah tiba!
119 EPISODE 119 - Perang masih berlanjut
120 EPISODE 120 - Kedua rival
121 EPISODE 121 - Sebuah peperangan sedang
122 EPISODE 122 - Rivalen
123 EPISODE 123 - Menyerang gunung
124 EPISODE 124 - Serangan Kota Magelang
125 EPISODE 125 - Kejar-kejaran diudara
126 EPISODE 126 - Akhir dari peperangan panjang
127 EPISODE 127 - Oktober Borneo
128 EPISODE 128 - Melawan pasukan Vanback
129 EPISODE 129 - Bersatu
130 EPISODE 130 - Membebaskan Tanjung Selor
131 EPISODE 131 - Perang skala besar telah pecah
132 EPISODE 132 - Selamat jalan....
133 EPISODE 133 - Memasuki Tarakan
134 EPISODE 134 - Kota
135 EPISODE 135 - Tetap mempertahankan Tarakan
136 EPISODE 136 - Lawan dan kawan
137 EPISODE 137 - Satu hari sebelum Aditya kena mental
138 EPISODE 138 - Dikala ingin meraih kemenangan dengan cepat
139 EPISODE 139 - Diam tak berguna, bergerak meratakan Donetznesia
140 EPISODE 140 - Kawan dalam lawan
141 EPISODE 141 - Saling berebut
142 EPISODE 142 - Dan terjadilah....
143 EPISODE 143 - Petempur handal
144 EPISODE 144 - Strategi akhir
145 EPISODE 145 - Bersiap untuk Ibu Pertiwi
146 EPISODE 146 - Malam yang tidak biasa
147 EPISODE 147 - Situasi yang menegangkan
148 EPISODE 148 - Pertempuran malam telah berakhir
149 EPISODE 149 - Selangkah lagi
150 EPISODE 150 - Wilayah terakhir
151 EPISODE 151 - Merebut kembali
152 EPISODE 152 - Bergerak menghancurkan mental lawan
153 EPISODE 153 - Musibah
154 EPISODE 154 - Hari yang bahagia
155 EPISODE 155 - Malam siaga
156 EPISODE 156 - Perang terakhir
157 EPISODE 157 - Kemenangan besar
158 EPISODE 158 - Dua orang berlawanan
159 EPISODE 159 - Sampai jumpa
160 Latar Belakang Aditya
161 Gerakan Revolusi Dimulai
162 Jangan Remehkan Kami!
163 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 163 Episodes

1
EPISODE 1 - Serangan dimulai
2
EPISODE 2 - Pelindung
3
EPISODE 3 Perjalanan
4
EPISODE 4 sang penyelamat tim
5
EPISODE 5 Herzog kembali
6
EPISODE 6 Penyerangan
7
EPISODE 7 Penyerangan vol 2
8
EPISODE 8 Pencarian dan Perkumpulan
9
EPISODE 9 Teman Lama
10
EPISODE 10 Sebentar Lagi
11
EPISODE 11 Cerita Dan Keadaan
12
EPISODE 12 Sampai tujuan
13
EPISODE 13 Tidak dapat Terpisahkan
14
EPISODE 14 Akhir dari Tarakan
15
EPISODE 15 Kembali dengan teman-teman
16
EPISODE 16 Permulaan kedua
17
EPISODE 17 Keadaan
18
EPISODE 18 Bercanda sebelum pergi
19
EPISODE 19 Kehancuran dan penyerangan di Kalimantan Selatan
20
EPISODE 20 Cerita dua orang
21
EPISODE 21 Kembali ke Pulau Jawa
22
EPISODE 22 Kebangkitan Herzog
23
EPISODE 23 Awal pertempuran dimulai
24
EPISODE 24 Pertarungan Sadis Herzog
25
EPISODE 25 Teramiter
26
EPISODE 26 Penelitian Roter
27
EPISODE 27 Hari mulai suram
28
EPISODE 28 Pertikaian kecil
29
EPISODE 29 Kematian Ibu dan Ayah Herzog
30
EPISODE 30 Kabar duka dan gembira
31
EPISODE 31 Subject-330
32
EPISODE 32 Keadaan makin buruk
33
EPISODE 33 Vanback Eyes
34
EPISODE 34 Serangan Herzog
35
EPISODE 35 Aksi berbahaya Roter
36
EPISODE 36 Diskusi
37
EPISODE 37 Kejadian buruk
38
EPISODE 38 Pemakaman Herzog
39
EPISODE 39 Kebangkitan Herzog
40
EPISODE 40 Perjalanan kembali ke asramanya
41
EPISODE 41 Tank baru untuk Roter
42
EPISODE 42 Kedatangan kedua saudara Herzog, Prajurit Rusia dan Prajurit Jerman
43
EPISODE 43 Herzog mengejutkan semua teman-temannya
44
EPISODE 44 Herzog mengejutkan teman-temannya dan ketakutan Roter
45
EPISODE 45 Peperangan pasukan Tank Albert dan dibantu oleh rival Teramiter
46
EPISODE 46 Rapat Strategi Vol 1
47
EPISODE 47 Kejadian yang tak terduga
48
EPISODE 48 Roter dan Erika.
49
EPISODE 49 Monika marah dengan Roter
50
EPISODE 50 Kedatangan Kuromogramo ke Teramiter
51
EPISODE 51 Rapat Strategi Vol. 2
52
EPISODE 52 Masa lalu SMA di Köln
53
EPISODE 53 Kijang-1, Kijang-2, dan Kijang-3
54
EPISODE 54 Masa lalu yang kelam dan sampai di Jepang
55
EPISODE 55 Memulai hari dengan Black Eyes
56
EPISODE 56 Tidak terlibatkan dan berangkat ke medan perang
57
EPISODE 57 Serangan pertama Teramiter dan Kuromogramo
58
EPISODE 58 Berakhirnya konflik panjang Monika dan Roter
59
EPISODE 59 Hari-H
60
EPISODE 60 - Komandan baru Kuromogramo dan Albert kembali
61
EPISODE 61 - Hal konyol Monika pada Roter
62
EPISODE 62 - Maju terus
63
EPISODE 63 - Pemandangan yang indah
64
EPISODE 64 - Ankunft (Kedatangan)
65
EPISODE 65 - Kru Tank
66
EPISODE 66 - Tugas suci kita
67
EPISODE 67 - Ini adalah pertempuran yang nyata
68
EPISODE 68 - Peperangan masih terus berlanjut
69
EPISODE 69 - Menyusun strategi dan Hari yang bahagia
70
EPISODE 70 - Nama untuknya
71
EPISODE 71 - Mengingat masa lalu yang seram
72
EPISODE 72 - Sisi lain
73
EPISODE 73 - Menyerbu sendirian Vol. 1
74
EPISODE 74 - Menyerbu sendirian Vol. 2
75
EPISODE 75 - Dikala ingin menandingi organisasi sebelah
76
EPISODE 76 - Melawan satu batalyon dengan sendirian
77
EPISODE 77 - Beberapa partisan dan kedatangan kedua Jenderal
78
EPISODE 78 - Teror
79
EPISODE 79 - Kembali menjadi komandan
80
EPISODE 80 - Dipukul mundur
81
EPISODE 81 - Dipukul mundur part 2
82
EPISODE 82 - Masa lalu suram dan rencana Arley
83
EPISODE 83 - Serangan udara
84
EPISODE 84 - Rencana kotor serta nekat Aditya dan Jend. Adamson
85
EPISODE 85 - Serangan akan dimulai
86
EPISODE 86 - Dimulainya serangan
87
EPISODE 87 - Serangan dan pertikaian
88
EPISODE 88 - Persiapan penculikan
89
EPISODE 89 - Bersiap menculik dan bahagia
90
EPISODE 90 - Terculik!
91
EPISODE 91 - Belum dicurigai
92
EPISODE 92 - Baru menyadari
93
EPISODE 93 - Persiapan unjuk rasa
94
EPISODE 94 - Akan dimulai
95
EPISODE 95 - Terungkapkan
96
EPISODE 96 - Keadaan makin memanas
97
EPISODE 97 - Berakhirnya aksi unjuk rasa
98
EPISODE 98 - Mendapatkan tantangan
99
EPISODE 99 - Keromantisan dan cerita seram
100
EPISODE 100 - Akan segera ku buktikan nanti
101
EPISODE 101 - Wunderwaffe dan kru Tank Gerrald
102
EPISODE 102 - Selamat datang dan berangkat!
103
EPISODE 103 - Pasukan Aditya semakin ganas
104
EPISODE 104 - Serangan Dahsyat
105
EPISODE 105 - Dua mesin tempur yang hebat
106
EPISODE 106 - Drugo vs Gerrald
107
EPISODE 107 - Serangan Reihan dan Kavaro
108
EPISODE 108 - Menyelamatkan kolonel
109
EPISODE 109 - Deklarasi negara baru dan Erika ditangkap
110
EPISODE 110 - Menyelamatkan Erika
111
EPISODE 111 Jawohl
112
EPISODE 112 - Simpan perkataanmu itu!
113
EPISODE 113 - Great war is begin
114
EPISODE 114 - Mempersiapkan serangan
115
EPISODE 115 - Tembok pantai
116
EPISODE 116 - Hari Gajian
117
EPISODE 117 - Pertarungan besar
118
EPISODE 118 - Gajian telah tiba!
119
EPISODE 119 - Perang masih berlanjut
120
EPISODE 120 - Kedua rival
121
EPISODE 121 - Sebuah peperangan sedang
122
EPISODE 122 - Rivalen
123
EPISODE 123 - Menyerang gunung
124
EPISODE 124 - Serangan Kota Magelang
125
EPISODE 125 - Kejar-kejaran diudara
126
EPISODE 126 - Akhir dari peperangan panjang
127
EPISODE 127 - Oktober Borneo
128
EPISODE 128 - Melawan pasukan Vanback
129
EPISODE 129 - Bersatu
130
EPISODE 130 - Membebaskan Tanjung Selor
131
EPISODE 131 - Perang skala besar telah pecah
132
EPISODE 132 - Selamat jalan....
133
EPISODE 133 - Memasuki Tarakan
134
EPISODE 134 - Kota
135
EPISODE 135 - Tetap mempertahankan Tarakan
136
EPISODE 136 - Lawan dan kawan
137
EPISODE 137 - Satu hari sebelum Aditya kena mental
138
EPISODE 138 - Dikala ingin meraih kemenangan dengan cepat
139
EPISODE 139 - Diam tak berguna, bergerak meratakan Donetznesia
140
EPISODE 140 - Kawan dalam lawan
141
EPISODE 141 - Saling berebut
142
EPISODE 142 - Dan terjadilah....
143
EPISODE 143 - Petempur handal
144
EPISODE 144 - Strategi akhir
145
EPISODE 145 - Bersiap untuk Ibu Pertiwi
146
EPISODE 146 - Malam yang tidak biasa
147
EPISODE 147 - Situasi yang menegangkan
148
EPISODE 148 - Pertempuran malam telah berakhir
149
EPISODE 149 - Selangkah lagi
150
EPISODE 150 - Wilayah terakhir
151
EPISODE 151 - Merebut kembali
152
EPISODE 152 - Bergerak menghancurkan mental lawan
153
EPISODE 153 - Musibah
154
EPISODE 154 - Hari yang bahagia
155
EPISODE 155 - Malam siaga
156
EPISODE 156 - Perang terakhir
157
EPISODE 157 - Kemenangan besar
158
EPISODE 158 - Dua orang berlawanan
159
EPISODE 159 - Sampai jumpa
160
Latar Belakang Aditya
161
Gerakan Revolusi Dimulai
162
Jangan Remehkan Kami!
163
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!