EPISODE 3 Perjalanan

Singkat cerita, mereka berhenti distasiun pengisian bahan bakar Juata Kerikil yang ada di Jalan Pamusian.

Mereka berhenti untuk mengisi bahan bakar karena saat berada di Arkan Danu tadi, Herzog lupa mengisi bahan bakar.

"Haaah... Perjalanan kita tertunda disini, Colonel" ucap Steiner sambil duduk bersandar pada roda APC

"Hehehehe.... Aku lupa mengisi bahan bakar saat di Arkan Danu tadi" Herzog sambil mengisi bahan bakar diesel APC.

"Yang penting kita tidak bertemu pasukan pemberontak disini, Colonel"

"Oh yah... Apakah Ferguzo dan Rommel sudah berada di Jawa bersama Tentara Jerman yang lain?" tanya Steiner.

"Eeem... Entah, mungkin mereka dalam perjalanan kesana"

"Tapi aneh sekali, 'kok mereka pergi ke Pulau Jawa dibandingkan dengan Kalimantan Timur? padahal Kalimantan Timur jaraknya sangat dekat dibandingkan Pulau Jawa" kata Steiner dengan kebingungan.

"Hmmm... Mungkin mereka beranggapan bahwa perang saudara ini akan merambat sangat cepat" jawab Herzog sambil menaruh selang pengisian bahan bakar.

"Aku baru merasakan perang yang sangat dahsyat saat ini, Colonel"

"Aku juga begitu, terakhir kali aku melakukan pertempuran itu berada di Lebanon, tapi aku tidak mendapatkan pertempuran yang sangat dahsyat seperti ini" jawab Herzog.

"Oh yah... Bahan bakar telah diisi, kita akan menuju kemana?" tanyanya.

"Eeem... Entahlah, aku juga tidak tahu. Jika kita pergi ke pantai atau ke bandara sekarang, mungkin akan berbahaya"

"Jadi hari kita harus bagaimana?"

"Mungkin menetap disini beberapa waktu"

Kemudian Herzog memberitahu teman-temannya yang ada didepan bangunan pom bensin.

"Teman-teman, kita akan menetap disini beberapa waktu. Masalah makanan, aku dan Steiner akan mencarikannya untuk kalian" kata Herzog.

"Sampai kapan kita berada disini, Herzog?" tanya Apzal.

"Entah... Mungkin satu atau dua hari hingga keadaan benar-benar aman" jawab Herzog.

"Bagaimana jika ada pasukan pemberontak yang datang kesini?" tanya Nadia.

"Kita akan lewat pintu belakang dan lari sejauh mungkin untuk menghindari mereka" jawab Herzog.

"Ini pasti seru, hahahah" kata Apris sambil tertawa.

PLAK!!

Apris pun terkena tamparan sedang pada kepalanya oleh tangannya Herzog.

"Aduh... Apa-apaan kau?!" kata Apris dengan marah.

"Ini perang, bodoh. Mana ada orang yang senang dan bahagia dalam perang"

"Ada 'kok"

"Bukti?"

"Waktu perang dunia 1 saat natal, Tentara Jerman dan Tentara Inggris sepakat untuk genjatan senjata selama satu hari dan saling bersenang-senang satu sama lain tanpa adanya kebencian" jawab Apris.

PLAK!!

Tamparan sedang Herzog, mengenai kepalanya Apris lagi.

"Aduh... Kenapa aku ditampar lagi?" tanya Apris.

"Itu waktu perayaan hari besar, wajarlah jika mereka saling bersenang-senang walaupun beda bangsa. Yang aku mau orang senang dan bahagia dalam peperangan"

"Berikan bukti yang benar" tambahnya.

"Waktu perang dunia kedua berlangsung, tentara blok Poros dan blok Sekutu bahagia dan gembira saat berhasil mengalahkan musuh dan merebut wilayah" jawab Apris.

PLAK!! PLAK!!

Dua tamparan sedang Herzog, lagi-lagi mengenai kepalanya Apris lagi.

"Aduh... Salahku apa sih?!" tanya Apris dengan sangat marah.

"Bukti abal-abal. Semenjak kamu kecanduan game, kamu menjadi seperti ini"

"Aku begitu hanya untuk hiburan"

"Main game boleh-boleh saja, asalkan tidak melebihi batas. Apalagi kamu adalah mahasiswa jurusan komputer, Apris. Kamu sebaiknya menjaga matamu agar tidak terpapar cahaya radiasi yang ditimbulkan oleh komputer. Dan akhir-akhir ini sebelum peperangan terjadi, kamu juga sangat sibuk didepan ponselmu" jawab Herzog.

"Mantap, Pris. HAHAHAAAHAHA!!!" kata Apzal sambil tertawa terbahak-bahak.

"Kena empat kali tamparan. HAHAHAAAAHAHAAHA!!!" jawab Syamsul sambil tertawa terbahak-bahak juga.

.

.

.

Sore harinya....

.

.

.

"Ternyata sudah sore, aku ketiduran" ucap Herzog sambil bangun dari tidurnya.

"Colonel. Ah... Colonel bangun, tepat sekali" kata Steiner sambil mendatangi Herzog.

"Apanya yang tepat?" tanya Herzog.

"Teman-teman Colonel sudah sangat lapar diluar. Siang tadi mereka menahan lapar sambil menunggu Colonel bangun"

"Sekarang ini jam berapa?"

"Jam enam sore, Colonel"

"Yosh... Mari ikut aku kemobil"

"Baik, Colonel" jawab Steiner.

Saat berada diluar, Syamsul dan Adi mendatangi Herzog dan memberitahunya bahwa ada konvoi pasukan pemberontak yang sedang menuju kemari.

"Herzog, konvoi pasukan pemberontak akan menuju kemari" kata Syamsul.

"Mereka membawa banyak pasukan dan juga Panser" jawab Adi.

"Darimana kalian tahu?" tanya Herzog.

"Kami melihatnya diatas tower" jawab Syamsul

"Ahh... Mereka berdua ternyata benar-benar liar" ucap Herzog didalam hatinya.

"Steiner, kemudikan APC ini masuk kedalam hutan itu" kata Herzog pada Steiner sambil menunjuk kearah hutan yang ada disamping kirinya.

"Baik, Colonel" jawab Steiner dan pergi ke APC.

"Lalu, kita bagaimana?" tanya Adi.

"Kita akan bersembunyi juga dihutan sana hingga keadaan normal" jawab Herzog.

"Kawan-kawan, mari pergi ke hutan itu" jawab Herzog sambil menunjuk kearah hutan yang ada disamping kirinya.

"Memangnya ada apa?" tanya Apris.

"Konvoi bersenjata pasukan pemberontak akan menuju kemari" jawab Herzog.

"Darimana kamu tahu?" tanya Apzal.

"Dengar suaranya" jawab Herzog.

Mereka semua pun mendengar suara kendaraan pasukan pemberontak yang sedang menuju kemari dan dengan diiringi suara tembakan yang sangat keras.

"Ayo kita sembunyi, sekarang" ucap Herzog.

"Baik" jawab semuanya.

Mereka semua pun pergi ke hutan dan bersembunyi. Akan tetapi saat berada di APC, Herzog dan teman-temannya melihat Steiner yang berjalan mengangkat tangan dengan orang dibelakangnya yang menodongkan senjatanya. Orang itu adalah Ashlam Reza.

Dia merupakan seorang pelajar SMA yang terjebak di Tarakan dengan seragam yang SMA yang masih ia gunakan.

"Co-Colonel, pelajar ini tiba-tiba saja menodongkanku saat aku berada di APC" ucap Steiner dengan pasrah dan berlutut didepan Herzog dan teman-temannya.

"Hahaha.... Perkenalkan, aku adalah Ashlam Reza. Maaf jika aku menodongkan senjata ini pada seorang temanmu, kawan. Hahaha" ucap Ashlam dengan tertawa jahat.

"Bebaskan dia atau aku menembakmu" kata Herzog sambil mengangkat senjatanya dan mulai membidik Ashlam.

"Eeet... Jika kamu membidikku... Temanmu yang sampah ini akan mati"

"Sebenarnya, apa yang kamu inginkan dariku, hah, Ashlam?"

"Aku mau kamu semua memberikan senjata yang kalian memiliki padaku"

Disela-sela perbincangan, konvoi pasukan pemberontak melewati Jalan Pamusian. Ashlam pun mengambil kesempatan emas itu agar Herzog dan teman-temannya tidak dapat melawan Ashlam yang seorang diri.

"Lihat, konvoi pasukan pemberontak itu melewati Jalan Pamusian. Jika kamu tidak memberikannya, aku akan melepaskan satu tembakan keudara agar kita semua mati disini. Hahaha" ucap Ashlam dengan tawa jahat.

"Curang sekali" jawab Herzog dengan agak geram

"Lakukan saja, Colonel. Kita masih bisa menemukan senjata lain. Lebih baik kita memberikannya sebelum dia melepaskan satu tembakan keudara" ucap Steiner yang hanya bisa pasrah.

"Temanmu saja berkata seperti itu, jadi berikan senjata kalian sekarang, kawan" jawab Ashlam.

"Teman-teman, letakan senjata kalian ditengah, biarkan dia mengambil senjata kita" kata Herzog pada teman-temannya dengan pasrah.

"Baik, Herzog" jawab teman-temannya.

Herzog dan teman-temannya pun meletakkan semua senjatanya ditengah dan kembali ke posisi mereka masing-masing. Kemudian, Ashlam mengambil senjata itu dan masih menodongkan Steiner dengan senjatanya.

Setelah semua senjata telah masuk kedalam tasnya Ashlam. Ashlam melepaskan Steiner dan melihat seorang wanita cantik yang berada disamping Herzog. Ia pun kemudian mendekatinya.

"Ohh... Ternyata kamu mempunyai seorang perempuan cantik" ucap Ashlam sambil mendekati Nadia dan memegang pipinya.

"Mari ikut bersamaku, kita akan bersenang-senang sepanjang waktu" tambahnya.

"Jangan mencoba untuk menyentuhnya" jawab Herzog sambil melindungi Nadia.

"Yups, terima kasih atas senjatanya..." ucap Ashlam sambil meninggalkan Herzog dan yang lainnya.

"Colonel, ini ada pistol untuk Colonel. Tembak dia agar kita bisa mengambil senjata kita kembali" ucap Steiner sambil memberikan pistolnya yang memiliki peredam suara pada Herzog.

"Tunggu! Darimana kamu mendapatkan pistol, Steiner?"

"Dia tidak mengetahui bahwa aku menaruh pistol didalam seragamku, Colonel"

Herzog pun mulai mengokang pistolnya Steiner. Kemudian, ia memberi beberapa tembakan pada Ashlam.

Ashlam pun terjatuh dan tewas pada hadapan Herzog dan kawan-kawan. Lalu, Herzog dan Steiner pun menghampiri jasadnya Ashlam dan mengambil senjatanya kembali.

"Ini akibatnya jika melawan tentara" kata Herzog sambil tersenyum mengambil tasnya Ashlam.

"Hahaha... Benar, Colonel"

.

.

.

Malam harinya.....

.

.

.

Malam harinya yang sangat larut, semua teman-temannya Herzog tidur dengan pulas didalam bangunan SPBU. Namun, Herzog dan Steiner masih belum tidur sama sekali.

"Haaah... Mereka tidurnya nyenyak sekali, sepertinya aku tidak kedapatan tempat tidur" ucap Herzog sambil melihat mereka yang tidur dikursi dan dilantai.

"Biarkan saja, Colonel. Mereka semua harus dijaga selagi tidur, mereka banyak mengalami hari yang sangat-sangat buruk dan akan mereka ingat selama-lamanya"

"Keatas APC?" ajak Herzog pada Steiner.

"Mau ngapain?"

"Untuk bersantai dan berjaga-jaga, kita tidak akan tidur hari ini, kita harus menjaga mereka dari ancaman para pasukan pemberontak"

"Sip"

Herzog dan Steiner pun pergi keatas APC. Diatas mobil, mereka berdua berbaring sambil melihat bintang-bintang dilangit yang sangat indah tanpa adanya polusi cahaya.

"Bintangnya sangat bagus sekali, Steiner" ucap Herzog.

"Benar, Colonel. Ditambah lagi tidak ada polusi cahaya sama sekali disini"

"Ditengah-tengah peperangan ini, kita harus saling berjuang satu sama lain" ucap Herzog.

"Bau mesiu sudah sangat tercium dengan jelas pada malam ini" tambahnya sambil melihat bintang-bintang.

"Oh yah, Colonel. Besok pagi kita akan melakukan apa?"

"Entahlah... Jika hari agak baik, kita akan melanjutkan perjalanan" jawab Herzog.

"Baik, Colonel"

.

.

.

Keesokan harinya......

.

.

.

Dipagi hari yang sangat agak buta, Herzog dan teman-temannya bangun serta menyantap sarapan.

Setelah sarapan, mereka melakukan aktivitas yang lain. Lalu, Herzog mendatangi Steiner yang sedang berbaring didalam mobil sambil mendengar sebuah radio.

"Steiner" panggil Herzog.

"Siap...." Steiner sambil bangun dari tidurnya.

"Mari lanjutkan perjalanan kita, kita harus segera keluar secepatnya mungkin" kata Herzog.

"Tujuan kemana?"

"Kita akan ke bandara untuk keluar dari sini. Pasukan pemberontak sepertinya belum sampai disana dan sepertinya lagi TNI masih mempertahankannya. Menurutku hanya orang-orang kaya dan banyak uang serta Tentara Jerman yang bisa keluar lebih dulu dari Tarakan"

"Jadi tujuan ini ke bandara?" tanya Steiner

"Yups, kita bisa keluar dari sini secepat mungkin. Aku juga akan melibatkan teman-temanky agar mereka bisa keluar dari sini"

"Baik, Colonel" ucap Steiner.

Kemudian, Herzog memanggil teman-temannya dan menyuruh mereka untuk segera naik ke APC.

"Teman-teman.... Kemari" panggil Herzog.

"Ada apa, Herzog?" tanya Apzal.

"Kita akan melanjutkan perjalanan kita dan akan menetap lagi disuatu tempat yang berbeda" jawab Herzog.

"Kemana?" tanya Adi.

"Bandara, kita akan pergi ke bandara agar kalian bisa selamat" jawab Herzog.

"Ayo masuk ke APC" tambahnya.

Mereka semua pun naik ke APC dan mengambil tempat mereka masing-masing.

"Apris, kamu didepan bersama Steiner dan operasikan senapan mesin didepan" kata Herzog.

"Baik" jawab Apris.

Setelah itu, mereka semua pun mulai berjalan meninggalkan stasiun pengisian bahan bakar itu untuk pergi ke Bandara Tarakan.

Disepanjang perjalanan, aroma mesiu tercium jelas oleh hidung mereka. Selain itu mereka juga mendengarkan ledakan-ledakan yang terdengar samar-samar, serta juga melihat banyak mayat-mayat pasukan pemberontak yang berserakan dijalanan.

Namun, saat di depan gerbang Yonif Raider Infanteri 613 Raja Alam, mereka melihat banyaknya kekacauan disana, ditambah lagi bangunan rubuh dan hancur serta banyaknya mayat-mayat warga sipil dan prajurit TNI yang berserakan di jalan.

"Steiner coba kita masuk dulu untuk memastikannya" kata Herzog.

"Siap, Colonel"

Mereka pun masuk ke dalam batalyon. Saat di tikungan belok ke kanan mereka melihat sepuluh kendaraan pengangkut pasukan dan Herzog turun dari mobil dan mendatangi prajurit TNI yang berkemas. Para wajah Prajurit TNI yang ada disana nampak sedih karena harus meninggalkan Tarakan.

"Permisi, kira-kira kalian mau pergi kemana?" tanya Herzog.

Lalu, datanglah Kolonel Orlando Early dari balik mobil sambil membawa banyak perlengkapannya yang ada di tasnya.

"Kami akan pergi ke Pulau Jawa karena Tarakan nggak aman lagi, Bung" jawab Kolonel Orlando sambil menepuk bahunya Herzog.

"Oh yah, ada satu lagi, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur sepakat dengan izin pemerintah untuk mengebom sebagian Tarakan yang dianggap sebagai markas pasukan pemberontak" tambahnya.

"Kira-kira kapan itu akan dilakukan pengeboman?" tanya Herzog.

"Hmmm.... Entahlah"

Herzog yang ingin keluar dari Tarakan, langsung meminta pada Kolonel Orlando agar ia dan teman-temannya dapat ikut dengannya keluar dari Tarakan.

"Tapi.... Apakah bolehkan kami pergi dengan kalian?"

"Maaf, bukannya tidak mau, tapi kapal kami hanya cukup untuk sepuluh mobil saja"

"Tidak masalah, tapi tolong beritahu pihak Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat, bahwa untuk melihat kondisi kami"

"Oke, akan ku sampaikan jika kami sudah sampai, kami jalan dulu"

"Hati-hati dijalan, yah!!" kata Herzog dengan suara keras.

"Siap!!" jawab Kolonel Orlando, Kolonel Orlando pun jalan bersama dengan prajuritnya. dan mengucapkan sampai jumpa pada Herzog dan teman-temannya.

"Semuanya sepi, tinggal kita yang berada di pihak kemenangan. Ayo, Steiner kita lanjutkan perjalanan kita" kata Herzog.

"Siap, Colonel!" jawab Steiner.

Mereka pun melanjutkan perjalanan mereka dengan kecepatan sedang. Saat berada di Jalan Aki Balak (posisi mereka melewati SMKN 2 Tarakan), mereka melihat beberapa warga yang menggunakan mobil dengan barang-barang mereka yang akan pergi meninggalkan Tarakan lewat bandara.

"Tidak ada orang yang berjalan kaki, Colonel" kata Steiner.

"Orang-orang yang memakai mobil dan juga motor merupakan orang kaya dan juga memiliki banyak uang untuk membayar ongkos pesawat" jawab Herzog.

"Dan orang-orang yang tidak punya uang atau tidak mampu, terpaksa menetap disini bersama dengan pasukan pemberontak" tambah Syamsul.

"Benar, Syamsul. Kalian harus bersyukur karena bisa keluar dari Tarakan tanpa adanya hambatan" jawab Herzog.

Selain itu, mereka juga melihat para Prajurit TNI yang mengamankan wilayah itu dan memeriksa setiap orang dan kendaraan (kecuali kendaraan militer) didepan.

Saat berada gerbang bandara, mereka melihat beberapa pesawat yang sedang bersiap-siap untuk mengevakuasi orang-orang ke Kalimantan Timur. Steiner pun melewati barisan mobil yang mengantre dan berjalan masuk kedalam landasan pesawat.

"Oke... Kita sampai, Colonel" kata Steiner.

"Sip, mari kita turun" jawab Herzog.

Saat membuka pintu belakang APC tiba-tiba saja, beberapa pesawat tempur pasukan pemberontak mulai menyerang bandara dan menjatuhkan bom pada bandara itu.

Dari jalan raya, Tank-Tank ringan dan pasukan pemberontak mulai menyerang dan berdatangan mendekati bandara itu dengan skala besar agar dapat menguasai wilayah itu dengan cepat.

Para warga yang ada disana pun berlari menyelamatkan diri serta mencari tempat yang aman bagi mereka namun terlambat.

"STEINEEEER!!! TANCAP GAAAAS!!!" teriak Herzog dengan sangat keras.

"Siap!" jawab Steiner dengan sangat keras.

Herzog dan teman-temannya pun dengan cepat meninggalkan bandara itu dengan kecepatan penuh hingga jauh ke kota.

"Mereka sangat tidak beruntung sekali" ucap Herzog sambil melihat keadaan dibelakang dari atas APC.

Terpopuler

Comments

Rahmat Kusir

Rahmat Kusir

pihak pmbrontak nya yg mna .kok militer nya tni kok dri bangsa jerman

2020-11-07

0

rohmaulina543

rohmaulina543

semangat up

2020-09-04

0

🧭 Wong Deso

🧭 Wong Deso

petualangan..

Salam dari TA'ARUF CINTA

2020-09-02

0

lihat semua
Episodes
1 EPISODE 1 - Serangan dimulai
2 EPISODE 2 - Pelindung
3 EPISODE 3 Perjalanan
4 EPISODE 4 sang penyelamat tim
5 EPISODE 5 Herzog kembali
6 EPISODE 6 Penyerangan
7 EPISODE 7 Penyerangan vol 2
8 EPISODE 8 Pencarian dan Perkumpulan
9 EPISODE 9 Teman Lama
10 EPISODE 10 Sebentar Lagi
11 EPISODE 11 Cerita Dan Keadaan
12 EPISODE 12 Sampai tujuan
13 EPISODE 13 Tidak dapat Terpisahkan
14 EPISODE 14 Akhir dari Tarakan
15 EPISODE 15 Kembali dengan teman-teman
16 EPISODE 16 Permulaan kedua
17 EPISODE 17 Keadaan
18 EPISODE 18 Bercanda sebelum pergi
19 EPISODE 19 Kehancuran dan penyerangan di Kalimantan Selatan
20 EPISODE 20 Cerita dua orang
21 EPISODE 21 Kembali ke Pulau Jawa
22 EPISODE 22 Kebangkitan Herzog
23 EPISODE 23 Awal pertempuran dimulai
24 EPISODE 24 Pertarungan Sadis Herzog
25 EPISODE 25 Teramiter
26 EPISODE 26 Penelitian Roter
27 EPISODE 27 Hari mulai suram
28 EPISODE 28 Pertikaian kecil
29 EPISODE 29 Kematian Ibu dan Ayah Herzog
30 EPISODE 30 Kabar duka dan gembira
31 EPISODE 31 Subject-330
32 EPISODE 32 Keadaan makin buruk
33 EPISODE 33 Vanback Eyes
34 EPISODE 34 Serangan Herzog
35 EPISODE 35 Aksi berbahaya Roter
36 EPISODE 36 Diskusi
37 EPISODE 37 Kejadian buruk
38 EPISODE 38 Pemakaman Herzog
39 EPISODE 39 Kebangkitan Herzog
40 EPISODE 40 Perjalanan kembali ke asramanya
41 EPISODE 41 Tank baru untuk Roter
42 EPISODE 42 Kedatangan kedua saudara Herzog, Prajurit Rusia dan Prajurit Jerman
43 EPISODE 43 Herzog mengejutkan semua teman-temannya
44 EPISODE 44 Herzog mengejutkan teman-temannya dan ketakutan Roter
45 EPISODE 45 Peperangan pasukan Tank Albert dan dibantu oleh rival Teramiter
46 EPISODE 46 Rapat Strategi Vol 1
47 EPISODE 47 Kejadian yang tak terduga
48 EPISODE 48 Roter dan Erika.
49 EPISODE 49 Monika marah dengan Roter
50 EPISODE 50 Kedatangan Kuromogramo ke Teramiter
51 EPISODE 51 Rapat Strategi Vol. 2
52 EPISODE 52 Masa lalu SMA di Köln
53 EPISODE 53 Kijang-1, Kijang-2, dan Kijang-3
54 EPISODE 54 Masa lalu yang kelam dan sampai di Jepang
55 EPISODE 55 Memulai hari dengan Black Eyes
56 EPISODE 56 Tidak terlibatkan dan berangkat ke medan perang
57 EPISODE 57 Serangan pertama Teramiter dan Kuromogramo
58 EPISODE 58 Berakhirnya konflik panjang Monika dan Roter
59 EPISODE 59 Hari-H
60 EPISODE 60 - Komandan baru Kuromogramo dan Albert kembali
61 EPISODE 61 - Hal konyol Monika pada Roter
62 EPISODE 62 - Maju terus
63 EPISODE 63 - Pemandangan yang indah
64 EPISODE 64 - Ankunft (Kedatangan)
65 EPISODE 65 - Kru Tank
66 EPISODE 66 - Tugas suci kita
67 EPISODE 67 - Ini adalah pertempuran yang nyata
68 EPISODE 68 - Peperangan masih terus berlanjut
69 EPISODE 69 - Menyusun strategi dan Hari yang bahagia
70 EPISODE 70 - Nama untuknya
71 EPISODE 71 - Mengingat masa lalu yang seram
72 EPISODE 72 - Sisi lain
73 EPISODE 73 - Menyerbu sendirian Vol. 1
74 EPISODE 74 - Menyerbu sendirian Vol. 2
75 EPISODE 75 - Dikala ingin menandingi organisasi sebelah
76 EPISODE 76 - Melawan satu batalyon dengan sendirian
77 EPISODE 77 - Beberapa partisan dan kedatangan kedua Jenderal
78 EPISODE 78 - Teror
79 EPISODE 79 - Kembali menjadi komandan
80 EPISODE 80 - Dipukul mundur
81 EPISODE 81 - Dipukul mundur part 2
82 EPISODE 82 - Masa lalu suram dan rencana Arley
83 EPISODE 83 - Serangan udara
84 EPISODE 84 - Rencana kotor serta nekat Aditya dan Jend. Adamson
85 EPISODE 85 - Serangan akan dimulai
86 EPISODE 86 - Dimulainya serangan
87 EPISODE 87 - Serangan dan pertikaian
88 EPISODE 88 - Persiapan penculikan
89 EPISODE 89 - Bersiap menculik dan bahagia
90 EPISODE 90 - Terculik!
91 EPISODE 91 - Belum dicurigai
92 EPISODE 92 - Baru menyadari
93 EPISODE 93 - Persiapan unjuk rasa
94 EPISODE 94 - Akan dimulai
95 EPISODE 95 - Terungkapkan
96 EPISODE 96 - Keadaan makin memanas
97 EPISODE 97 - Berakhirnya aksi unjuk rasa
98 EPISODE 98 - Mendapatkan tantangan
99 EPISODE 99 - Keromantisan dan cerita seram
100 EPISODE 100 - Akan segera ku buktikan nanti
101 EPISODE 101 - Wunderwaffe dan kru Tank Gerrald
102 EPISODE 102 - Selamat datang dan berangkat!
103 EPISODE 103 - Pasukan Aditya semakin ganas
104 EPISODE 104 - Serangan Dahsyat
105 EPISODE 105 - Dua mesin tempur yang hebat
106 EPISODE 106 - Drugo vs Gerrald
107 EPISODE 107 - Serangan Reihan dan Kavaro
108 EPISODE 108 - Menyelamatkan kolonel
109 EPISODE 109 - Deklarasi negara baru dan Erika ditangkap
110 EPISODE 110 - Menyelamatkan Erika
111 EPISODE 111 Jawohl
112 EPISODE 112 - Simpan perkataanmu itu!
113 EPISODE 113 - Great war is begin
114 EPISODE 114 - Mempersiapkan serangan
115 EPISODE 115 - Tembok pantai
116 EPISODE 116 - Hari Gajian
117 EPISODE 117 - Pertarungan besar
118 EPISODE 118 - Gajian telah tiba!
119 EPISODE 119 - Perang masih berlanjut
120 EPISODE 120 - Kedua rival
121 EPISODE 121 - Sebuah peperangan sedang
122 EPISODE 122 - Rivalen
123 EPISODE 123 - Menyerang gunung
124 EPISODE 124 - Serangan Kota Magelang
125 EPISODE 125 - Kejar-kejaran diudara
126 EPISODE 126 - Akhir dari peperangan panjang
127 EPISODE 127 - Oktober Borneo
128 EPISODE 128 - Melawan pasukan Vanback
129 EPISODE 129 - Bersatu
130 EPISODE 130 - Membebaskan Tanjung Selor
131 EPISODE 131 - Perang skala besar telah pecah
132 EPISODE 132 - Selamat jalan....
133 EPISODE 133 - Memasuki Tarakan
134 EPISODE 134 - Kota
135 EPISODE 135 - Tetap mempertahankan Tarakan
136 EPISODE 136 - Lawan dan kawan
137 EPISODE 137 - Satu hari sebelum Aditya kena mental
138 EPISODE 138 - Dikala ingin meraih kemenangan dengan cepat
139 EPISODE 139 - Diam tak berguna, bergerak meratakan Donetznesia
140 EPISODE 140 - Kawan dalam lawan
141 EPISODE 141 - Saling berebut
142 EPISODE 142 - Dan terjadilah....
143 EPISODE 143 - Petempur handal
144 EPISODE 144 - Strategi akhir
145 EPISODE 145 - Bersiap untuk Ibu Pertiwi
146 EPISODE 146 - Malam yang tidak biasa
147 EPISODE 147 - Situasi yang menegangkan
148 EPISODE 148 - Pertempuran malam telah berakhir
149 EPISODE 149 - Selangkah lagi
150 EPISODE 150 - Wilayah terakhir
151 EPISODE 151 - Merebut kembali
152 EPISODE 152 - Bergerak menghancurkan mental lawan
153 EPISODE 153 - Musibah
154 EPISODE 154 - Hari yang bahagia
155 EPISODE 155 - Malam siaga
156 EPISODE 156 - Perang terakhir
157 EPISODE 157 - Kemenangan besar
158 EPISODE 158 - Dua orang berlawanan
159 EPISODE 159 - Sampai jumpa
160 Latar Belakang Aditya
161 Gerakan Revolusi Dimulai
162 Jangan Remehkan Kami!
163 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 163 Episodes

1
EPISODE 1 - Serangan dimulai
2
EPISODE 2 - Pelindung
3
EPISODE 3 Perjalanan
4
EPISODE 4 sang penyelamat tim
5
EPISODE 5 Herzog kembali
6
EPISODE 6 Penyerangan
7
EPISODE 7 Penyerangan vol 2
8
EPISODE 8 Pencarian dan Perkumpulan
9
EPISODE 9 Teman Lama
10
EPISODE 10 Sebentar Lagi
11
EPISODE 11 Cerita Dan Keadaan
12
EPISODE 12 Sampai tujuan
13
EPISODE 13 Tidak dapat Terpisahkan
14
EPISODE 14 Akhir dari Tarakan
15
EPISODE 15 Kembali dengan teman-teman
16
EPISODE 16 Permulaan kedua
17
EPISODE 17 Keadaan
18
EPISODE 18 Bercanda sebelum pergi
19
EPISODE 19 Kehancuran dan penyerangan di Kalimantan Selatan
20
EPISODE 20 Cerita dua orang
21
EPISODE 21 Kembali ke Pulau Jawa
22
EPISODE 22 Kebangkitan Herzog
23
EPISODE 23 Awal pertempuran dimulai
24
EPISODE 24 Pertarungan Sadis Herzog
25
EPISODE 25 Teramiter
26
EPISODE 26 Penelitian Roter
27
EPISODE 27 Hari mulai suram
28
EPISODE 28 Pertikaian kecil
29
EPISODE 29 Kematian Ibu dan Ayah Herzog
30
EPISODE 30 Kabar duka dan gembira
31
EPISODE 31 Subject-330
32
EPISODE 32 Keadaan makin buruk
33
EPISODE 33 Vanback Eyes
34
EPISODE 34 Serangan Herzog
35
EPISODE 35 Aksi berbahaya Roter
36
EPISODE 36 Diskusi
37
EPISODE 37 Kejadian buruk
38
EPISODE 38 Pemakaman Herzog
39
EPISODE 39 Kebangkitan Herzog
40
EPISODE 40 Perjalanan kembali ke asramanya
41
EPISODE 41 Tank baru untuk Roter
42
EPISODE 42 Kedatangan kedua saudara Herzog, Prajurit Rusia dan Prajurit Jerman
43
EPISODE 43 Herzog mengejutkan semua teman-temannya
44
EPISODE 44 Herzog mengejutkan teman-temannya dan ketakutan Roter
45
EPISODE 45 Peperangan pasukan Tank Albert dan dibantu oleh rival Teramiter
46
EPISODE 46 Rapat Strategi Vol 1
47
EPISODE 47 Kejadian yang tak terduga
48
EPISODE 48 Roter dan Erika.
49
EPISODE 49 Monika marah dengan Roter
50
EPISODE 50 Kedatangan Kuromogramo ke Teramiter
51
EPISODE 51 Rapat Strategi Vol. 2
52
EPISODE 52 Masa lalu SMA di Köln
53
EPISODE 53 Kijang-1, Kijang-2, dan Kijang-3
54
EPISODE 54 Masa lalu yang kelam dan sampai di Jepang
55
EPISODE 55 Memulai hari dengan Black Eyes
56
EPISODE 56 Tidak terlibatkan dan berangkat ke medan perang
57
EPISODE 57 Serangan pertama Teramiter dan Kuromogramo
58
EPISODE 58 Berakhirnya konflik panjang Monika dan Roter
59
EPISODE 59 Hari-H
60
EPISODE 60 - Komandan baru Kuromogramo dan Albert kembali
61
EPISODE 61 - Hal konyol Monika pada Roter
62
EPISODE 62 - Maju terus
63
EPISODE 63 - Pemandangan yang indah
64
EPISODE 64 - Ankunft (Kedatangan)
65
EPISODE 65 - Kru Tank
66
EPISODE 66 - Tugas suci kita
67
EPISODE 67 - Ini adalah pertempuran yang nyata
68
EPISODE 68 - Peperangan masih terus berlanjut
69
EPISODE 69 - Menyusun strategi dan Hari yang bahagia
70
EPISODE 70 - Nama untuknya
71
EPISODE 71 - Mengingat masa lalu yang seram
72
EPISODE 72 - Sisi lain
73
EPISODE 73 - Menyerbu sendirian Vol. 1
74
EPISODE 74 - Menyerbu sendirian Vol. 2
75
EPISODE 75 - Dikala ingin menandingi organisasi sebelah
76
EPISODE 76 - Melawan satu batalyon dengan sendirian
77
EPISODE 77 - Beberapa partisan dan kedatangan kedua Jenderal
78
EPISODE 78 - Teror
79
EPISODE 79 - Kembali menjadi komandan
80
EPISODE 80 - Dipukul mundur
81
EPISODE 81 - Dipukul mundur part 2
82
EPISODE 82 - Masa lalu suram dan rencana Arley
83
EPISODE 83 - Serangan udara
84
EPISODE 84 - Rencana kotor serta nekat Aditya dan Jend. Adamson
85
EPISODE 85 - Serangan akan dimulai
86
EPISODE 86 - Dimulainya serangan
87
EPISODE 87 - Serangan dan pertikaian
88
EPISODE 88 - Persiapan penculikan
89
EPISODE 89 - Bersiap menculik dan bahagia
90
EPISODE 90 - Terculik!
91
EPISODE 91 - Belum dicurigai
92
EPISODE 92 - Baru menyadari
93
EPISODE 93 - Persiapan unjuk rasa
94
EPISODE 94 - Akan dimulai
95
EPISODE 95 - Terungkapkan
96
EPISODE 96 - Keadaan makin memanas
97
EPISODE 97 - Berakhirnya aksi unjuk rasa
98
EPISODE 98 - Mendapatkan tantangan
99
EPISODE 99 - Keromantisan dan cerita seram
100
EPISODE 100 - Akan segera ku buktikan nanti
101
EPISODE 101 - Wunderwaffe dan kru Tank Gerrald
102
EPISODE 102 - Selamat datang dan berangkat!
103
EPISODE 103 - Pasukan Aditya semakin ganas
104
EPISODE 104 - Serangan Dahsyat
105
EPISODE 105 - Dua mesin tempur yang hebat
106
EPISODE 106 - Drugo vs Gerrald
107
EPISODE 107 - Serangan Reihan dan Kavaro
108
EPISODE 108 - Menyelamatkan kolonel
109
EPISODE 109 - Deklarasi negara baru dan Erika ditangkap
110
EPISODE 110 - Menyelamatkan Erika
111
EPISODE 111 Jawohl
112
EPISODE 112 - Simpan perkataanmu itu!
113
EPISODE 113 - Great war is begin
114
EPISODE 114 - Mempersiapkan serangan
115
EPISODE 115 - Tembok pantai
116
EPISODE 116 - Hari Gajian
117
EPISODE 117 - Pertarungan besar
118
EPISODE 118 - Gajian telah tiba!
119
EPISODE 119 - Perang masih berlanjut
120
EPISODE 120 - Kedua rival
121
EPISODE 121 - Sebuah peperangan sedang
122
EPISODE 122 - Rivalen
123
EPISODE 123 - Menyerang gunung
124
EPISODE 124 - Serangan Kota Magelang
125
EPISODE 125 - Kejar-kejaran diudara
126
EPISODE 126 - Akhir dari peperangan panjang
127
EPISODE 127 - Oktober Borneo
128
EPISODE 128 - Melawan pasukan Vanback
129
EPISODE 129 - Bersatu
130
EPISODE 130 - Membebaskan Tanjung Selor
131
EPISODE 131 - Perang skala besar telah pecah
132
EPISODE 132 - Selamat jalan....
133
EPISODE 133 - Memasuki Tarakan
134
EPISODE 134 - Kota
135
EPISODE 135 - Tetap mempertahankan Tarakan
136
EPISODE 136 - Lawan dan kawan
137
EPISODE 137 - Satu hari sebelum Aditya kena mental
138
EPISODE 138 - Dikala ingin meraih kemenangan dengan cepat
139
EPISODE 139 - Diam tak berguna, bergerak meratakan Donetznesia
140
EPISODE 140 - Kawan dalam lawan
141
EPISODE 141 - Saling berebut
142
EPISODE 142 - Dan terjadilah....
143
EPISODE 143 - Petempur handal
144
EPISODE 144 - Strategi akhir
145
EPISODE 145 - Bersiap untuk Ibu Pertiwi
146
EPISODE 146 - Malam yang tidak biasa
147
EPISODE 147 - Situasi yang menegangkan
148
EPISODE 148 - Pertempuran malam telah berakhir
149
EPISODE 149 - Selangkah lagi
150
EPISODE 150 - Wilayah terakhir
151
EPISODE 151 - Merebut kembali
152
EPISODE 152 - Bergerak menghancurkan mental lawan
153
EPISODE 153 - Musibah
154
EPISODE 154 - Hari yang bahagia
155
EPISODE 155 - Malam siaga
156
EPISODE 156 - Perang terakhir
157
EPISODE 157 - Kemenangan besar
158
EPISODE 158 - Dua orang berlawanan
159
EPISODE 159 - Sampai jumpa
160
Latar Belakang Aditya
161
Gerakan Revolusi Dimulai
162
Jangan Remehkan Kami!
163
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!