Singkat cerita, mereka berhenti distasiun pengisian bahan bakar Juata Kerikil yang ada di Jalan Pamusian.
Mereka berhenti untuk mengisi bahan bakar karena saat berada di Arkan Danu tadi, Herzog lupa mengisi bahan bakar.
"Haaah... Perjalanan kita tertunda disini, Colonel" ucap Steiner sambil duduk bersandar pada roda APC
"Hehehehe.... Aku lupa mengisi bahan bakar saat di Arkan Danu tadi" Herzog sambil mengisi bahan bakar diesel APC.
"Yang penting kita tidak bertemu pasukan pemberontak disini, Colonel"
"Oh yah... Apakah Ferguzo dan Rommel sudah berada di Jawa bersama Tentara Jerman yang lain?" tanya Steiner.
"Eeem... Entah, mungkin mereka dalam perjalanan kesana"
"Tapi aneh sekali, 'kok mereka pergi ke Pulau Jawa dibandingkan dengan Kalimantan Timur? padahal Kalimantan Timur jaraknya sangat dekat dibandingkan Pulau Jawa" kata Steiner dengan kebingungan.
"Hmmm... Mungkin mereka beranggapan bahwa perang saudara ini akan merambat sangat cepat" jawab Herzog sambil menaruh selang pengisian bahan bakar.
"Aku baru merasakan perang yang sangat dahsyat saat ini, Colonel"
"Aku juga begitu, terakhir kali aku melakukan pertempuran itu berada di Lebanon, tapi aku tidak mendapatkan pertempuran yang sangat dahsyat seperti ini" jawab Herzog.
"Oh yah... Bahan bakar telah diisi, kita akan menuju kemana?" tanyanya.
"Eeem... Entahlah, aku juga tidak tahu. Jika kita pergi ke pantai atau ke bandara sekarang, mungkin akan berbahaya"
"Jadi hari kita harus bagaimana?"
"Mungkin menetap disini beberapa waktu"
Kemudian Herzog memberitahu teman-temannya yang ada didepan bangunan pom bensin.
"Teman-teman, kita akan menetap disini beberapa waktu. Masalah makanan, aku dan Steiner akan mencarikannya untuk kalian" kata Herzog.
"Sampai kapan kita berada disini, Herzog?" tanya Apzal.
"Entah... Mungkin satu atau dua hari hingga keadaan benar-benar aman" jawab Herzog.
"Bagaimana jika ada pasukan pemberontak yang datang kesini?" tanya Nadia.
"Kita akan lewat pintu belakang dan lari sejauh mungkin untuk menghindari mereka" jawab Herzog.
"Ini pasti seru, hahahah" kata Apris sambil tertawa.
PLAK!!
Apris pun terkena tamparan sedang pada kepalanya oleh tangannya Herzog.
"Aduh... Apa-apaan kau?!" kata Apris dengan marah.
"Ini perang, bodoh. Mana ada orang yang senang dan bahagia dalam perang"
"Ada 'kok"
"Bukti?"
"Waktu perang dunia 1 saat natal, Tentara Jerman dan Tentara Inggris sepakat untuk genjatan senjata selama satu hari dan saling bersenang-senang satu sama lain tanpa adanya kebencian" jawab Apris.
PLAK!!
Tamparan sedang Herzog, mengenai kepalanya Apris lagi.
"Aduh... Kenapa aku ditampar lagi?" tanya Apris.
"Itu waktu perayaan hari besar, wajarlah jika mereka saling bersenang-senang walaupun beda bangsa. Yang aku mau orang senang dan bahagia dalam peperangan"
"Berikan bukti yang benar" tambahnya.
"Waktu perang dunia kedua berlangsung, tentara blok Poros dan blok Sekutu bahagia dan gembira saat berhasil mengalahkan musuh dan merebut wilayah" jawab Apris.
PLAK!! PLAK!!
Dua tamparan sedang Herzog, lagi-lagi mengenai kepalanya Apris lagi.
"Aduh... Salahku apa sih?!" tanya Apris dengan sangat marah.
"Bukti abal-abal. Semenjak kamu kecanduan game, kamu menjadi seperti ini"
"Aku begitu hanya untuk hiburan"
"Main game boleh-boleh saja, asalkan tidak melebihi batas. Apalagi kamu adalah mahasiswa jurusan komputer, Apris. Kamu sebaiknya menjaga matamu agar tidak terpapar cahaya radiasi yang ditimbulkan oleh komputer. Dan akhir-akhir ini sebelum peperangan terjadi, kamu juga sangat sibuk didepan ponselmu" jawab Herzog.
"Mantap, Pris. HAHAHAAAHAHA!!!" kata Apzal sambil tertawa terbahak-bahak.
"Kena empat kali tamparan. HAHAHAAAAHAHAAHA!!!" jawab Syamsul sambil tertawa terbahak-bahak juga.
.
.
.
Sore harinya....
.
.
.
"Ternyata sudah sore, aku ketiduran" ucap Herzog sambil bangun dari tidurnya.
"Colonel. Ah... Colonel bangun, tepat sekali" kata Steiner sambil mendatangi Herzog.
"Apanya yang tepat?" tanya Herzog.
"Teman-teman Colonel sudah sangat lapar diluar. Siang tadi mereka menahan lapar sambil menunggu Colonel bangun"
"Sekarang ini jam berapa?"
"Jam enam sore, Colonel"
"Yosh... Mari ikut aku kemobil"
"Baik, Colonel" jawab Steiner.
Saat berada diluar, Syamsul dan Adi mendatangi Herzog dan memberitahunya bahwa ada konvoi pasukan pemberontak yang sedang menuju kemari.
"Herzog, konvoi pasukan pemberontak akan menuju kemari" kata Syamsul.
"Mereka membawa banyak pasukan dan juga Panser" jawab Adi.
"Darimana kalian tahu?" tanya Herzog.
"Kami melihatnya diatas tower" jawab Syamsul
"Ahh... Mereka berdua ternyata benar-benar liar" ucap Herzog didalam hatinya.
"Steiner, kemudikan APC ini masuk kedalam hutan itu" kata Herzog pada Steiner sambil menunjuk kearah hutan yang ada disamping kirinya.
"Baik, Colonel" jawab Steiner dan pergi ke APC.
"Lalu, kita bagaimana?" tanya Adi.
"Kita akan bersembunyi juga dihutan sana hingga keadaan normal" jawab Herzog.
"Kawan-kawan, mari pergi ke hutan itu" jawab Herzog sambil menunjuk kearah hutan yang ada disamping kirinya.
"Memangnya ada apa?" tanya Apris.
"Konvoi bersenjata pasukan pemberontak akan menuju kemari" jawab Herzog.
"Darimana kamu tahu?" tanya Apzal.
"Dengar suaranya" jawab Herzog.
Mereka semua pun mendengar suara kendaraan pasukan pemberontak yang sedang menuju kemari dan dengan diiringi suara tembakan yang sangat keras.
"Ayo kita sembunyi, sekarang" ucap Herzog.
"Baik" jawab semuanya.
Mereka semua pun pergi ke hutan dan bersembunyi. Akan tetapi saat berada di APC, Herzog dan teman-temannya melihat Steiner yang berjalan mengangkat tangan dengan orang dibelakangnya yang menodongkan senjatanya. Orang itu adalah Ashlam Reza.
Dia merupakan seorang pelajar SMA yang terjebak di Tarakan dengan seragam yang SMA yang masih ia gunakan.
"Co-Colonel, pelajar ini tiba-tiba saja menodongkanku saat aku berada di APC" ucap Steiner dengan pasrah dan berlutut didepan Herzog dan teman-temannya.
"Hahaha.... Perkenalkan, aku adalah Ashlam Reza. Maaf jika aku menodongkan senjata ini pada seorang temanmu, kawan. Hahaha" ucap Ashlam dengan tertawa jahat.
"Bebaskan dia atau aku menembakmu" kata Herzog sambil mengangkat senjatanya dan mulai membidik Ashlam.
"Eeet... Jika kamu membidikku... Temanmu yang sampah ini akan mati"
"Sebenarnya, apa yang kamu inginkan dariku, hah, Ashlam?"
"Aku mau kamu semua memberikan senjata yang kalian memiliki padaku"
Disela-sela perbincangan, konvoi pasukan pemberontak melewati Jalan Pamusian. Ashlam pun mengambil kesempatan emas itu agar Herzog dan teman-temannya tidak dapat melawan Ashlam yang seorang diri.
"Lihat, konvoi pasukan pemberontak itu melewati Jalan Pamusian. Jika kamu tidak memberikannya, aku akan melepaskan satu tembakan keudara agar kita semua mati disini. Hahaha" ucap Ashlam dengan tawa jahat.
"Curang sekali" jawab Herzog dengan agak geram
"Lakukan saja, Colonel. Kita masih bisa menemukan senjata lain. Lebih baik kita memberikannya sebelum dia melepaskan satu tembakan keudara" ucap Steiner yang hanya bisa pasrah.
"Temanmu saja berkata seperti itu, jadi berikan senjata kalian sekarang, kawan" jawab Ashlam.
"Teman-teman, letakan senjata kalian ditengah, biarkan dia mengambil senjata kita" kata Herzog pada teman-temannya dengan pasrah.
"Baik, Herzog" jawab teman-temannya.
Herzog dan teman-temannya pun meletakkan semua senjatanya ditengah dan kembali ke posisi mereka masing-masing. Kemudian, Ashlam mengambil senjata itu dan masih menodongkan Steiner dengan senjatanya.
Setelah semua senjata telah masuk kedalam tasnya Ashlam. Ashlam melepaskan Steiner dan melihat seorang wanita cantik yang berada disamping Herzog. Ia pun kemudian mendekatinya.
"Ohh... Ternyata kamu mempunyai seorang perempuan cantik" ucap Ashlam sambil mendekati Nadia dan memegang pipinya.
"Mari ikut bersamaku, kita akan bersenang-senang sepanjang waktu" tambahnya.
"Jangan mencoba untuk menyentuhnya" jawab Herzog sambil melindungi Nadia.
"Yups, terima kasih atas senjatanya..." ucap Ashlam sambil meninggalkan Herzog dan yang lainnya.
"Colonel, ini ada pistol untuk Colonel. Tembak dia agar kita bisa mengambil senjata kita kembali" ucap Steiner sambil memberikan pistolnya yang memiliki peredam suara pada Herzog.
"Tunggu! Darimana kamu mendapatkan pistol, Steiner?"
"Dia tidak mengetahui bahwa aku menaruh pistol didalam seragamku, Colonel"
Herzog pun mulai mengokang pistolnya Steiner. Kemudian, ia memberi beberapa tembakan pada Ashlam.
Ashlam pun terjatuh dan tewas pada hadapan Herzog dan kawan-kawan. Lalu, Herzog dan Steiner pun menghampiri jasadnya Ashlam dan mengambil senjatanya kembali.
"Ini akibatnya jika melawan tentara" kata Herzog sambil tersenyum mengambil tasnya Ashlam.
"Hahaha... Benar, Colonel"
.
.
.
Malam harinya.....
.
.
.
Malam harinya yang sangat larut, semua teman-temannya Herzog tidur dengan pulas didalam bangunan SPBU. Namun, Herzog dan Steiner masih belum tidur sama sekali.
"Haaah... Mereka tidurnya nyenyak sekali, sepertinya aku tidak kedapatan tempat tidur" ucap Herzog sambil melihat mereka yang tidur dikursi dan dilantai.
"Biarkan saja, Colonel. Mereka semua harus dijaga selagi tidur, mereka banyak mengalami hari yang sangat-sangat buruk dan akan mereka ingat selama-lamanya"
"Keatas APC?" ajak Herzog pada Steiner.
"Mau ngapain?"
"Untuk bersantai dan berjaga-jaga, kita tidak akan tidur hari ini, kita harus menjaga mereka dari ancaman para pasukan pemberontak"
"Sip"
Herzog dan Steiner pun pergi keatas APC. Diatas mobil, mereka berdua berbaring sambil melihat bintang-bintang dilangit yang sangat indah tanpa adanya polusi cahaya.
"Bintangnya sangat bagus sekali, Steiner" ucap Herzog.
"Benar, Colonel. Ditambah lagi tidak ada polusi cahaya sama sekali disini"
"Ditengah-tengah peperangan ini, kita harus saling berjuang satu sama lain" ucap Herzog.
"Bau mesiu sudah sangat tercium dengan jelas pada malam ini" tambahnya sambil melihat bintang-bintang.
"Oh yah, Colonel. Besok pagi kita akan melakukan apa?"
"Entahlah... Jika hari agak baik, kita akan melanjutkan perjalanan" jawab Herzog.
"Baik, Colonel"
.
.
.
Keesokan harinya......
.
.
.
Dipagi hari yang sangat agak buta, Herzog dan teman-temannya bangun serta menyantap sarapan.
Setelah sarapan, mereka melakukan aktivitas yang lain. Lalu, Herzog mendatangi Steiner yang sedang berbaring didalam mobil sambil mendengar sebuah radio.
"Steiner" panggil Herzog.
"Siap...." Steiner sambil bangun dari tidurnya.
"Mari lanjutkan perjalanan kita, kita harus segera keluar secepatnya mungkin" kata Herzog.
"Tujuan kemana?"
"Kita akan ke bandara untuk keluar dari sini. Pasukan pemberontak sepertinya belum sampai disana dan sepertinya lagi TNI masih mempertahankannya. Menurutku hanya orang-orang kaya dan banyak uang serta Tentara Jerman yang bisa keluar lebih dulu dari Tarakan"
"Jadi tujuan ini ke bandara?" tanya Steiner
"Yups, kita bisa keluar dari sini secepat mungkin. Aku juga akan melibatkan teman-temanky agar mereka bisa keluar dari sini"
"Baik, Colonel" ucap Steiner.
Kemudian, Herzog memanggil teman-temannya dan menyuruh mereka untuk segera naik ke APC.
"Teman-teman.... Kemari" panggil Herzog.
"Ada apa, Herzog?" tanya Apzal.
"Kita akan melanjutkan perjalanan kita dan akan menetap lagi disuatu tempat yang berbeda" jawab Herzog.
"Kemana?" tanya Adi.
"Bandara, kita akan pergi ke bandara agar kalian bisa selamat" jawab Herzog.
"Ayo masuk ke APC" tambahnya.
Mereka semua pun naik ke APC dan mengambil tempat mereka masing-masing.
"Apris, kamu didepan bersama Steiner dan operasikan senapan mesin didepan" kata Herzog.
"Baik" jawab Apris.
Setelah itu, mereka semua pun mulai berjalan meninggalkan stasiun pengisian bahan bakar itu untuk pergi ke Bandara Tarakan.
Disepanjang perjalanan, aroma mesiu tercium jelas oleh hidung mereka. Selain itu mereka juga mendengarkan ledakan-ledakan yang terdengar samar-samar, serta juga melihat banyak mayat-mayat pasukan pemberontak yang berserakan dijalanan.
Namun, saat di depan gerbang Yonif Raider Infanteri 613 Raja Alam, mereka melihat banyaknya kekacauan disana, ditambah lagi bangunan rubuh dan hancur serta banyaknya mayat-mayat warga sipil dan prajurit TNI yang berserakan di jalan.
"Steiner coba kita masuk dulu untuk memastikannya" kata Herzog.
"Siap, Colonel"
Mereka pun masuk ke dalam batalyon. Saat di tikungan belok ke kanan mereka melihat sepuluh kendaraan pengangkut pasukan dan Herzog turun dari mobil dan mendatangi prajurit TNI yang berkemas. Para wajah Prajurit TNI yang ada disana nampak sedih karena harus meninggalkan Tarakan.
"Permisi, kira-kira kalian mau pergi kemana?" tanya Herzog.
Lalu, datanglah Kolonel Orlando Early dari balik mobil sambil membawa banyak perlengkapannya yang ada di tasnya.
"Kami akan pergi ke Pulau Jawa karena Tarakan nggak aman lagi, Bung" jawab Kolonel Orlando sambil menepuk bahunya Herzog.
"Oh yah, ada satu lagi, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur sepakat dengan izin pemerintah untuk mengebom sebagian Tarakan yang dianggap sebagai markas pasukan pemberontak" tambahnya.
"Kira-kira kapan itu akan dilakukan pengeboman?" tanya Herzog.
"Hmmm.... Entahlah"
Herzog yang ingin keluar dari Tarakan, langsung meminta pada Kolonel Orlando agar ia dan teman-temannya dapat ikut dengannya keluar dari Tarakan.
"Tapi.... Apakah bolehkan kami pergi dengan kalian?"
"Maaf, bukannya tidak mau, tapi kapal kami hanya cukup untuk sepuluh mobil saja"
"Tidak masalah, tapi tolong beritahu pihak Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat, bahwa untuk melihat kondisi kami"
"Oke, akan ku sampaikan jika kami sudah sampai, kami jalan dulu"
"Hati-hati dijalan, yah!!" kata Herzog dengan suara keras.
"Siap!!" jawab Kolonel Orlando, Kolonel Orlando pun jalan bersama dengan prajuritnya. dan mengucapkan sampai jumpa pada Herzog dan teman-temannya.
"Semuanya sepi, tinggal kita yang berada di pihak kemenangan. Ayo, Steiner kita lanjutkan perjalanan kita" kata Herzog.
"Siap, Colonel!" jawab Steiner.
Mereka pun melanjutkan perjalanan mereka dengan kecepatan sedang. Saat berada di Jalan Aki Balak (posisi mereka melewati SMKN 2 Tarakan), mereka melihat beberapa warga yang menggunakan mobil dengan barang-barang mereka yang akan pergi meninggalkan Tarakan lewat bandara.
"Tidak ada orang yang berjalan kaki, Colonel" kata Steiner.
"Orang-orang yang memakai mobil dan juga motor merupakan orang kaya dan juga memiliki banyak uang untuk membayar ongkos pesawat" jawab Herzog.
"Dan orang-orang yang tidak punya uang atau tidak mampu, terpaksa menetap disini bersama dengan pasukan pemberontak" tambah Syamsul.
"Benar, Syamsul. Kalian harus bersyukur karena bisa keluar dari Tarakan tanpa adanya hambatan" jawab Herzog.
Selain itu, mereka juga melihat para Prajurit TNI yang mengamankan wilayah itu dan memeriksa setiap orang dan kendaraan (kecuali kendaraan militer) didepan.
Saat berada gerbang bandara, mereka melihat beberapa pesawat yang sedang bersiap-siap untuk mengevakuasi orang-orang ke Kalimantan Timur. Steiner pun melewati barisan mobil yang mengantre dan berjalan masuk kedalam landasan pesawat.
"Oke... Kita sampai, Colonel" kata Steiner.
"Sip, mari kita turun" jawab Herzog.
Saat membuka pintu belakang APC tiba-tiba saja, beberapa pesawat tempur pasukan pemberontak mulai menyerang bandara dan menjatuhkan bom pada bandara itu.
Dari jalan raya, Tank-Tank ringan dan pasukan pemberontak mulai menyerang dan berdatangan mendekati bandara itu dengan skala besar agar dapat menguasai wilayah itu dengan cepat.
Para warga yang ada disana pun berlari menyelamatkan diri serta mencari tempat yang aman bagi mereka namun terlambat.
"STEINEEEER!!! TANCAP GAAAAS!!!" teriak Herzog dengan sangat keras.
"Siap!" jawab Steiner dengan sangat keras.
Herzog dan teman-temannya pun dengan cepat meninggalkan bandara itu dengan kecepatan penuh hingga jauh ke kota.
"Mereka sangat tidak beruntung sekali" ucap Herzog sambil melihat keadaan dibelakang dari atas APC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
Rahmat Kusir
pihak pmbrontak nya yg mna .kok militer nya tni kok dri bangsa jerman
2020-11-07
0
rohmaulina543
semangat up
2020-09-04
0
🧭 Wong Deso
petualangan..
Salam dari TA'ARUF CINTA
2020-09-02
0