Saat berada dipertigaan jalan, Herzog dan teman-temannya tiba-tiba saja diserang oleh beberapa pasukan yang berada disisi kiri dan juga didepan. Serangan itu, membuat APC mereka menjadi terhenti dan diberondongi banyak peluru.
"KITA DITEMBAK!!!" ucap Herzog dengan suara keras.
"COLONEEEEEL!!! TOLONG LAKUKAN SESUATUUUU!!!" teriak Steiner sambil menembak pasukan pemberontak yang berada didepannya dengan senjata mesin yang ada disamping tempat duduknya.
"TETAP MENEMBAK, STEINEEEEER!!!" jawab Herzog dengan sangat keras.
"BAIK!!!" kata Steiner.
Steiner dan Herzog mencoba untuk mempertahankan posisi mereka dengan menembak pasukan pemberontak menggunakan senapan mesin. Pasukan pemberontak yang masih amatiran itu, membuat Herzog dan Steiner berhasil menghabisi mereka semua dengan berondong senapan mesin.
Tiba-tiba saja, ada sebuah Panser M113 A1 menyerang mobil mereka. Panser itu memberondongi mobil mereka dengan peluru senapan mesin berat. Berondongan tembakan yang tidak henti itu dan juga tembakan dari pasukan pemberontak yang keluar dari Panser, membuat Herzog dan Steiner kesulitan menembak mereka.
"COLONEEEEEL!!! SEBUAH PANSER MENYERANG KITAAAAA!!!" teriak Steiner dengan sangat keras.
Herzog pun masuk kedalam dan mengambil sebuah granat, ia pun menarik pin granat itu dan melemparkan granat itu pada Panser pasukan pemberontak. Granat itu mendarat tepat dibawah dan meledakkan Panser itu dengan sangat dahsyat.
Kemudian, Steiner dan Herzog melanjutkan berondongan tembakan untuk menumpaskan pasukan pemberontak. Setelah semua pasukan pemberontak telah ditumpaskan, mereka semua lega dan gembira.
"Aman... Kondisi saat ini aman..." ucap Herzog sambil menghembuskan napas lega.
"Haaah.... Akhirnya aman juga...." ucap Steiner dengan menghembuskan napas lega dan bersandar pada kursi.
Kemudian, Herzog mengambil senjatanya dan keluar dari APC untuk mengambil kebutuhan militer. Dia berniat mengambil persenjataan, peluru, ransum, dan lain-lain yang bisa membuat Herzog dan teman-temannya dapat bertahan hidup sebelum kabur dari Tarakan.
"Colonel, Colonel mau kemana?" tanya Steiner dari jendela mobil.
"Mengambil beberapa hal militer untuk kita, jaga mobil ini"
Herzog pun mulai mengambil beberapa senjata dan peluru, serta memeriksa pakaian para pasukan pemberontak yang telah tewas untuk mengambil hal-hal penting.
Lalu, Herzog masuk kedalam sebuah rumah untuk memeriksa keadaan. Saat berada didalam rumah, dia mendengar suara seorang perwira tinggi pasukan pemberontak. Perwira itu sedang menyekap seorang perempuan. Perempuan itu bernama Nadia Danasti Nafisa.
Herzog yang mendengar suara itu, langsung bersandar pada dinding dan memegang senjata serbunya. Lalu dia pun langsung menampakkan dirinya pada perwira tinggi itu sambil menodongkan senapan serbunya.
"Enyahlah!!" ucap Herzog dengan suara agak keras sambil menodongkan senapan serbunya.
"Kamu yang seharusnya enyah dari hadapanku" jawab perwira tinggi itu sambil menodongkan pistolnya pada Herzog.
"Jika kamu mau perempuan tak berguna ini selamat, silahkan letakkan senjatamu ditengah, aku akan membebaskannya" tambahnya.
"Kamu berbohong, aku tidak akan menurut pada lawan" jawab Herzog sedikit geram.
"Letakkan, sebelum kepala perempuan ini pecah" kata perwira tinggi itu dengan mengancam Herzog.
"To-tolong letakkan senjatamu... Aku ingin hidup... hiks" ucap Nadia dengan menangis sedih yang sedang terikat dikursi.
Herzog pun mau tak mau harus meletakkan senjata ditengah dan kembali keposisinya. Namun saat meletakkan senjata ditengah, perwira tinggi mengambil senapan Herzog dan membuang pistolnya.
"Enyahlah kalian berdua" ucap perwira tinggi.
Herzog pun tertawa mendengar ucapan perwira tinggi itu, dia tidak tahu bahwa senapan serbu Herzog tidak memiliki peluru.
"HAHAHAAAAHAHAHAAAHAAHAHA!!!!!!" tawa Herzog dengan terbahak-bahak.
"Apa yang lucu, hah?!" tanya perwira tinggi itu dengan marah.
"Tidak ada peluru dalam senjata itu, HAHAHAHAHA!!!" jawab Herzog sambil tertawa.
"Sial, aku tertipu" kata perwira tinggi itu dengan kesal.
Dengan cepat, perwira tinggi itu dan Herzog langsung bergegas mengambil pistol yang terbuang.
Akan tetapi, Herzog mendapatkannya duluan. Ia pun langsung menodongkannya pada perwira tinggi itu dan memberikan ucapan selamat tinggal padanya.
"Selamat tinggal, kawan" ucap Herzog.
Herzog pun memberikan banyak tembakan pada perwira tinggi itu hingga semua peluru yang ada dalam magazen pistol itu habis tak tersisa.
Suara pistol itu menarik perhatian Steiner dan kawan-kawan yang ada dimobil.
"Ada suara tembakan" ucap Steiner dengan sedikit panik dan siaga.
"Suaranya berasal darimana?" tanya Apzal sambil memegang senjata.
"Entahlah, aku tidak tahu karena suaranya bergema" jawab Steiner.
"Tunggu! kemana Herzog?" tanya Syamsul.
"Dia ada dirumah itu" jawab Steiner sambil menunjuk kedepan.
"COLONEL DALAM BAHAYA!!!" tambahnya dengan sangat terkejut.
Steiner pun langsung mengambil senjatanya dan keluar dari mobil untuk memeriksa keadaan Herzog.
"Kalian bertiga, jaga mobil ini. Aku akan memeriksa keadaan Herzog" kata Steiner.
"Baik, serahkan pada kami" jawab mereka bertiga.
Steiner pun langsung berlari menuju rumah yang dimasuki Herzog. Ketika berada didalam, Steiner melihat Herzog yang sedang mendekati perempuan yang agak ketakutan itu.
"Colonel... Untung tidak gugur, hehehe" kata Steiner sambil tertawa.
"Ngomong sekali lagi, aku bunuh kamu" jawab Herzog dengan kesal.
"Hahaha... Hanya bercanda" kata Steiner sambil tertawa.
Tiba-tiba saja, Nadia mengambil senjatanya Herzog yang telah diisi peluru dan menodongkannya pada Herzog dan Steiner.
"Jangan ada yang bergerak dan jatuhkan senjata kalian" ucap Nadia sambil menangis menodongkannya pada Herzog dan Steiner.
"Kamu yang seharusnya menjatuhkan senjata itu, kawan" jawab Steiner sambil menodongkan senjatanya pada Nadia.
Nadia pun tiba-tiba menarik pelatuk itu dan tak sengaja menembak lantai. Kemudian, dia langsung syok dan menjatuhkan senjatanya Herzog.
Lalu, Herzog memegang kedua tangannya Nadia dan memborgol tangannya Nadia dibelakang.
"Aku terpaksa melakukannya" ucap Herzog.
Setelah memborgol Nadia, Herzog langsung mengambil senjatanya dan menyuruh Nadia untuk berdiri serta berjalan keluar. Sementara itu, Herzog menodongkan senjatanya dibelakang Nadia.
"Teman-teman, kita mendapatkan tahanan" ucap Steiner pada teman-temannya yang ada dimobil.
Teman-temannya pun keluar dan melihat tahanan yang dikatakan Steiner.
"Tahanan kita adalah seorang wanita yang cantik dan... Aku tidak bisa berkata-kata lagi" ucap Steiner.
"Hmm... Mengapa dia menjadi tahanan? apakah dia anggota pasukan pemberontak?" tanya Adi.
"Dia bukan anggota pasukan pemberontak, hanya saja saat kami menyelamatkannya, dia tiba-tiba mengambil senjataku dan menodongkannya pada kami berdua" jawab Herzog.
"Katakan, kenapa kamu langsung berbuat seperti itu?" tanya Herzog sambil menodongkan senjatanya pada Nadia
"Saya hanya ketakutan karena telah diperkosa oleh para pasukan itu dan kedua orang tua saya entah kemana... Hiks" jawab Nadia sambil menangis.
"Tolong ampuni saya" tambahnya sambil menangis dan berlutut pada Herzog.
"Steiner, bunuh yok" kata Herzog pada Steiner dengan ekspresi senyum jahil.
"Boleh juga tuh, Colonel. Hahahaha" jawab Steiner sambil tertawa.
"TOLONG JANGAN BUNUH SAYA!!! SAYA AKAN MENEBUS KESALAHAN SAYA!!!" teriak Nadia dengan sangat keras karena ketakutan akan nyawanya.
"Lihat, Steiner. Dia malah berteriak sangat keras" kata Herzog dengan tersenyum.
"Hahahaha.... Dia sangat percaya dan menganggapnya serius" jawab Steiner sambil tertawa.
"Candaan mereka berdua sangat jelek" ucap Apzal pada Syamsul.
"Itu adalah sifat asli Herzog jika ada temannya" jawab Syamsul.
"Kami hanya bercanda.... Ngomong-ngomong, siapa nama kamu?" tanya Herzog pada Nadia.
"Nama saya adalah Nadia Danasti Nafisa, seorang mahasiswi yang sedang mencari bahan untuk kegiatan kelompok" jawab Nadia.
"Butuh senjata? kami akan memberikanmu senjata untuk pertahanan diri, apakah kamu mau?" tanya Steiner.
"Ti-tidak, saya tidak butuh senjata, sa-saya ingin bebas dari sini dengan selamat" jawab Nadia.
"Mari kita berangkat" kata Herzog sambil membukakan borgol Nadia.
Kemudian, mereka semua pun naik kemobil dan berangkat meninggalkan tempat itu. Saat berada dijalan Aki Balak, Herzog melihat kedua orang sedang berlari karena mendengar suara mobil.
"Steiner, kejar kedua orang itu" kata Herzog.
"Baik, Colonel" jawab Steiner.
Steiner pun meningkatkan laju kendaraannya. Saat berada agak dekat, Herzog meminta Steiner memberhentikan mobilnya.
"Steiner, hentikan mobilnya" kata Herzog.
"Baik, Colonel" jawab Steiner dan memberhentikan mobilnya.
Herzog pun turun dan berlari mengejar kedua orang itu. Akan tetapi, kedua orang itu tetap berlari dengan sangat ketakutan. Mereka akhirnya berhenti saat Herzog memanggil mereka.
"Hey.... Jangan berlari" kata Herzog.
Kedua orang itu pun berhenti dan berbalik kearah Herzog. Mereka berdua terkejut saat melihat Herzog. Kedua orang yang Herzog kejar bernama Apris dan Saftoro.
"Herzooog!!!" ucap Apris sambil berlari pada Herzog.
"Ahh... Akhirnya aku terselamatkan oleh kamu" tambahnya sambil berlutut pada Herzog.
"Ngomong-ngomong, kamu juga terjebak?" tanya Herzog.
"Gak, aku gak terjebak" jawab Apris dengan kesal.
"Ohh... Aku pikir kamu tidak terjebak" jawab Herzog.
"Sudah tau aku lagi terjebak malah nanya... Gimana sih" jawab Apris dengan kesal
"Hahaha.... Bercanda" jawab Herzog.
"Hey, Herzog. Bagaimana kabarmu?" tanya Saftoro.
"Aku tidak menyangka bahwa aku dan Apris bertemu kamu disini" tambahnya.
"Kabarku cukup buruk, aku kehilangan satu orang saat ke Arkan Danu. Orang itu adalah teman kita" jawab Herzog.
"Siapa namanya?" tanya Saftoro.
"Adit, dia tewas saat berada di Jalan Aki Pingka" jawab Herzog.
"Turut berdukacita" kata Apris.
"Aku juga" tambah Saftoro.
"Dah... Mari kita kemobil" ucap Herzog.
"Kamu menggunakan mobil?" tanya Apris.
"Yaiyalah... Yang kalian berdua dengar suara mobil menuju kemari.... Itu adalah aku dan teman-temanku, kalau saja kalian tidak lari, mungkin ceritanya tidak seperti ini" jawab Herzog.
"Kami panik tadi, kami berdua hampir tertangkap oleh pasukan pemberontak" kata Saftoro.
"Dimana?" tanya Herzog.
"Pertigaan jalan tadi" jawab Apris.
Herzog dan kedua temannya itu pun langsung pergi kemobil. Sesampainya dimobil, Herzog memberitahu teman-temannya yang lain bahwa ada kedua orang bergabung untuk kebebasan.
"Kawan-kawan, kita mendapatkan anggota lagi" kata Herzog pada teman-temannya.
"Apris, Saftoro. Aku kira kamu.... Ah lupakan, hahahaha" ucap Apzal sambil tertawa.
"Yee... Kata-katanya gak bagus" jawab Apris dengan kesal.
"HAHAHAHAHA!!!!" tawa Apzal dengan terbahak-bahak.
"Apris, Saftoro. Gunakan senjata ini, tidak ada kata takut menggunakan senjata" ucap Herzog sambil memberikan mereka senjata.
"Baik, Herzog" jawab mereka berdua.
"Mari kita lanjutkan perjalanan kita" kata Herzog.
"Ayo!!" jawab semuanya.
Mereka semua pun masuk kemobil dan melanjutkan perjalanannya kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
anggita
Panser M113- A1
2022-11-19
0
🧭 Wong Deso
lanjut
2020-09-02
0
Fisyahr Juan Kelvin
kuyy la nadia dibunuh
2020-08-31
0