Diperjalanan menuju asrama, Herzog mengobrol sedikit bersama seorang prajurit TNI yang menyetir mobil pengangkutnya.
"Bagaimana keadaan disana? apakah sangat buruk?" tanya prajurit TNI.
"Benar-benar buruk, banyak mayat-mayat yang berserakan dijalanan dan tak terurus" jawab Herzog.
"Sebenarnya jika pasukan pemberontak itu tak menyerang bandara, mungkin kami sudah berada disini lebih dulu bersama dengan pengungsi lain" tambahnya.
"Mereka menyerang bandara?"
"Yaa... Mereka memulai serangannya menggunakan serangan udara lalu dilanjut oleh serangan darat mereka" jawab Herzog.
"Kira-kira jika boleh tahu nih yah, kalian kok bisa lolos?"
"Tentu saja melarikan dari mereka" jawab Herzog.
"Caranya bagaiamana? bukankah kalian diserang dari udara dan darat?" tanya prajurit TNI itu.
"Saat perjalanannya menuju ke bandara, kami menggunakan sebuah Panser TNI yang telah ditinggalkan tanpa ban"
"Coba cerita dari awal penyerangan pasukan pemberontak"
"Awal penyerangan dimulai saat saya sedang melakukan reuni disebuah SMP. Hanya saya dan teman yang berhasil selamat, sisanya menjadi mayat dan tertangkap" jawab Herzog sambil meminum air kemasan.
"Lalu?"
"Saat perjalanan saya bertemu dengan beberapa teman saya yang terlihat tak tahu harus ngapain. Diperjalanan menuju Batalyon 553 Arkan Danu, saya kehilangan satu teman. Sampai di Arkan Danu, saya bertemu dengan rekan tentara saya. Kami berdua memasangkan ban pada Panser dan juga melengkapi dengan perlengkapan militer" jawab Herzog.
"Lalu apa yang terjadi?" tanya prajurit TNI itu dengan semakin penasaran.
"Saya tidak ingat selanjutnya. Ahh... Peperangan itu menganggu pikiranku!" jawab Herzog sambil memegang kepalanya.
"Tetap kuat, yah" kata prajurit TNI.
"Yoi... Akan menjadi sejarah yang berarti pada diri saya dan juga kamu tentunya" jawab Herzog sambil tersenyum.
"Ngomong-ngomong berapa umurmu?" tanya prajurit TNI itu.
"Umur saya 29 tahun, belum menikah dan fokus terhadap profesi" jawab Herzog.
"Kira-kira kapan tentara Jerman akan dipulangkan ke negara asalnya?" tanya prajurit TNI itu.
"Untuk prajurit yang selamat akan segera dikumpulkan terlebih dahulu agar bisa pulang bersama-sama" jawab Herzog.
"Prajurit yang tak selamat akan dicari disepanjang lautan dan semuanya akan dipulangkan hingga benar-benar tak ada laporan tentang evakuasi tentara Jerman" tambahnya.
Herzog kemudian membuka jendela pintu mobil dan melihat keluar. Ia melihat banyaknya kendaraan militer yang berlalu lalang kesana kemari dan juga melihat mobil-mobil pengangkut yang mengangkut banyak pengungsi.
"Kenapa ada banyak kendaraan militer disini? apakah ada bentrokan?" tanya Herzog.
"Ohh... Itu hanya antisipasi jika ada serangan pemberontakan yang dilakukan oleh masyarakat disini. Pemerintah negara saat ini sedang gencar-gencarnya melindungi negara dan memposisikan aparat negara untuk patroli" jawab prajurit TNI itu.
"Sampai kapan akan begini terus?" tanya Herzog.
"Yaaa.... Hingga para prajurit TNI dikerahkan ke medan perang untuk melawan pasukan pemberontak" jawab prajurit TNI itu.
"Pasalnya ada sebuah kampanye pembentukan negara baru yang dilakukan di seluruh Kalimantan agar merdeka sendiri seperti OPM" tambahnya.
"Kalimantan akan merdeka?!" tanya Herzog dengan terkejut.
"Bisa dibilang begitu. Pemerintah tak tinggal diam dan berusaha untuk menghancurkan pembentukan negara baru agar pulau itu tak dikuasai oleh negara-negara lain nantinya" jawab prajurit TNI itu.
"Kemarin, entah aparat yang mana. Mereka menangkap sekelompok pemberontak yang akan melakukan kampanye sebelum penyerangan. Kampanye itu tentang “Djawa Merdeka” sama seperti kampanye Kalimantan" tambahnya.
"Hidup sepertinya bakal keras jika keadaan seperti ini terus" ucap Herzog sambil menatap langit dari jendela pintu mobil.
"Hey, Apris" panggil Syamsul.
"Haa... Paan?" tanya Apris.
"Bagaimana jika kita bertaruh?" tanya Syamsul.
"Bertaruh seperti apa?" tanya Apris.
"Bertaruh dengan lomba menatap, siapa yang paling lama menatap akan mendapatkan uang senilai 50.000 rupiah" jawab Syamsul.
"Ayolah, aku ini jagoan lomba menatap" kata Apris dengan menyombongkan dirinya pada Syamsul.
Mereka berdua mulai menatap mata mereka satu sama lain dengan sangat serius hingga keringat mereka berdua mengalir.
"Lagi-lagi permainan konyol itu" ucap Nadia.
"Konyol seperti apa? bukannya itu seru?" tanya Amel.
"Nanti kamu akan tahu efeknya bagaimana" jawab Nadia.
Apris mulai mengeluarkan air matanya dan menitik, ia tetap bertahan dan mencoba untuk tak berkedip. Sementara itu Syamsul dengan tenang menatap mata Apris yang berair tanpa mengeluarkan air mata setitikpun.
"Hiyaa... Kau pasti kalah, Apris" kata Nadia.
"Diam! jangan ganggu!" jawab Apris.
"Fufufu... 50.000 ribu rupiahmu akan hilang..." kata Nadia dengan tertawa menutup mulut.
Lalu, mobil itu terguncang agak keras saat melewati polisi tidur dan menyebabkan Syamsul dan Apris secara tak sadar berkedip.
"Kau kalah, Syamsul!" kata Apris.
"Kok aku? aku tadi lihat kau berkedip! jadi kau yang kalah!" jawab Syamsul.
"Apakah dibelakang baik-baik saja?" tanya Herzog.
"Kami baik-baik saja!" jawab Nadia dengan keras.
"Nadia! siapa yang kalah?" tanya Syamsul.
"Hmmm... Kalau gak salah, aku lihat kalian berdua berkedip, jadi artinya seri..." jawab Nadia.
Apris kemudian merasa lega dan menghembuskan napasnya karena uang terakhirnya tak gugur dalam pertandingan. Sementara itu, Syamsul kesal bahwa hasil yang ditentukan oleh Nadia adalah seri.
Setelah melakukan perjalanan mereka berempat akhirnya sampai di asrama. Prajurit TNI kemudian masuk dan mengarahkan mobilnya ke garasi. Disana, Herzog dan yang lain yang melihat banyak prajurit lainnya latihan dan juga berjaga-jaga disekitar asrama.
"Oke... Kita sudah sampai di asrama" kata prajurit TNI sambil turun dan berjalan kebelakang mobil.
"Silahkan turun...." lanjutnya sambil membuka pintu belakang.
"Terima kasih...." kata Herzog
"Iya, sama-sama" jawab prajurit TNI itu.
Mereka pun berjalan bersama-bersama menuju ketempat asrama yang kosong untuk ditinggali sementara.
"Syamsul, kau bisa menempati asrama nomor 29. Ini kuncinya" kata Herzog sambil memberikan kunci asramanya.
"Apris, kau bisa membuat pilihan. Tinggal berdua atau sendiri?" tanya Herzog.
"Ya jelas tinggal sendiri 'lah... Gak mau aku satu kamar sesama jenis, ntar dikatain yang enggak-enggak" jawab Apris.
"Baiklah, ini kunci nomor 30. Asramanya dekat dengan asramanya Syamsul" kata Herzog sambil memberikan kuncinya.
"Yups..." ucap Apris sambil mengambil kunci yang diberikan.
"Nadia, ini kuncinya untuk nomor 33. Kamu berada didekat asramaku, yaitu nomor 32" ucap Herzog sambil memberikan kuncinya.
"Makasih..." jawab Nadia sambil menerima kuncinya.
"Amel, bagaimana denganmu" tanya Herzog.
"Apakah boleh aku bersama dengan kakak Nadia?" tanya Amel dengan malu-malu.
"Boleh 'kok... Kakak sangat suka jika ada yang tinggal dengan sekamar" jawab Nadia dengan tersenyum.
Nadia dan Amel pun berjalan keasrama dan masuk kedalam untuk melepaskan lelah.
"Tuh liat, mereka aja mau tinggal sekamar, masa kalian berdua gak mau" kata Herzog pada Syamsul dan Apris.
"Beda lawan jenis, su!" jawab Apris.
"Cewek sekamar ama cewek terus tidur berdua sambil buka baju, mah wajar. Kalo cowok ama cowok, uihhh... Itu udah gak wajar" tambahnya.
"Hahahaha.... Tahu juga ternyata" kata Syamsul.
"Oh iya dong... Makanya aku gak sekamar ama kau" jawab Apris.
"Yups... Mari ke asrama masing-masing, aku akan mandi untuk membersihkan diri" kata Herzog.
"Oh yah, jika mau mandi, pakai baju yang kalian kenakan. Nanti akan ada bantuan yang datang berupa pakaian untuk kalian" tambahnya.
"Dimengerti" jawab mereka berdua.
Syamsul dan Apris pun mulai berjalan keasrama mereka masing-masing dan memasukinya. Sementara itu Herzog terdiam didepan asrama miliknya sambil merenungkan diri sementara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments