Mereka semua masuk kedalam Bandara Juwata dan memeriksa semua keadaan yang ada didalam.
Didalam mereka mendapatkan kehancuran yang ada disana, atap bandara berkubang diakibatkan oleh Artileri pasukan pemberontak, mayat-mayat disana mati tergeletak dilantai, warga sipil yang sudah mati akibat pembunuhan oleh para pasukan pemberontak hancur dan terpisah dari tubuhnya.
"Cari tempat yang bisa kita gunakan untuk menetap disini sampai jam 6 pagi, karena tempat ini sangat kacau" kata Herzog.
"Baik" jawab mereka.
Lalu Raditya menanyakan soal teman SMP-nya yang dia tembak tadi
"Herzog, siapa anak yang kau tembak tadi?" tanya Raditya.
"Dia adalah Mico Widyantoro" jawab Herzog.
"Kenapa kau menembaknya, Herzog? padahal dia bisa ikut dengan kita" tanya Raditya.
"Kau lihat dia memakai baju apa?" tanya Herzog.
"Iya aku lihat, dia memakai seragam pasukan pemberontak" kata Raditya.
"Karena itu aku menembaknya, dia adalah penghianat bangsamu, dia pantas untuk mendapatkan tiket ke nereka" jawab Herzog.
"Belum tentu, Herzog. Bisa jadi dia memakai seragamnya untuk menggantikan bajunya yang sudah usang" kata Raditya.
"Kalau dia hanya memakainya, kenapa ada namanya di baju itu?" tanya Herzog.
"Bisa jadi itu nama orang lain" jawab Radityam
"Mana mungkin, tanggal 23 September tahun 2022 waktu aku pergi ke Nunukan untuk melakukan pertemuan, ada sekelompok orang yang sedang melakukan sebuah perkumpulan untuk menghasut orang di Nunukan untuk memisahkan dirinya dari Indonesia, awalnya mereka tidak mau, akan tetapi semuanya berubah ketika Nunukan akan diberikan harta yang sangat banyak, Nunukan akhirnya tunduk di tangan Zionis, tetapi para Prajurit mu sedang melakukan peperangan sekarang" kata Herzog.
"Lalu...." jawab Raditya.
"Prajurit TNI kalah dalam peperangan itu karena dia memanggil bala bantuan yang sangat banyak" kata Herzog.
"Lalu, dimana kau melihat dia?" tanya Raditya.
"Ada di Tarakan, tanggal 23 November tahun 2022, aku melihatnya di pasar malam minggu, aku melihat dia sedang mendaftarkan diri sebagai pasukan pemberontak secara sembunyi-sembunyi" jawab Herzog.
"Mana mungkinlah, kita perlu bukti kuat, Herzog, jangan asal menuduh" kata Raditya sambil menepuk bahu kanannya Herzog.
"Perlu bukti kuat yah, oke aku ada bukti kuat. Lihat ini, aku memotretnya untuk dijadikan sebuah foto untuk latihan menembaknya" kata Herzog sambil memperlihatkan sebuah foto.
Raditya pun mengamati foto itu dengan serius.
"Sekarang aku percaya" jawab Raditya.
"Baguslah, agar kau tau dia lebih buruk dari sampah" kata Herzog.
"Memang benar sekali" jawab Raditya.
Lalu Steiner memanggil Herzog untuk melihat dilantai dua di menunggu, Steiner memanggilnya karena ada sesuatu yang untuk dia perlihatkan.
"Colonel kesini!! Ada yang aku perlihatkan!" kata Steiner dilantai dua dengan suara keras.
"Apa, Steiner!! Apakah ada masalah?!" tanya Herzog dengan suara keras.
"Pokoknya Colonel kesini dulu!" kata Steiner dengan suara keras.
"Oke, aku kesana!" jawab Herzog.
Herzog pun memanggil teman-temannya untuk naik keatas karena ada sesuatu yang Steiner katakan.
"Lihat Colonel, ada banyaknya boks yang berisi makanan, senjata, obat-obatan, dan peluru, ini adalah surga kita sebelum meninggalkan Tarakan hahaha" kata Steiner sambil tertawa.
"Ini sangat menakjubkan, ini adalah hari keberuntungan kita" jawab Raditya.
"Steiner, Raditya, angkat satu boks peluru, satu boks senjata, dan satu boks obat-obatan ke kiri" kata Herzog.
"Boks makanan bagaimana?" tanya Syamsul.
Boks makanan kalian bukalah untuk makan" jawab Herzog.
"Asik, lumayan makanan di pagi yang sangat buta" kata Apris.
Herzog menyuruh mereka untuk duduk melingkar sambil bercerita tentang kisah-kisah menarik dari mereka
"Ayo semuanya duduk melingkar" kata Herzog.
"Oke" jawab Raditya dan yang lain.
disana mereka bercerita suka maupun duka, mereka saling akrab satu sama lain yang layaknya saudara sekandung
"Aku rindu sama pacarku yang ada di Jawa" kata Steiner.
"Kan bentar lagi kita pulang, Steiner" jawab Syamsul.
"Pulang kemana? atau pulang ke Jawa?" tanya Steiner.
"Kan bentar lagi kau pulang ke atas hahaha" jawab Apris sambil tertawa.
"Sialan kau, hahaha" jawab Steiner sambil tertawa.
Semua orang yang ada disitu tertawa karena ulah Apris dan Steiner.
"Oh yah, waktu aku dan Herzog mau menemukan Steiner kami hampir mati dan hampir terpisah" kata Raditya.
"Hampir mati dimana?" tanya Steiner dan Apzal
"Hampir mati di stadion gara-gara kekurangan darah.
"Himpir miti di stidiin giri-giri kikiringin dirih, Hilih ******" jawab Herzog sambil meledek Raditya dengan huruf vokal serba I.
"Kau belum tau perjuanganku" kata Raditya.
"Matamu! Lebih pedih mana, diberondong peluru atau kekurangan darah?" tanya Herzog
"diberondong peluru" jawab Raditya
"We.... waktu kau kekurangan darah, aku yang mencarikan obat untukmu, aku juga hampir terpisah olehmu, jika aku dibawa paksa oleh komandan TNI tadi, pasti lain ceritanya lagi!!" jawab Herzog.
"Ampun bang, ampun" kata Raditya.
"Ah... Sama seperti dulu, saling meledek dan keras kepala" kata Steiner sambil
Tiba-tiba, dari lantai satu terdengar suara orang-orang yang berbahasa Ibrani sedang melakukan pengecekan di bandara, Herzog Raditya Steiner dan yang lain panik tak terhingga.
"Bagaimana ini, kak?! Aku tidak mau lagi terjebak seperti di Berg Arne" tanya Amel sambil memeluk Herzog.
"Tenang, Amel. Kita semua pasti bisa melewati situasi ini" jawab Herzog.
"Aku takut, kak!" kata Amel sambil memeluk Herzog dengan erat.
"kau sudah kelas 2 SMA, jangan seperti anak kecil lagi, pergilah bersama Apris dan Syamsul untuk sembunyi" jawab Herzog.
"Amel, cepat sembunyi" ucap Nadia sambil mengajak Amel untuk bersembunyi.
"Sana sembunyi sekarang, biar aku yang mengurusi hal ini" kata Herzog.
"Hati-hati yah" jawab Amel
"iya, tenang saja" kata Herzog.
Amel dan yang lain bersembunyi untuk menghindari baku tembak yang diakibatkan oleh pasukan pemberontak dan Herzog.
"Sepertinya sangat sulit" kata Steiner.
"Raditya, berikan satu granat kejut dan satu granat fragmentasi" kata Herzog.
"Hanya ada satu granat kejut" jawab Raditya.
"Steiner, bagaimana dengan kamu?" kata Herzog.
"Aku tidak mempunyai granat satu pun, granat-nya ada di mobil, sial bagaimana dengan mobilnya Colonel" jawab Steiner.
"Tenang, Steiner, tenang" kata Herzog.
"Iya, Colonel" jawab Steiner.
"Steiner, Raditya, pergi ke jendela yang ada di pintu dan jangan lupa menunduk" kata Herzog.
"Baik" jawab mereka berdua.
Pasukan pemberontak menaiki tangga dan hampir sampai dilantai dua.
Jantung Herzog berdebar serta Steiner dan Raditya mengalami keringat dingin.
Pasukan pemberontak itu sampai di lantai dua, Herzog jantungnya semakin berdebar kencang, dia menghitung maju angka dan melemparkan granat kejut itu kearah pasukan pemberontak.
"Satu, dua, tiga" kata Herzog dan melemparkan granat kejut itu pada pasukan pemberontak.
Pasukan pemberontak itu buta sementara dan sambil menembak ke segala arah.
"Sekarang tembak!" kata Herzog.
"Oke, siap" jawab mereka.
Mereka bertiga berhasil menembak para pasukan pemberontak, total pasukan yang mereka bertiga tembak ada tiga puluh pasukan.
Herzog menemukan satu pasukan yang masih hidup, dia memukul pasukan itu dengan penuh emosi.
"Sialan!!! menembak warga yang tak berdosa, sialan!! akan kuberikan kau tiket ke neraka!!" kata Herzog sambil memukul pasukan pemberontak itu dengan sangat keras.
"Herzog sudah, jangan begitu dia juga manusia" kata Raditya sambil menarik Herzog.
Herzog yang ditarik oleh Raditya malah kembali lagi untuk memukul pasukan itu hingga mati.
Setelah dipukul sangat lama dia masih saja bertahan dari pukulan Herzog. Disitu dia tidak menyerah, dia menodongkan pistol miliknya pada pasukan itu. Sementara itu Steiner dan Raditya tidak berani ikut campur dengan Herzog.
Karena jika dia sangat marah dia tak segan-segan membunuh salah satu temannya yang ikut campur. Steiner dan Raditya berbalik kearah belakang sambil bercerita.
"Steiner, untuk saat ini kita jangan memanggil Apris, Syamsul, serta yang lain. Kalau mereka semua ikut campur dalam urusan itu, Herzog bisa saja menembak mereka semua, coba kau bayangkan" kata Raditya
Steiner pun membayangkan Apris, Syamsul dan yang lain ikut campur urusan Herzog
.
.
.
Didalam pikiran Steiner.......
.
.
.
"Herzog jangan begitu" kata Apris.
"Iya Herzog, dia juga manusia" tambah Amel.
"Diam! jika kalian tidak diam, akan ku tembak mulut besar mu itu" jawab Herzog.
"Dikasih tau malah melawan, kau memang tidak punya belas kasihan" kata Apzal.
Herzog yang mendengarkan perkataan itu langsung menembak mereka semua.
"Mati!! Mati!! Hahahahaha. Daripada kalian hidup untuk ikut campur, lebih baik kalian mati! hahahaha" jawab Herzog sambil menembak mereka semua dengan tertawa jahat.
Tiba-tiba Steiner yang sedang membayangkan terkejut dengan suara tembakan dari pistol Herzog, Raditya langsung melihat mayat pasukan yang dia lihat. Saat dia lihat, dia mendapatkan pasukan itu mengeluarkan darah yang sangat banyak dari kepalanya.
"Kenapa kau membunuhnya, kita bisa bawa dia ke Jawa untuk ditanyakan" kata Raditya.
"Dengar, dia lebih buruk dari sampah seperti Mico, lebih baik dia mati, ayo kita pergi dari Tarakan" jawab Herzog sambil menunjuk mayat itu.
Herzog memanggil teman-temannya untuk keluar dari persembunyian, dia bersiul untuk memanggil mereka. Dari kejauhan dia melihat Amel yang sedang berlari, saat sampai dia hadapan Herzog dia memeluknya dengan sangat erat.
"Selamat juga, apakah kakak baik-baik saja" kata Amel sambil memeluk Herzog
"Aku baik-baik saja, jangan khawatir, ayo kita pergi kebawah dan menaiki pesawat untuk keluar" jawab Herzog
"Herzog, bagaimana dengan boks peluru, makanan, obat-obatan, dan senjata?" kata Raditya.
"Setelah kupikir-pikir, lebih baik tak usah dibawa" jawab Herzog
"Colonel, bagaimana dengan mobilnya?" tambah Steiner.
"Sepertinya kita tinggalkan dulu dan sembunyikan, ketika akan membebaskan Tarakan kita akan mengambilnya kembali, Steiner kau yang bawa mobilnya sembunyi, kami semua jalan kaki" kata Herzog.
"Siap, Colonel" jawab Steiner.
Steiner membawa mobilnya untuk disembunyikan smentara mereka semua jalan kaki. Di perjalanan Amel memegang tangan Herzog, tetapi Amel diejek oleh yang lain dengan kata “cie-ciee,” Amel yang tak terima dengan perbuatan mereka marah dengan kata-kata yang membuat mereka tidak berkutik.
Mereka semua sampai di pesawat, disana hanya ada satu helikopter, Herzog kebingungan karena dia tidak bisa mengendarai helikopter.
"Raditya, apakah kau bisa mengendarai helikopter?" tanya Herzog
"Tentu saja, Herzog" jawab Raditya.
"Serius? kau bisa mengendarainya?" tanya Herzog
"Aku dulu pernah mengikuti pelatihan mengendarai helikopter, Herzog" jawab Raditya.
Kemudian, Steiner pun datang sambil membawa tiga jerigen bahan bakar untuk helikopter yang akan mereka pakai nantinya.
"Colonel, ini bahan bakar helikopter yang Colonel minta" ucap Steiner sambil berjalan kearah Herzog.
"Aku belum menyuruhmu untuk mengambil bahan bakarnya Steiner" jawab Herzog.
"Lagi-lagi ulahnya Apris dan Syamsul" ucap Steiner.
"Kita berhasil menipu Steiner" ucap Syamsul sambil melakukan sebuah tos pada Apris.
Herzog dan Raditya pun mulai mengisi bahan bakar helikopter satu persatu, setelah semua bahan bakar telah terisi, Herzog menyuruh Raditya untuk segera menyalakan mesin helikopternya.
"Raditya, nyalakan mesinnya, dan ambil kemudinya" kata Herzog.
"Oke" jawab Raditya.
"Teman-teman!! mari kesini!! kita akan segera berangkat" panggil Herzog dengan suara keras.
"Siap" jawab mereka dengan mendatangi Herzog.
Mereka semua pun mulai menaiki helikopter itu satu persatu dan duduk berhadapan. Setelah semuanya naik, Raditya pun mulai menerbangkan helikopter dan menuju Kalimantan Timur.
Selama diperjalanan menuju Kalimantan Timur, mereka berbincang-bincang satu sama lain dengan perasaan gembira karena berhasil keluar dari Kota Tarakan dengan selamat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments