Bürgerkrieg 2023

Bürgerkrieg 2023

EPISODE 1 - Serangan dimulai

"HERZOOOOG!!! DISEBELAH KANANMUUU!!! AWAAAAS!!!" teriak Raditya dengan sangat keras pada Herzog menembak musuh yang ada didepannya.

Herzog pun menoleh kearah kiri dan melihat pasukan pemberontak yang sedang datang sambil menembaki benteng pertahanan.

"CEPAT TEMBAK MEREKAAAAA!!!" teriak Raditya dengan sangat keras.

"OKEEE!!!" jawab Herzog dengan berteriak dan mengacungkan jempol kanannya, "Dasar rajungan!" lanjutnya sambil menembak pasukan pemberontak disampingnya.

Peluru demi peluru yang ditembak Herzog tidak mengenai satu pun pasukan pemberontak dan hanya mengenai sebuah tempat perlindungan mereka.

"RADITYAAAA!!! BERIKAN AKU GRANAAAAT!!!" teriak Herzog pada Raditya sambil bertiarap.

"AMBIL INIIII!!" Raditya melemparkan granatnya pada Herzog.

Herzog pun menangkap granat itu, dia langsung menarik pin granat itu dan melemparkannya pada pasukan pemberontak yang ada dikanannya.

Para pasukan itu pun tewas terbunuh dengan anggota tubuh yang terlepas dari badannya akibat ledakan granat.

Kemudian, Herzog bangun dan berlari beberapa meter kearah depan untuk menembaki semua pasukan pemberontak yang ada didepannya.

"HERZOOOOG!!! ITU SANGAT BERBAHAYAAAA!!!" teriak Raditya dengan sangat keras.

"DEMI KEDAMAIAAAAAN!!!" Herzog berteriak sangat keras sambil menembak para pasukan pemberontak didepannya

Melihat Herzog yang berada sendirian didepan, Raditya merasa khawatir pada Herzog dan memutuskan untuk berlari kedepan serta membantu Herzog.

"Hey, kenapa kamu mengikutiku?" tanya Herzog pada Raditya.

"Tidak ada waktu untuk dijelaskan!!" sambil mengisi peluru senapan serbu.

"Ada granat?"

"Ini" sambil memberikan granatnya pada Herzog.

Herzog pun menarik pin granat itu dan melemparkannya kedepan. Granat itu meledak dan menewaskan sebagian pasukan pemberontak serta membuat pasukan pemberontak yang lainnya menjadi sedikit terganggu.

"Sekarang!!" ucap Herzog pada Raditya dengan sangat keras.

Herzog dan Raditya pun langsung menembak para pasukan pemberontak itu. Mereka berdua berhasil menewaskan agak banyak pasukan pemberontak.

"PASUKAAAN!!! MAJUUUU!!!" teriak Kapten TNI AD pada seluruh pasukannya.

Herzog pun berdiri dari tempat perlindungannya dan menuju kedepan. Namun, saat berada dibenteng didepan, Raditya melihat laras Panser Anoa yang mengarah pada Herzog.

"HERZOOOOOOOG!!! PANSER ANOAAA!!!" teriak Raditya pada Herzog.

Peluru Panser Anoa itu menembakkan pelurunya pada Herzog yang sedang berlindung dari sergapan peluru pasukan pemberontak.

.

.

.

Kemudian....

.

.

.

"Haaaah... Pagi yang sangat indah... Aku tak sabar bertemu dengan teman-teman lamaku, dan yah... Selamat datang di Indonesia, diriku" ucap Herzog sambil bangun dari tidurnya dan mengucapkan selamat datang pada dirinya.

Herzog pun membersihkan tempat tidurnya. Setelah membersihkan tempat tidurnya, dia pergi mencuci mukanya dan pergi mandi guna membersihkan dirinya setelah datang ke Indonesia tadi malam.

Setelah mandi dia bercermin dan berkata pada dirinya sendiri,

"Herzog, sebentar lagi kau akan bertemu dengan teman lamamu, semoga kamu bisa melihat teman-temanku"

Kemudian, dia pun memakai seragam Tentara Jermannya dan mengisi tasnya dengan ransum Tentara Jerman agar teman-temannya dapat mencicipi makanan tentara milik Herzog.

Dia berangkat jam 7:30 AM/ WITA dengan menggunakan motor yang ia pinjam dari salah satu Prajurit TNI AD. Siswa dari kelas 7, 8, dan 9 masuk pagi semua karena ada kegiatan reuni angkatan SMP Negeri 9 Tarakan, jadi semua kelas masuk pagi semua.

Diperjalanan dari Batalyon Infanteri 613 Raja Alam menuju SMP 9 Tarakan, ia merasa sangat bahagia dan berkata,

"Aku tak sabar ingin bertemu teman-teman lamaku"

"Aku ingin melihat bagaimana rupa mereka saat setelah beberapa lama tak bertemu ketika aku harus kembali ke Jerman. Aku tidak boleh tak pergi karena ini adalah kesempatan yang langka" tambahnya.

Sesampainya di SMP, ia memarkirkan motornya dibelakang sekolah, ia tidak tahu untuk apa memarkirkan motornya dibelakang sekolah. Tetapi, baginya untuk mengenang masa lalu yang sangat seru saat bersekolah dengan teman-teman lamanya.

Saat sampai di gerbang depan SMP, Herzog menjadi pusat perhatian orang-orang disana karena memakai seragam angkatan bersenjata Jerman.

Herzog berjalan masuk dengan sangat bahagia sambil menggendong tasnya dan mulai menyapa para guru dan teman-teman lamanya dan juga para murid yang ada di SMP Negeri 9 Tarakan.

"Pagi, bu" sapanya pada seorang guru perempuan yang sedang lewat didepannya menggunakan motor.

"Pagi, pak" sapanya lagi pada beberapa guru laki-laki yang ada dimeja piket dengan tersenyum lebar ketika ia berada digerbang pintu masuk.

"Dan pagi, para bawahan" sapanya dengan suara agak keras dan tersenyum pada murid-murid SMPN 9 Tarakan.

Dia pun pergi ke depan ruang BK (Bimbingan Konseling) karena teman-temannya memutuskan untuk berjanji agar saling menemui satu sama lain di depan ruang BK. Mereka semua bercanda dan bercerita sambil menunggu waktu reuni tiba dan mencicipi ransum Tentara Jerman milik Herzog

Tak lama kemudian, Herzog mencari teman setianya yaitu Syamsul. Mereka berdua saling bercanda tawa satu sama lain dengan sangat bahagia dikantin sekolah. Disana Herzog lagi menjadi perhatian orang-orang disana dan ada yang mengajaknya untuk berfoto.

Waktu kini menunjukkan pukul 10.10, orang-orang disana masih bercanda tawa dengan sangat riang gembira. Kebersamaan itu dapat ditemui disetiap sisi sekolah. Tiba-tiba saja,

DUUAARR!!!

Terjadi sebuah ledakan kecil diluar sekolah, orang-orang yang ada disekolah tersebut langsung berdatangan ke arah gerbang untuk melihat apa yang terjadi. Disaat yang bersamaan, beberapa pasukan yang agak banyak memasuki sekolah itu sambil bersenjatakan lengkap. Orang-orang disana masih bingung apa yang terjadi.

Tak lama kemudian, seseorang yang memakai pistol menembak seorang satpam pada bagian dadanya. Pasukannya langsung melepaskan banyak timah panas. Seluruh siswa, guru, maupun alumni sekolah ditembak habis-habisan tanpa ampun.

Mereka yang panik berusaha kabur lewat tembok belakang ataupun lewat pada sebuah SMA disebelah sekolah itu. Akan tetapi, usaha mereka sia-sia. Banyak dari murid ataupun alumni tewas ditangan pasukan-pasukan itu dan sebagiannya tertangkap hidup-hidup.

Para pasukan itu juga memasuki ruang guru dan membantai setiap orang yang berlindung didalam sana. Mereka juga mengambil dokumen penting dan membakarnya dilapangan sekolah.

Tak hanya itu, mereka melemparkan gas air mata terhadap para siswa-siswi SMP untuk membuat pandangan setiap siswa ataupun alumni yang berlindung disuatu tempat menjadi kacau balau dan memancing mereka keluar. Setelah itu, pasukan-pasukan tersebut melepaskan tembakannya, bahkan teman-teman lamanya Herzog juga ikut terbunuh disana.

Sementara itu, Herzog melihat Syamsul yang sedang menelepon seseorang sambil bersembunyi dibalik tembok. Dia pun dengan segera langsung mengajaknya bersembunyi dibalik pohon yang berada di taman sekolah.

Mereka berdua melihat anggota pasukan-pasukan tersebut yang sedang menembak mayat orang-orang yang mati. Sementara itu, siswi dan alumni perempuan yang tertangkap harus menjadi korban pemerkosaan oleh para pasukan tersebut. Beberapa menit kemudian, suasana sekolah tampak sepi dan dipenuhi banyak asap yang agak tebal juga mayat yang bergeletakan dimana-mana.

"Para pasukan itu tidak memiliki belas kasihan" ucap Herzog sambil mengintip dari balik pohon.

Ia melihat Syamsul sedang gigit jari dengan dipenuhi rasa kepanikan dan ketakutan ditengah-tengah situasi mencekam itu, serta tak tahu harus berbuat apalagi.

"Jangan panik, Syamsul.... Jangan panik, aku ada disini untuk melindungi dan menyelamatkanmu dari kejadian buruk ini" kata Herzog.

"Aku sedang memikirkan keluarga ku dan bagaimana cara keluar dari sini. Kita tak punya harapan lagi selain pasrah menerima kenyataan pahit" jawab Syamsul.

"Kita sudah dikepung, kita terjebak diantara mayat-mayat teman kita. Darah ada dimana-mana" tambahnya.

"Tenangkan dirimu.... Tak ada yang perlu dikhawatirkan, aku ada disini, kita masih punya harapan untuk hidup, kita bisa hidup sampai akhir jika kita berusaha"

"Mereka punya senjata! kita tak dapat melawannya dengan tangan kosong!"

"Aku tahu ini sulit, Syamsul.... Alangkah baiknya kita tetap diam dan mencoba untuk menenangkan diri. Mungkin aku bisa melumpuhkan salah satu dari mereka"

"Memangnya kau punya senjata, hah?" tanya Syamsul.

"Hanya sebuah pisau" Herzog mengeluarkan dan memperlihatkannya.

"Ohh, baiklah.... Kita berdua pasti akan mati disini sebentar lagi"

"Aku seorang tentara, Syamsul.... Aku bisa mengatasi hal ini"

Ditengah-tengah situasi seperti itu, Syamsul melihat seorang pasukan sedang menuju kemari.

"Herzog! ada satu yang menuju kemari!" ucapnya.

"Akan ku atasi"

Seorang pasukan itu lalu berhenti tak jauh dari mereka lalu membalikkan tubuhnya kearah depan. Herzog kemudian berjalan perlahan-lahan sambil memegang pisau menuju kearah orang itu. Ketika sudah agak dekat, ia menutup mulut orang tersebut lalu menusuk kepalanya hingga tewas.

Setelah itu, ia bawa jasadnya ke taman dan mengambil perlengkapan, senjata, amunisi dan lain sebagainya yang bisa digunakan untuk satu orang atau lebih.

"Mau pakai rompi ini?" Herzog menawarkannya.

"Tidak, kamu saja"

"Kalau helm?"

"Emmm.... Bolehlah, kepala adalah hal yang utama untuk dilindungi" Syamsul mengambil helm tempur milik seorang pasukan itu.

"Pisau? ini untuk pertahanan diri atau bertahan hidup nantinya"

"Aku ambil juga" Syamsul mengambilnya juga.

"Sekarang kita akan kemana?" tambahnya.

"Memanjat tembok belakang untuk keluar dari sini" jawab Herzog, memakai rompi balistik tersebut.

"Kau yakin? tembok belakang itu dipenuhi beling"

"Yeah, memang itu dipenuhi banyak beling, apa salahnya mencoba untuk keluar dari sana?" Herzog melewati Syamsul.

"Baiklah, jika kau berbicara seperti itu"

Mereka berdua kemudian pergi kebelakang sekolah dan mulai memanjat tembok itu yang dibagian atasnya terdapat pecahan kaca. Walaupun begitu, mereka berdua berjuang untuk melewatinya hingga akhirnya bisa keluar dari sekolah tersebut.

"Kita sudah keluar. Sekarang kita akan kemana?" tanya Syamsul.

"Kita pergi ke Batalyon TNI 553 Arkan Danu, kita akan memeriksa keadaan batalyon itu, karena batalyon itu jaraknya agak dekat"

"Arkan Danu!?" Syamsul terkejut mendengar hal itu sembari mengeraskan suaranya.

"Kecilkan suaramu, Syamsul. Pasukan pemberontak bisa mendengar suara kita" Herzog menutup mulutnya Syamsul.

"Jarak SMP ini ke Arkan Danu adalah 2,5 kilometer. Jika kita kesana, sama saja mencari mati"

"Itu adalah tempat satu-satunya yang bisa menyelamatkan kita berdua dari sini, Syamsul. Jika kita berada disana, kemungkinan besar kita bisa mengungsi di Kalimantan Timur dan menunggu orang tua kita" Herzog berbalik kebelakang.

"Tapi itu sangat berbahaya sekali! kita akan mati jika nekat untuk kesana. Lebih baik kita menetap disekitar sini dan bertahan hidup"

"Jika kamu tidak mau mengikuti ku, silahkan. Aku akan selamat jika sampai di Arkan Danu"

"Jaga dirimu disana. Gunakan senjata itu untuk pertahanan diri, kamu akan bertemu pasukan pemberontak jika masih bersikeras ingin menetap disini" tambahnya.

Syamsul pun akhirnya mau tidak mau harus mengikuti arahan Herzog.

Mereka berjalan meninggalkan SMP melewati banyak semak-semak belukar, lumpur, mayat, dan sungai, untuk menghindari setiap pasukan yang ada disepanjang jalan raya.

Singkat cerita mereka sudah berada dijalan Jalan P. Aji Iskandar. Akan tetapi, Herzog tiba-tiba berhenti dan berdiam diri sambil berlindung dibalik kendaraan.

"Apa yang terjadi?" tanya Syamsul.

"Didepan ada banyak pasukan pemberontak, jumlahnya mungkin sekitar 12 atau 15 orang. Kita tak mungkin dapat melewati jalan ini.

"Ada jalan disamping kanan, kita bisa lewat situ" tunjuk Syamsul pada arah jalan yang menuju ke kanan.

"A– hahahaha...." Herzog menjadi canggung.

Mereka berdua pun belok ke kanan sambil mengendap-endap dan menjaga langkah kaki mereka. Setelah itu, mereka berdua akhirnya dapat melewati jalan tersebut.

Akan tetapi mereka melihat kedua pasukan pemberontak yang sedang menawan beberapa orang. Beberapa orang itu adalah teman reuni yang seangkatan dengan Herzog. Ia memasang sebuah peredam suara pada senjata miliknya dan memberikan beberapa tembakan pada pasukan itu.

"Apakah kalian baik-baik saja?" Herzog menghampiri mereka.

"Herzog, Syamsul?" tanya Adi yang sedikit tak percaya.

"Kok kalian berada disini?" tambahnya.

"Panjang jika dijelaskan" jawab Syamsul.

"Ngomong-ngomong terima kasih atas bantuannya tadi" kata Adi.

"Sama-sama" jawab Syamsul.

"Apa yang kalian lakukan disini?" tanya Herzog sambil memeriksa mayat dua orang pasukan yang ia. bunuh.

"Kami semua berusaha lari dari serangan yang dilakukan orang-orang bersenjata. Mereka menembak setiap orang yang dilihatnya sampai-sampai membawa sebuah Tank. Untungnya kami semua dapat selamat disini" jawab Adi.

"Benar, kami hampir saja mati" jawab Apzal.

"Awal yang damai berubah menjadi rusuh seketika, sebenarnya apa yang terjadi disini?" tanya Syamsul.

"Katanya di kota juga rusuh, aku dapat kabur bahwa ada orang-orang bersenjata yang meledakkan kantor polisi dan menyerang sejumlah aparat. Bahkan Batalyon 613 juga diserang" jawab Adit.

"Kamu tahu darimana?" tanya Herzog.

"Aku tahu dari temanku yang ada di kota. Aku tak tahu apakah dia selamat atau tidak, kejadian ini terjadi di setiap kota. Katanya mereka ingin memisahkan diri dari Indonesia dan merdeka sepenuhnya"

"Ahh... Ternyata begitu" jawab Syamsul.

"Syamsul dan Adi, ambil senjata-senjata ini, kita akan ke Arkan Danu secepatnya" kata Herzog.

"Aku tak punya pengalaman memakai senjata seperti ini" Adi berusaha menolaknya.

"Pakai saja, ini untuk alat pertahanan diri. Kita akan menghadapi banyak rintangannya nantinya"

"Bagaimana dengan yang lainnya? mereka tak mendapatkan senjata" tanya Syamsul.

"Nanti kita cari lagi, intinya kita harus tetap bersama dan selalu memperhatikan lingkungan sekitar" jawab Herzog.

"Ayo kita pergi dari sini sebelum pasukan-pasukan itu menemui kita" tambahnya.

"Baik!" jawab semuanya.

Mereka pun melanjutkan perjalanannya ke Arkan Danu. Beberapa menit kemudian, mereka telah sampai jalan yang mengarah kearah kanan dan kiri.

"Kita akan belok kemana, Herzog?" tanya Adit.

"Belok kiri" jawab Herzog.

"Kenapa tidak belok kanan saja? belok kanan lebih cepat" ucap Apzal.

"Belok kanan adalah kematian, disana pasti ada pasukan pemberontak yang sedang membantai warga sipil" jawab Herzog.

Tiba-tiba saja mereka mendengarkan suara tembakan yang sangat keras dan membuat mereka sedikit takut.

"Mari kita kekiri" ucap Herzog sambil berjalan agak cepat.

Saat berada pada Jalan Aki Pingka, mereka mendengar suara kendaraan yang menuju kemari.

"Sembunyi!! ada kendaraan yang menuju kemari" ucap Herzog sambil bersembunyi disemak-semak.

Semua teman-temannya pun bersembunyi. Akan tetapi, Adit tidak mendengarkan perkataan Herzog dan melamun sambil jalan.

"Adit, Adit!!" panggil Herzog.

Adit pun tak menyaut dan tetap saja jalan sambil melamun.

Ketika kendaraan sudah dekat, Adit tiba-tiba sadar, tetapi konvoi kendaraan pasukan pemberontak telah mendekat dan membuat Adit tertembak oleh salah satu pasukan yang berada diatas Tank. Adit pun tewas ditempat dengan tubuh yang penuh lubang akibat tembakan tadi.

Setelah konvoi para pasukan pemberontak itu pergi melewati jalan tadi dan sudah berada jauh dari mereka, Herzog dan yang lain keluar dari semak-semak dan menghampiri jasad Adit.

"Sial, salah satu orang yang berjuang keluar dari Tarakan telah tewas, yaitu Adit" ucap Herzog dengan melihat jasad Adit dengan penuh kesedihan.

Herzog pun merapatkan bibirnya dan meratapi kepergian salah satu temannya yang telah tewas ditembak. Teman-teman Herzog juga melihat jasad Adit dengan rasa kesedihan dan merasa bangga atas perjuangannya keluar dari Tarakan walau hanya sedikit jalan.

Sementara itu, Adi memeriksa pakaiannya Adit untuk mengambil beberapa hal yang akan menjadi kenang-kenangan setelah perang usai.

Syamsul pun menghampiri Herzog untuk menghilangkan rasa sedihnya dan membiarkan ia ikhlas pada kepergiannya Adit.

"Jangan sedih, Herzog... Adit sepertinya tenang dialam sana..." kata Syamsul dengan lirih sambil melihat keatas langit dan mengayunkan tangan kirinya keatas membentuk sebuah busur.

"Mari lanjutkan perjalanan ini, Herzog. Kita sebentar lagi akan sampai di Arkan Danu" ucapnya Herzog dengan perasaan sedikit putus asa.

"Baik!" jawab semuanya.

"Mungkin, beberapa dari kita akan tewas nanti.... Kita harus lebih waspada..." kata Herzog.

Mereka berempat pun melanjutkan perjalanannya ke Arkan Danu dan meninggalkan jasadnya Adit. Sesampainya mereka disana, batalyon itu sudah diobrak-abrik oleh pasukan pemberontak.

"Herzog, sepertinya kita terlambat, para pasukan itu sudah mengobrak-abrik Markas itu" kata Apzal.

"VERDAAAMMT!!! (SIALAAAAN!!!) kenapa begini?!" tanya Herzog dengan sangat keras dan mata melebar ketika Markas TNI AD sudah kosong dan berantakan.

Lalu, mereka pun langsung masuk ke markasnya. Disana mereka melihat Steiner yang sedang beres-beres untuk pergi ke pulau Jawa.

"Steiner!! Steiner!!" panggil Herzog dengan sangat keras sambil melambaikan kedua tangannya.

"Colonel..!!" jawab Steiner sambil melambaikan tangannya.

Herzog dan Syamsul mendatangi Steiner dan bertanya padanya apa yang telah terjadi tadi.

"Steiner, mana yang lain?" tanya Herzog

"Yang lain sudah pergi ke Pulau Jawa, Colonel"

"Kenapa kamu tidak ikut dengan mereka?"

"Tidak, Colonel. Saat aku kesini, batalyon ini sudah kosong dan berantakan dimana" jawab Steiner.

"Jelaskan" kata Herzog.

"Waktu aku berada dipasar tiba-tiba sebuah bom, lebih tepatnya peluru artileri, menghantam pasar dan membuat orang-orang menjadi panik. Aku pun bergegas pergi untuk pulang dan melihat keadaan batalyon. Namun, saat berada diperjalanan, aku hampir tewas oleh tentara yang bukan dari TNI. Mereka menembakku, tapi tidak ada peluru yang kena. Saat sampai disini, aku terkejut melihat batalyon yang sudah kosong dan berantakan, namun tidak ada tentara yang bukan TNI mendudukinya" jawab Steiner.

"Saat masuk kedalam batalyon yang berantakan dah kosong, aku menghubungi rekanku yang merupakan Tentara Jerman, bahwa pasukan dievakuasi bersama warga sipil. Aku pun mulai putus asa, panik, dan ketakutan, yang menyelimuti tubuhku. Aku tidak tahu harus berbuat apalagi ditengah kondisi seperti ini. Saat Colonel datang, aku mulai terselamatkan" tambahnya.

"Ya, ya, ya... Cerita bagus, Steiner" puji Herzog.

"Terima kasih, Colonel" jawab Steiner.

"Oke, mari ikut aku... Kita akan mencari kendaraan yang masih berguna disini, siapa tahu ada yang bisa kita gunakan" kata Herzog pada semuanya.

"Baik" jawab semuanya.

Mereka semua pun mengikuti Herzog dan berjalan menuju garasi batalyon untuk memeriksa apakah ada kendaraan militer atau tidak. Sesampainya disana, mereka menemukan sebuah APC yang beberapa rodanya lepas

"Hanya sebuah APC (Armor Personal Carrier) VAB buatan Prancis beroda enam, Colonel" kata Steiner pada Herzog.

"Yeah... Kita bisa memasang rodanya kembali dan menggunakannya untuk keluar dari tempat konflik ini"

"Oke... Kawan-kawan. Cari senjata, peluru, perlengkapan medis, dan beberapa perlengkapan untuk menyelamatkan kita. Aku dan Steiner akan memasang roda APC ini" ucap Herzog pada teman-temannya

"Siap!"

Teman-temannya pun langsung berpencar dan memasuki setiap bangunan di batalyon untuk mencari beberapa sesuatu yang dikatakan oleh Herzog. Sementara itu, Herzog dan Steiner sedang sibuk memasangkan roda pada APC

"Kenapa ditengah-tengah ini bisa ada peperangan?" tanya Steiner sambil memasangkan roda dibagian kanan.

"Peperangan bisa terjadi kapan saja, Steiner. Kita harus tetap bersiaga dan juga tetap tenang jika terjadi peperangan" jawab Herzog.

"Ku harap aku bisa bebas dari pulau yang penuh dengan tentara ini" kata Steiner.

"Aku juga sama denganmu"

"Ngomong-ngomong... Apakah Colonel tahu darimana pasukan itu berasal" tanya Steiner.

"Tidak, aku tidak tahu darimana mereka berasal. Sepertinya akan ku panggil pasukan pemberontak"

"Kenapa pasukan pemberontak?"

"Karena menurutku, mereka berperang untuk memisahkan diri dari negeri ini. Yaa... begitulah kira-kira" jawab Herzog.

Setelah memasangkan beberapa roda pada APC itu dan teman-temannya Herzog sudah mencari apa yang dikatakan Herzog. Mereka pun beristirahat sejenak didekat APC itu.

Setelah kurang lebih 20 menit, mereka semua akhirnya selesai menyiapkannya. Mereka juga beristirahat sejenak sambil memakan biskuit yang diberikan oleh Herzog.

"Hey, kalian tahu? mungkin dari peperangan ini adalah awalnya dimulainya Perang Dunia III" ucap Steiner sambil memakan biskuit.

"Bisa jadi, aku harap ini hanya perang saudara dan bukan skenario perang dunia III" jawab Herzog.

"Yah, aku juga begitu, semoga kita bisa keluar dari Tarakan sebelum peperangan besar terjadi" jawab Syamsul.

"Semoga peperangan akan cepat selesai" kata Adi.

"Amin" jawab Syamsul dan Apzal.

Setelah beberapa lama, Herzog menyuruh mereka naik dan siap pergi ke medan pertempuran untuk keluar dari Tarakan. Kemudian Herzog melihat dengan serius pada senjata, peluru, dan juga perlengkapan medis ada didalam APC itu.

"Ada apa, Colonel?" tanya Steiner.

Dirasa tak cukup melihat beberapa senjata dan peluru yang dicari oleh teman-temannya, Herzog mengajak Steiner untuk kedalam batalyon dan mengambil beberapa peluru, dua kotak kecil kotak medis, serta beberapa perlengkapan medis.

"Steiner, ikut aku ke dalam bangunan itu untuk mengambil beberapa perlengkapan" kata Herzog.

"Siap, Colonel" jawab Steiner.

Mereka berdua pun pergi kedalam dan mengambil satu boks berisikan peluru, dua senapan serbu, dan juga beberapa perlengkapan medis. Setelah mengambilnya, mereka berdua kembali ke APC dan mengeluarkan semua peluru dari boks itu dan menaruhnya didekat kemudi APC. Kemudian, Herzog menyuruh Steiner untuk mengemudi APC tersebut.

"Steiner, kau kendarai Panser (APC) ini" kata Herzog.

"Siap, Colonel" jawab Steiner.

"Jika ada serangan peluru, dan mengenai APC ini, tundukkan kepala kalian dan berdoa agar terselamatkan" kata Herzog pada teman-temannya sambil memakai sebuah helm khusus.

"Baik" jawab semuanya.

"Ayo kita berangkat menuju kebebasan" kata Herzog.

"Ayo!" jawab mereka.

Mereka semua pun berangkat dengan sangat laju meninggalkan Batalyon Arkan Danu dan kabur dari Tarakan dengan selamat.

Terpopuler

Comments

Eru

Eru

Mampir Kak, ke novelku yang sedang aku tulis. Genrenya petualangan, romance, dan fantasi barat.

Kalau tentang preview cerita bisa langsung lihat di sinopsisnya.

Judulnya DAESY, mohon kerjasamanya ya Kak!

2021-04-28

1

Noviant Juan

Noviant Juan

Siap! Tarakan Bumi Paguntaka!😍

Btw gw tetangganya, SMA 3 Tarakan wkwkwk

2021-01-05

5

Semut baik 🐜😁

Semut baik 🐜😁

Mantap thor... 👍

2020-10-17

0

lihat semua
Episodes
1 EPISODE 1 - Serangan dimulai
2 EPISODE 2 - Pelindung
3 EPISODE 3 Perjalanan
4 EPISODE 4 sang penyelamat tim
5 EPISODE 5 Herzog kembali
6 EPISODE 6 Penyerangan
7 EPISODE 7 Penyerangan vol 2
8 EPISODE 8 Pencarian dan Perkumpulan
9 EPISODE 9 Teman Lama
10 EPISODE 10 Sebentar Lagi
11 EPISODE 11 Cerita Dan Keadaan
12 EPISODE 12 Sampai tujuan
13 EPISODE 13 Tidak dapat Terpisahkan
14 EPISODE 14 Akhir dari Tarakan
15 EPISODE 15 Kembali dengan teman-teman
16 EPISODE 16 Permulaan kedua
17 EPISODE 17 Keadaan
18 EPISODE 18 Bercanda sebelum pergi
19 EPISODE 19 Kehancuran dan penyerangan di Kalimantan Selatan
20 EPISODE 20 Cerita dua orang
21 EPISODE 21 Kembali ke Pulau Jawa
22 EPISODE 22 Kebangkitan Herzog
23 EPISODE 23 Awal pertempuran dimulai
24 EPISODE 24 Pertarungan Sadis Herzog
25 EPISODE 25 Teramiter
26 EPISODE 26 Penelitian Roter
27 EPISODE 27 Hari mulai suram
28 EPISODE 28 Pertikaian kecil
29 EPISODE 29 Kematian Ibu dan Ayah Herzog
30 EPISODE 30 Kabar duka dan gembira
31 EPISODE 31 Subject-330
32 EPISODE 32 Keadaan makin buruk
33 EPISODE 33 Vanback Eyes
34 EPISODE 34 Serangan Herzog
35 EPISODE 35 Aksi berbahaya Roter
36 EPISODE 36 Diskusi
37 EPISODE 37 Kejadian buruk
38 EPISODE 38 Pemakaman Herzog
39 EPISODE 39 Kebangkitan Herzog
40 EPISODE 40 Perjalanan kembali ke asramanya
41 EPISODE 41 Tank baru untuk Roter
42 EPISODE 42 Kedatangan kedua saudara Herzog, Prajurit Rusia dan Prajurit Jerman
43 EPISODE 43 Herzog mengejutkan semua teman-temannya
44 EPISODE 44 Herzog mengejutkan teman-temannya dan ketakutan Roter
45 EPISODE 45 Peperangan pasukan Tank Albert dan dibantu oleh rival Teramiter
46 EPISODE 46 Rapat Strategi Vol 1
47 EPISODE 47 Kejadian yang tak terduga
48 EPISODE 48 Roter dan Erika.
49 EPISODE 49 Monika marah dengan Roter
50 EPISODE 50 Kedatangan Kuromogramo ke Teramiter
51 EPISODE 51 Rapat Strategi Vol. 2
52 EPISODE 52 Masa lalu SMA di Köln
53 EPISODE 53 Kijang-1, Kijang-2, dan Kijang-3
54 EPISODE 54 Masa lalu yang kelam dan sampai di Jepang
55 EPISODE 55 Memulai hari dengan Black Eyes
56 EPISODE 56 Tidak terlibatkan dan berangkat ke medan perang
57 EPISODE 57 Serangan pertama Teramiter dan Kuromogramo
58 EPISODE 58 Berakhirnya konflik panjang Monika dan Roter
59 EPISODE 59 Hari-H
60 EPISODE 60 - Komandan baru Kuromogramo dan Albert kembali
61 EPISODE 61 - Hal konyol Monika pada Roter
62 EPISODE 62 - Maju terus
63 EPISODE 63 - Pemandangan yang indah
64 EPISODE 64 - Ankunft (Kedatangan)
65 EPISODE 65 - Kru Tank
66 EPISODE 66 - Tugas suci kita
67 EPISODE 67 - Ini adalah pertempuran yang nyata
68 EPISODE 68 - Peperangan masih terus berlanjut
69 EPISODE 69 - Menyusun strategi dan Hari yang bahagia
70 EPISODE 70 - Nama untuknya
71 EPISODE 71 - Mengingat masa lalu yang seram
72 EPISODE 72 - Sisi lain
73 EPISODE 73 - Menyerbu sendirian Vol. 1
74 EPISODE 74 - Menyerbu sendirian Vol. 2
75 EPISODE 75 - Dikala ingin menandingi organisasi sebelah
76 EPISODE 76 - Melawan satu batalyon dengan sendirian
77 EPISODE 77 - Beberapa partisan dan kedatangan kedua Jenderal
78 EPISODE 78 - Teror
79 EPISODE 79 - Kembali menjadi komandan
80 EPISODE 80 - Dipukul mundur
81 EPISODE 81 - Dipukul mundur part 2
82 EPISODE 82 - Masa lalu suram dan rencana Arley
83 EPISODE 83 - Serangan udara
84 EPISODE 84 - Rencana kotor serta nekat Aditya dan Jend. Adamson
85 EPISODE 85 - Serangan akan dimulai
86 EPISODE 86 - Dimulainya serangan
87 EPISODE 87 - Serangan dan pertikaian
88 EPISODE 88 - Persiapan penculikan
89 EPISODE 89 - Bersiap menculik dan bahagia
90 EPISODE 90 - Terculik!
91 EPISODE 91 - Belum dicurigai
92 EPISODE 92 - Baru menyadari
93 EPISODE 93 - Persiapan unjuk rasa
94 EPISODE 94 - Akan dimulai
95 EPISODE 95 - Terungkapkan
96 EPISODE 96 - Keadaan makin memanas
97 EPISODE 97 - Berakhirnya aksi unjuk rasa
98 EPISODE 98 - Mendapatkan tantangan
99 EPISODE 99 - Keromantisan dan cerita seram
100 EPISODE 100 - Akan segera ku buktikan nanti
101 EPISODE 101 - Wunderwaffe dan kru Tank Gerrald
102 EPISODE 102 - Selamat datang dan berangkat!
103 EPISODE 103 - Pasukan Aditya semakin ganas
104 EPISODE 104 - Serangan Dahsyat
105 EPISODE 105 - Dua mesin tempur yang hebat
106 EPISODE 106 - Drugo vs Gerrald
107 EPISODE 107 - Serangan Reihan dan Kavaro
108 EPISODE 108 - Menyelamatkan kolonel
109 EPISODE 109 - Deklarasi negara baru dan Erika ditangkap
110 EPISODE 110 - Menyelamatkan Erika
111 EPISODE 111 Jawohl
112 EPISODE 112 - Simpan perkataanmu itu!
113 EPISODE 113 - Great war is begin
114 EPISODE 114 - Mempersiapkan serangan
115 EPISODE 115 - Tembok pantai
116 EPISODE 116 - Hari Gajian
117 EPISODE 117 - Pertarungan besar
118 EPISODE 118 - Gajian telah tiba!
119 EPISODE 119 - Perang masih berlanjut
120 EPISODE 120 - Kedua rival
121 EPISODE 121 - Sebuah peperangan sedang
122 EPISODE 122 - Rivalen
123 EPISODE 123 - Menyerang gunung
124 EPISODE 124 - Serangan Kota Magelang
125 EPISODE 125 - Kejar-kejaran diudara
126 EPISODE 126 - Akhir dari peperangan panjang
127 EPISODE 127 - Oktober Borneo
128 EPISODE 128 - Melawan pasukan Vanback
129 EPISODE 129 - Bersatu
130 EPISODE 130 - Membebaskan Tanjung Selor
131 EPISODE 131 - Perang skala besar telah pecah
132 EPISODE 132 - Selamat jalan....
133 EPISODE 133 - Memasuki Tarakan
134 EPISODE 134 - Kota
135 EPISODE 135 - Tetap mempertahankan Tarakan
136 EPISODE 136 - Lawan dan kawan
137 EPISODE 137 - Satu hari sebelum Aditya kena mental
138 EPISODE 138 - Dikala ingin meraih kemenangan dengan cepat
139 EPISODE 139 - Diam tak berguna, bergerak meratakan Donetznesia
140 EPISODE 140 - Kawan dalam lawan
141 EPISODE 141 - Saling berebut
142 EPISODE 142 - Dan terjadilah....
143 EPISODE 143 - Petempur handal
144 EPISODE 144 - Strategi akhir
145 EPISODE 145 - Bersiap untuk Ibu Pertiwi
146 EPISODE 146 - Malam yang tidak biasa
147 EPISODE 147 - Situasi yang menegangkan
148 EPISODE 148 - Pertempuran malam telah berakhir
149 EPISODE 149 - Selangkah lagi
150 EPISODE 150 - Wilayah terakhir
151 EPISODE 151 - Merebut kembali
152 EPISODE 152 - Bergerak menghancurkan mental lawan
153 EPISODE 153 - Musibah
154 EPISODE 154 - Hari yang bahagia
155 EPISODE 155 - Malam siaga
156 EPISODE 156 - Perang terakhir
157 EPISODE 157 - Kemenangan besar
158 EPISODE 158 - Dua orang berlawanan
159 EPISODE 159 - Sampai jumpa
160 Latar Belakang Aditya
161 Gerakan Revolusi Dimulai
162 Jangan Remehkan Kami!
163 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 163 Episodes

1
EPISODE 1 - Serangan dimulai
2
EPISODE 2 - Pelindung
3
EPISODE 3 Perjalanan
4
EPISODE 4 sang penyelamat tim
5
EPISODE 5 Herzog kembali
6
EPISODE 6 Penyerangan
7
EPISODE 7 Penyerangan vol 2
8
EPISODE 8 Pencarian dan Perkumpulan
9
EPISODE 9 Teman Lama
10
EPISODE 10 Sebentar Lagi
11
EPISODE 11 Cerita Dan Keadaan
12
EPISODE 12 Sampai tujuan
13
EPISODE 13 Tidak dapat Terpisahkan
14
EPISODE 14 Akhir dari Tarakan
15
EPISODE 15 Kembali dengan teman-teman
16
EPISODE 16 Permulaan kedua
17
EPISODE 17 Keadaan
18
EPISODE 18 Bercanda sebelum pergi
19
EPISODE 19 Kehancuran dan penyerangan di Kalimantan Selatan
20
EPISODE 20 Cerita dua orang
21
EPISODE 21 Kembali ke Pulau Jawa
22
EPISODE 22 Kebangkitan Herzog
23
EPISODE 23 Awal pertempuran dimulai
24
EPISODE 24 Pertarungan Sadis Herzog
25
EPISODE 25 Teramiter
26
EPISODE 26 Penelitian Roter
27
EPISODE 27 Hari mulai suram
28
EPISODE 28 Pertikaian kecil
29
EPISODE 29 Kematian Ibu dan Ayah Herzog
30
EPISODE 30 Kabar duka dan gembira
31
EPISODE 31 Subject-330
32
EPISODE 32 Keadaan makin buruk
33
EPISODE 33 Vanback Eyes
34
EPISODE 34 Serangan Herzog
35
EPISODE 35 Aksi berbahaya Roter
36
EPISODE 36 Diskusi
37
EPISODE 37 Kejadian buruk
38
EPISODE 38 Pemakaman Herzog
39
EPISODE 39 Kebangkitan Herzog
40
EPISODE 40 Perjalanan kembali ke asramanya
41
EPISODE 41 Tank baru untuk Roter
42
EPISODE 42 Kedatangan kedua saudara Herzog, Prajurit Rusia dan Prajurit Jerman
43
EPISODE 43 Herzog mengejutkan semua teman-temannya
44
EPISODE 44 Herzog mengejutkan teman-temannya dan ketakutan Roter
45
EPISODE 45 Peperangan pasukan Tank Albert dan dibantu oleh rival Teramiter
46
EPISODE 46 Rapat Strategi Vol 1
47
EPISODE 47 Kejadian yang tak terduga
48
EPISODE 48 Roter dan Erika.
49
EPISODE 49 Monika marah dengan Roter
50
EPISODE 50 Kedatangan Kuromogramo ke Teramiter
51
EPISODE 51 Rapat Strategi Vol. 2
52
EPISODE 52 Masa lalu SMA di Köln
53
EPISODE 53 Kijang-1, Kijang-2, dan Kijang-3
54
EPISODE 54 Masa lalu yang kelam dan sampai di Jepang
55
EPISODE 55 Memulai hari dengan Black Eyes
56
EPISODE 56 Tidak terlibatkan dan berangkat ke medan perang
57
EPISODE 57 Serangan pertama Teramiter dan Kuromogramo
58
EPISODE 58 Berakhirnya konflik panjang Monika dan Roter
59
EPISODE 59 Hari-H
60
EPISODE 60 - Komandan baru Kuromogramo dan Albert kembali
61
EPISODE 61 - Hal konyol Monika pada Roter
62
EPISODE 62 - Maju terus
63
EPISODE 63 - Pemandangan yang indah
64
EPISODE 64 - Ankunft (Kedatangan)
65
EPISODE 65 - Kru Tank
66
EPISODE 66 - Tugas suci kita
67
EPISODE 67 - Ini adalah pertempuran yang nyata
68
EPISODE 68 - Peperangan masih terus berlanjut
69
EPISODE 69 - Menyusun strategi dan Hari yang bahagia
70
EPISODE 70 - Nama untuknya
71
EPISODE 71 - Mengingat masa lalu yang seram
72
EPISODE 72 - Sisi lain
73
EPISODE 73 - Menyerbu sendirian Vol. 1
74
EPISODE 74 - Menyerbu sendirian Vol. 2
75
EPISODE 75 - Dikala ingin menandingi organisasi sebelah
76
EPISODE 76 - Melawan satu batalyon dengan sendirian
77
EPISODE 77 - Beberapa partisan dan kedatangan kedua Jenderal
78
EPISODE 78 - Teror
79
EPISODE 79 - Kembali menjadi komandan
80
EPISODE 80 - Dipukul mundur
81
EPISODE 81 - Dipukul mundur part 2
82
EPISODE 82 - Masa lalu suram dan rencana Arley
83
EPISODE 83 - Serangan udara
84
EPISODE 84 - Rencana kotor serta nekat Aditya dan Jend. Adamson
85
EPISODE 85 - Serangan akan dimulai
86
EPISODE 86 - Dimulainya serangan
87
EPISODE 87 - Serangan dan pertikaian
88
EPISODE 88 - Persiapan penculikan
89
EPISODE 89 - Bersiap menculik dan bahagia
90
EPISODE 90 - Terculik!
91
EPISODE 91 - Belum dicurigai
92
EPISODE 92 - Baru menyadari
93
EPISODE 93 - Persiapan unjuk rasa
94
EPISODE 94 - Akan dimulai
95
EPISODE 95 - Terungkapkan
96
EPISODE 96 - Keadaan makin memanas
97
EPISODE 97 - Berakhirnya aksi unjuk rasa
98
EPISODE 98 - Mendapatkan tantangan
99
EPISODE 99 - Keromantisan dan cerita seram
100
EPISODE 100 - Akan segera ku buktikan nanti
101
EPISODE 101 - Wunderwaffe dan kru Tank Gerrald
102
EPISODE 102 - Selamat datang dan berangkat!
103
EPISODE 103 - Pasukan Aditya semakin ganas
104
EPISODE 104 - Serangan Dahsyat
105
EPISODE 105 - Dua mesin tempur yang hebat
106
EPISODE 106 - Drugo vs Gerrald
107
EPISODE 107 - Serangan Reihan dan Kavaro
108
EPISODE 108 - Menyelamatkan kolonel
109
EPISODE 109 - Deklarasi negara baru dan Erika ditangkap
110
EPISODE 110 - Menyelamatkan Erika
111
EPISODE 111 Jawohl
112
EPISODE 112 - Simpan perkataanmu itu!
113
EPISODE 113 - Great war is begin
114
EPISODE 114 - Mempersiapkan serangan
115
EPISODE 115 - Tembok pantai
116
EPISODE 116 - Hari Gajian
117
EPISODE 117 - Pertarungan besar
118
EPISODE 118 - Gajian telah tiba!
119
EPISODE 119 - Perang masih berlanjut
120
EPISODE 120 - Kedua rival
121
EPISODE 121 - Sebuah peperangan sedang
122
EPISODE 122 - Rivalen
123
EPISODE 123 - Menyerang gunung
124
EPISODE 124 - Serangan Kota Magelang
125
EPISODE 125 - Kejar-kejaran diudara
126
EPISODE 126 - Akhir dari peperangan panjang
127
EPISODE 127 - Oktober Borneo
128
EPISODE 128 - Melawan pasukan Vanback
129
EPISODE 129 - Bersatu
130
EPISODE 130 - Membebaskan Tanjung Selor
131
EPISODE 131 - Perang skala besar telah pecah
132
EPISODE 132 - Selamat jalan....
133
EPISODE 133 - Memasuki Tarakan
134
EPISODE 134 - Kota
135
EPISODE 135 - Tetap mempertahankan Tarakan
136
EPISODE 136 - Lawan dan kawan
137
EPISODE 137 - Satu hari sebelum Aditya kena mental
138
EPISODE 138 - Dikala ingin meraih kemenangan dengan cepat
139
EPISODE 139 - Diam tak berguna, bergerak meratakan Donetznesia
140
EPISODE 140 - Kawan dalam lawan
141
EPISODE 141 - Saling berebut
142
EPISODE 142 - Dan terjadilah....
143
EPISODE 143 - Petempur handal
144
EPISODE 144 - Strategi akhir
145
EPISODE 145 - Bersiap untuk Ibu Pertiwi
146
EPISODE 146 - Malam yang tidak biasa
147
EPISODE 147 - Situasi yang menegangkan
148
EPISODE 148 - Pertempuran malam telah berakhir
149
EPISODE 149 - Selangkah lagi
150
EPISODE 150 - Wilayah terakhir
151
EPISODE 151 - Merebut kembali
152
EPISODE 152 - Bergerak menghancurkan mental lawan
153
EPISODE 153 - Musibah
154
EPISODE 154 - Hari yang bahagia
155
EPISODE 155 - Malam siaga
156
EPISODE 156 - Perang terakhir
157
EPISODE 157 - Kemenangan besar
158
EPISODE 158 - Dua orang berlawanan
159
EPISODE 159 - Sampai jumpa
160
Latar Belakang Aditya
161
Gerakan Revolusi Dimulai
162
Jangan Remehkan Kami!
163
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!