Pesawat itu pun Landing dari landasan Bandara internasional Adi sutjipto. Kemudian, Sang Pilot memberikan saran untuk tetap berhati-hati selama di Kalimantan Selatan.
Orang-orang yang ada di pesawat itu detak jantungnya langsung berdebar karena telah memasuki area peperangan. Raditya yang juga mendengar suara Sang Pilot, langsung memeriksa denyut nadinya yang ada di lehernya, denyut nadinya berdetak kencang dan keras.
Setelah melakukan penerbangan selama hampir 40 menit, mereka semua akhirnya sampai disebuah Bandara Internasional Pelaihari yang baru dibuka tahun lalu.
Sesampainya mereka diatas landasan disana, mereka semua melihat dari jendela pesawat, semua orang disana melihat Bandara yang rusak akibat serangan pemberontak.
Tetapi, Bandara itu berhasil di menangkan oleh para prajurit TNI AD disana. Sang Pilot pun mendarat di landasan, pesawat itu diparkirkan di dekat pesawat tempur F-16 dan pesawat tempur Sukhoi yang berada di samping kanannya.
Saat akan turun dari pesawat, mereka disambut oleh Kolonel Orlando Early dari TNI AD dan Letnan Kolonel Arif Sandi dari TNI AU, Kolonel Orlando mendapatkan tugas untuk mengamankan Bandara agar tidak dikuasai oleh pasukan pemberontak dan Letnan Kolonel Arif mendapatkan tugas dari Panglima TNI dan para jenderal-jenderal untuk melakukan penyerangan di Kalimantan Tengah dikota Palangkaraya.
Kolonel Orlando juga bertemu Herzog, satu hari sebelum berangkat ke Pulau Jawa ketika masih berada di Yonif Raider Infanteri 613 Raja Alam saat di Tarakan kemarin.
Saat akan turun dari pesawat, Raditya memberikan hormat kepada Kolonel Orlando dan Letnan Kolonel Arif, Orlando dan Arif serentak memberikan hormat pada Raditya ketika dia memberikan hormat pada mereka berdua.
"Selamat siang dan selamat datang di Kalimantan Selatan, perkenalkan nama saya adalah Kolonel Orlando Early dan ini adalah Letnan Kolonel Arif Sandi, kami berdua adalah prajurit TNI AD dan TNI AU untuk mengamankan Bandara dan melakukan penyerangan di kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah" Kata Kolonel Orlando sambil berjabat tangan dan tersenyum.
"Selamat siang juga, saya bernama Hans K. Raditya dari Batalyon Infanteri 613 Raja alam Tarakan Kalimantan Utara yang baru keluar dari Tarakan. Saya dikirim oleh Komandan saya untuk mengamankan tempat pengungsian yang berada di kawasan Bundaran Landasan Ulin Banjarbaru, tepat di ujung landasan bandara ini" jawab Raditya sambil bersalaman dengan Kolonel Orlando dan Letnan Kolonel Arif dengan tersenyum.
Para prajurit disana memotret Raditya dengan Orlando dan Arif, disana terdapat satu prajurit yang bertugas untuk mendokumentasikan dan mem-videokan kedatangan Raditya serta keadaan Kalimantan Tengah.
"Bagaimana dengan keadaan pengungsian itu?" tanya Raditya
"Semuanya baik-baik saja. Tetapi, kami kekurangan tenaga medis di sana, sekitar 76 tenaga medis yang ada disana" jawab Letkol Arif.
"Berapa banyak orang yang ada disana?" tanya Raditya
"Sekitar 1000 orang dewasa yang ada di pengungsian itu dan ada banyak anak-anak disana, tetapi kami belum menghitung jumlah anak-anak yang ada " jawab Kolonel Orlando.
"Lalu, kenapa tidak dipindahkan ke tempat yang jauh dari bandara supaya lebih aman, Kolonel" kata Raditya.
"Perintah dari atasan kami adalah untuk tidak memindahkan tempat pengungsian itu, karena jika akan dipindahkan maka akan terjadi perlawanan saat berada dijalan" jawab Kolonel Orlando.
"Apakah ada pemindahan nanti untuk dihari berikutnya?" tanya Raditya.
"Hari ini adalah Hari Selasa, Hari Kamis akan dilakukan pemindahan" jawab LetKol Arif.
"Siap, akan ku bantu jika tidak ada perintah untuk kembali ke Jawa" jawab Raditya.
"Bagus" kata Kolonel Orlando.
Tiba-tiba, terdengar suara ledakan yang berada diarah jam 9 di dekat pesawat Hercules mereka dari arah kiri. Semua pasukan TNI yang ada disana dan terkejut. Raditya, Orlando, dan Arif melihat ledakan tersebut, mereka bertiga mendapatkan sebuah kejutan dari pasukan pemberontak yang sangat banyak lengkap dengan Tank.
"Sepertinya akan terjadi peperangan dalam waktu beberapa detik lagi" kata Kolonel Orlando.
"Yah, ku harap aku tidak mati saat peperangan nanti" jawab Raditya.
"Aku juga, sepertinya aku harus pergi ke Kalimantan Tengah untuk melakukan penyerangan" jawab Letkol Arif sambi meninggalkan Kolonel Orlando dan Raditya
"Hati-hati dijalan yah" kata Raditya dan Kolonel Orlando sambil melambaikan tangannya.
"Siap" jawab Letkol Arif.
"Pasukan-1!! pergi keseberang dan jaga area disitu!! pasukan-3!! jaga area pengungsian sekarang juga!! pasukan-2 dan pasukan-4!! jaga benteng yang ada di tengah jalan!! pasukan-5, dari batalyon lapis baja!! bantu pasukan-2 dan pasukan-4 sekarang juga dengan Tank!!" teriak Kolonel Orlando sambil memberikan intruksi pada prajurit TNI disana
"Siap! laksanakan!" jawab para prajurit disana.
"Raditya, jaga area seberang dengan pasukan-1, sisa dari pasukanmu bantu pasukan-2 untuk menjaga benteng di tengah jalan, aku akan menjaga di kiri ku, semoga Tuhan menyertai kita" ucap Kolonel Orlando
"Amin" jawab Raditya.
Letkol Arif dan para pasukannya langsung pergi ke landasan memakai pesawatnya untuk pergi ke area kalimantan Tengah, Letkol Arif juga tidak bisa membantu Raditya dan Orlando yang ada disana.
Pasukan pemberontak mulai mendekati bandara, Raditya dan Orlando bersiap-siap untuk melakukan kontak senjata terhadap pasukan pemberontak. Lalu, Orlando menyuruh prajuritnya untuk memberi tembakan.
"Tembaaaaak!!!" teriak Orlando dengan keras.
Prajuritnya pun menembak para pasukan itu.
Semua prajurit disana saling berteriak atau berseru pada setiap. prajurit yang ada disana.
"Granat!!"
"Isi ulang senjata!!"
"Tank-nya semakin dekat!!"
"Maju!"
"Tembak mereka!!"
"Mati satu!!"
"Lawan melemparkan sebuah granat!!"
"Berlindung!!"
"Mundur dari situ!! awas!!"
"Mereka melemparkan bom molotov!!"
"Sembunyi!!"
"Mati kau para penghancur bangsa ini!!"
Pasukan pemberontak yang semulanya ada banyak, kini hanya tersisa sedikit. Namun, Pasukan itu memanggil bala bantuan berupa pasukan hijau (nama pasukan Elite milik pasukan pemberontakan yang memiliki seragam loreng hijau dari atas hingga bawah) dan Tank Abrams.
"Sial, mereka memanggil Pasukan Hijau dan Tank Abrams" ucap Raditya.
"Letnan, Letnan bisa meminta bantuan tembakan artileri, ini tas radionya" kata Prajurit disampingnya sambil memberikan Raditya tas radio komunikasi.
"Terima kasih" jawab Raditya.
Raditya pun segera menghubungi markas tempat artileri. Sambil menghubungi markas artileri, Raditya menembak Pasukan Hijau dengan pistol miliknya.
"Bantu kami!! 2 stik 8 peluru tembakan artileri di bandara Syamsudin Noor arah jam 9!! Aku ulangi. 2 stik 8 peluru!!" ucap Raditya sambil berteriak dan menembak Pasukan Hijau dengan pistol miliknya.
"Siap!" jawab prajurit itu.
Artileri pun ditembakkan ke arah Bandara Internasional Syamsudin Noor. Dari atas Raditya melihat peluru artileri yang melintas diatasnya secara melengkung.
"Semuanya menunduk....!!!" teriak Raditya dengan sangat keras.
Semua Prajurit TNI pun menunduk agar terhindar dari puing-puing alutsista pasukan pemberontak yang telah hancur. Setelah semuanya alutsista pasukan pemberontak hancur, Kolonel Orlando, Raditya, dan Prajurit TNI pun berdiri setelah menunduk.
"Kolonel apakah keadaan sudah aman...!!!" teriak Raditya.
"Sepertinya belum, pasukan pemberontak akan datang membawa banyak Tank dan Pasukan Hijau" jawab Kolonel Orlando.
"Dimana Kopral Retno?" tanya Raditya sambil berteriak
"Kopral Retno ada tempat artileri tadi, Letnan!! barusan dia pergi sebelum peperangan ini dimulai!" ucap salah satu prajurit.
"Kenapa tidak panggil dia?" tanya Raditya.
"Dia tidak menghiraukannya" jawab salah satu prajurit.
Tiba-tiba pasukan pemberontak datang sambil membawa Pasukan Hijau dan Tank Medium Harimau milik Prajurit TNI yang dirampas.
"Raditya...!!! Lakukan penembakan sekarang....!!!" teriak Kolonel Orlando dengan sangat keras.
"Siap, Kolonel.....!!!" jawab Raditya dengan berteriak sangat keras pada Kolonel Orlando.
Raditya dan para Prajuritnya pun menembak para Pasukan Hijau. Raditya menembak para Pasukan Hijau dengan menggunakan senjata mesin Browning HMG.
Walaupun pun Pasukan Hijau yang berada di depan sudah habis, Pasukan Hijau datang membantu pasukan lainnya dengan sangat banyak dan jumlah dua kali lipat dari Prajurit TNI AD. Raditya pun memberondong Pasukan Hijau dengan senjata mesin hingga pelurunya habis.
Setelah pelurunya sudah habis, Raditya berlari ke arah Kolonel Orlando untuk meminta Izin dan berinisiatif untuk menembak Tank Medium Harimau dengan senjata Bazooka.
"Kolonel, aku akan pergi kedepan untuk menembak Tank Medium itu dengan Bazooka" ucap Raditya.
"Apakah kau yakin?" tanya Kolonel Orlando.
"Iya, aku sangat yakin sekali, tolong izinkan aku, Kolonel" jawab Raditya.
"Silahkan, lakukan tugasmu sebagai Prajurit" ucap Kolonel Orlando.
"Siap, Kolonel" jawab Raditya.
Raditya pun berlari kearah depan untuk mengambil sebuah senjata Bazooka untuk menembak Tank Medium yang dirampas dari Prajurit TNI AD. Sesampainya didepan dia langsung mengambil senjata Bazooka itu dan langsung mengisi pelurunya. Setelah mengisi pelurunya, Raditya berteriak pada Kolonel Orlando untuk memberikan tembakan perlindungan pada Raditya.
"Kolonel....!!! Berikan saya tembakan perlindungan pada saya....!!!" teriak Raditya.
"Siap" jawab Kolonel Orlando.
Kolonel Orlando dan semua Prajurit TNI lainnya memberikan Raditya tembakan perlindungan agar Raditya dapat menembak Tank Medium dengan sangat mudah tanpa adanya kendala.
Raditya pun mengintip sedikit dari balik benteng untuk menghitung berapa banyak Tank Medium yang dimiliki pasukan pemberontak.
Tiba-tiba, sebuah peluru mengenai benteng yang Raditya tempati dan membuat Raditya reflek dan menundukkan kepalanya.
"Tembakan perlindungan lagi....!!" teriak Kolonel Orlando dengan sangat keras.
Para prajurit disana pun memberikan tembakan perlindungan lagi pada Raditya. Tembakan perlindungan itu membuat Pasukan Hijau dibuat tidak berkutik saat Orlando dan Prajurit TNI lainnya memberikan tembakan perlindungan pada Raditya.
Raditya pun mulai mengintip dari balik benteng dan menghitung ulang Tank Medium yang dimiliki pasukan pemberontak setelah dirampas dari Prajurit TNI.
"Satu, dua, tiga, dan empat. Sial ada empat Tank-nya. Pelurunya hanya ada tiga, granat hanya ada dua, semoga bisa menang" ucap Raditya sambil menghitung jumlah Tank.
"Raditya, bagimana....?" tanya Orlando dari jauh sambil berteriak.
"Aman, Kolonel...." jawab Raditya sambil berteriak.
Raditya pun mengisi senjata Bazooka itu, diam-diam dia membidik satu Tank Abrams yang ada didepan dari sebuah benteng yang berlubang. Dia membidik bagian kubahnya.
BOOOOOOM!!
Tembakan dari senjata Bazooka itu mengenai kubahnya, Tank itu meledak dan membuat pasukan yang ada disekitarnya terlempar akibat ledakan dari Tank dan peluru Bazooka.
Tiba-tiba, ada dua Tank Tiger yang dimodifikasi, Tank Leopard 2 yang dimodifikasi juga, datang dari kiri dan kanan, kedua Tank itu sangat-sangat kuat dan tidak bisa hancur dari tembakan Tank dan peluncur roket, karena armor yang sangat kuat dan memiliki ketebalan 2 cm.
Kedua Tank itu memiliki loreng hitam-putih. Kedua Tank itu menyerang pasukan pemberontak yang ada disana, Raditya dan Orlando dibuat bingung dengan kedua Tank itu.
"Kolonel, apakah itu Tank Leopard kita?" tanya Raditya
"bukan, itu bukan milik kita, kalau Tank leopard dan Tank Tiger itu bukan milik kita. Kita saja 'kan tidak memiliki Tank Tiger, Tank kita memiliki saja memiliki loreng hitam, hijau, dan cokelat. Tank itu pasti dari salah satu prajurit TNI AD kita yang yang ada di Kalimantan Tengah" jawab Orlando
"Tunggu, Tank Kalimantan Tengah 'kan juga tidak mempunyai Tank Tiger dan Tank Leopard yang memiliki loreng hitam-putih 'kan?" tanya Raditya.
"Aku tidak tahu" jawab Orlando.
"Begini, kita potret Tank itu lalu kita serahkan kepada atasan kita" tambahnya.
"Oke" jawab Raditya.
"Tolong ambilkan kamera yang ada di jenazah TNI itu! dia ada ditengah jalan" kata Orlando.
"Siap, Pak!" jawab Raditya.
Raditya mengambil kamera itu dengan cara tiarap untuk menghindari peluru yang menyasar pada dia. Namun, saat sudah mendapatkan kamera, dia tertembak di paha kaki bagian kiri.
"Aarrghh...!!! Kaki ku, dasar... Arghh dasar bedebah" teriak Raditya dengan sangat keras
Orlando yang melihat Raditya tertembak, langung pergi menarik dia. Tetapi, saat sampai di benteng, Kolonel Orlando tertembak tiga kali dibagian punggung dan membuatnya terjatuh.
"Kolonel, Kolonel" kata Raditya sambil memanggil Orlando yang sekarat.
"Raditya.. cepat.. uhuk.. cepat potret Tank itu.. setelah ini.. argh.. setelah ini kau.. uhuk kau yang akan mem.. memimpin para prajurit ini, jangan lupa de.. dengan tugasmu, se... semoga tu... Tuhan menyertaimu" ujar Orlando sambil terengah-engah dan menghembuskan napas terakhirnya dan tangan kanannya terjatuh ketika memegang bahu Raditya.
"Tiiiidaaaak!!!" teriak Raditya dengan sangat keras.
Lalu, saat semua Tank pasukan pemberontak dan para pasukannya berhasil dikalahkan, kedua Tank itu pergi dan ada satu orang yang menampakkan diri dari atas kubah Tank, orang itu berkata pada prajurit TNI AD disana
"Semoga kalian bisa kembali ke Pulau Jawa" ucap pria itu.
Lalu, kedua Tank itu pergi dari TKP, sementara Raditya memberi tahu bahwa Kolonel Orlando sudah tiada. Raditya menyuruh prajuritnya untuk mengumpulkan jenazah-jenazah para prajurit TNI yang sudah gugur, Raditya juga membantu mengumpulkannya.
"Oke, prajurit....!! Cepat kumpulkan jenazah-jenazah para prajurit yang gugur dan kumpulkan di dekat pesawat Hercules" ucap Raditya.
"Siap, komandan" jawab para prajurit.
Setelah menumpulkan jenazah-jenazahnya, mereka semua beristirahat selama 1 jam, Raditya berbicara dengan para prajurit.
"Oke, setelah istirahat, sebagian prajurit akan membawa jenazah-jenazah prajurit TNI ini ke pulau Jawa. pasukan-1, dan pasukan-2 kita akan pergi ke pengusian, batalyon lapis baja dan pasukan-4 kalian tetap di bandara, mengerti?" tanya Raditya sambil bekata dengan keras.
"Siap! dimengerti!" jawab para prajurit
"Bagus! sekarang kalian boleh beristirahat" ucap Raditya.
"Siap!" jawab para prajurit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments