Maxime memakai masker dan topi hitam, ia berjalan menunduk dengan pakaian putih polos dan celana jeans. Dan lagi, Maxime menenteng pelastik berisi makanan.
Pria itu hendak masuk ke perusahaan De Willson group tapi tiba-tiba satpam di sana menghalau nya.
"Maaf mau bertemu siapa?" tanya Satpam itu.
"Arsen," sahut Maxime.
Satpam itu meneliti penampilan Maxime dari atas sampai bawah, lalu menggelengkan kepala.
"Maaf, tapi tidak bisa. Tuan Arsen sedang ada meeting penting. Dan apa anda sudah membuat janji sebelumnya?"
Maxime menggeleng.
Satpam itu menghela nafas, bagaimana bisa penampilan pria sederhana ini mau bertemu dengan bos nya, belum membuat janji pula.
Semua orang di perusahaan De Willson group menganggap Arsen lah bos mereka karena mereka tidak tahu wajah atasan mereka yang sebenarnya.
"Tuan silahkan anda pergi, anda tidak bisa bertemu dengan Tuan Arsen tanpa membuat janji sebelumnya." tangan Satpam terulur meminta Maxime untuk pergi.
"Saya datang untuk memberikan pesanan ini." Maxime menunjukan kantung makanan di tangan nya.
Satpam itu menaikkan satu alisnya. "Oh pengantar makanan. Berikan makanan nya, biar saya yang antar." tangan Satpam itu terulur untuk meminta kantung makanan di tangan Maxime.
Maxime mecengkram kuat kantung makanan itu, sulit sekali masuk ke perusahaan nya sendiri. Sedari tadi Arsen ia telpon tidak di angkat.
"Tidak perlu, saya menunggu saja di sini."
Maxime duduk di anak tangga depan pintu masuk seraya memeluk lututnya sendiri, sudah seperti orang buangan saja padahal dirinya pemilik De Willson group ini.
Satpam itu hanya menggeleng melihat sikap Maxime, ia juga tetap berdiri di depan pintu mengawasi Maxime.
Setengah jam menunggu akhirnya Arsen keluar dengan beberapa rekan bisnis nya.
"Senang bekerjasama dengan De Willson group, kami harap kami bisa bertemu dengan atasanmu Tuan Arsen."
Maxime menoleh ke belakang melihat Arsen berjabat tangan dengan rekan bisnis perusahaan nya. Lalu pria itu kembali menatap jalanan di depan, seandainya saja mereka tahu kalau pemilik De Willson group sedang duduk di depan mereka sekarang.
"Terimakasih Tuan Felix. Kami juga sangat senang bisa bekerjasama denganmu." ucap Arsen lalu melepaskan jabatan tangan nya.
"Kalau begitu kami permisi."
Arsen mengangguk dengan tersenyum dan Maxime hanya menatap kepergian rekan bisnis perusahaan nya itu.
Ketika Arsen hendak masuk satpam di depan berkata.
"Tuan ada pria aneh yang ingin bertemu denganmu ..."
"Siapa?" tanya Arsen.
"Dia Tuan." Satpam itu menunjuk Maxime dengan ibu jari nya.
"Dia bilang pengantar makanan, tapi dia ingin bertemu langsung dengan anda Tuan."
Karena Maxime duduk membelakanginya Arsen tidak tahu kalau pria di depan nya itu Maxime. Ia berjalan menghampiri pria itu lalu menepuk pundaknya.
"Siapa kau?!"
Maxime seketika beranjak dari duduknya lalu mencengkram pundak Arsen dengan kuat membuat satpam di belakang membulatkan mata seketika.
"Kenapa kau bekerja sama dengan dia?!!"
Arsen yang hendak menepis tangan Maxime dari pundaknya tidak jadi kala mengenali suara Maxime.
"Kenapa kau di sini?" ucap Arsen pelan.
"Hei ... hei ... apa-apaan kau ini ... berani sekali menyentuh Tuan Arsen seperti itu!!" kesal satpam seraya menepis kasar tangan Maxime.
Maxime seketika berdehem kikuk, lupa kalau ia sedang menyamar.
"Maaf ... maaf saya melamun tadi, saya hanya kaget karena Tuan Arsen tiba-tiba menepuk pundak saja," sahut Maxime berbicara dengan tenang tapi tatapan nya tajam ke arah Arsen, seperti sedang kesal dengan adiknya ini.
"Sudah keluar dari sini!!" usir satpam itu.
"Tidak perlu, karena pria ini bersikap tidak sopan denganku maka dia harus tanggung akibatnya!!" Ucap Arsen menatap tajam Maxime.
"Ayo ikut aku!!" Arsen menarik kaos Maxime membawa nya masuk.
Satpam itu tiba-tiba bergidik ngeri, merasa kasihan dengan si pengantar makanan yang harus mendapat hukuman dari Arsen.
"Astagaaa ... Tuan Arsen saja sudah menyeramkan seperti ini, apalagi Tuan Maxime ... ishh semoga aku tidak bertemu dengan nya nanti," gumam satpam itu.
Semua orang berbisik-bisik saling bertanya siapa pria yang di bawa Arsen, Arsen terlihat begitu marah dengan mencengkram kuat kaos Maxime dan membawa nya masuk ke lift.
Ketika sampai di ruangan nya Maxime segera menepis tangan Arsen.
"Kepar*t dasar baj*ngan!!" umpat Maxime dengan kesal lalu membenarkan kaos nya dan melempar makanan yang ia bawa ke tempat sampah.
Arsen terlihat kecewa melihat makanan itu di buang begitu saja padahal ia belum makan siang.
"Batalkan kerjasama dengan Felix!!" ucap Maxime seraya melangkah duduk di sofa.
Ia membuka masker melemparnya ke meja lalu mengambil rokok di celana nya. Arsen duduk di depan Maxime.
"Kenapa harus di batalkan?" tanya Arsen.
Maxime menyalakan rokok di tangan nya sebelum menjawab.
"Dia punya niat buruk," sahut Maxime seraya mengeluarkan asap rokok dari mulutnya.
"Kau yakin?"
Maxime mengangguk. "Insting ku tidak pernah salah!"
Arsen tiba-tiba menyenderkan punggung nya di sofa merasa pikiran nya kacau sekarang, bagaimana caranya berbicara dengan Felix nanti.
Tapi ia kembali duduk tegak kala memikirkan apa yang membuat Maxime tiba-tiba datang ke perusahaan.
"Kenapa kau datang ke sini? tidak biasanya!"
"Aku butuh bantuanmu," sahut Maxime.
"Cih, sejak kapan kau meminta bantuan kepada orang lain!" sahut Arsen dengan kembali menyenderkan punggungnya di sofa seraya tersenyum bodoh, seakan tak percaya Maxime bisa juga meminta bantuan seperti itu.
"Aku serius!" sahut Maxime.
"Masalah apa yang membuatmu meminta pertolonganku?"
"Milan," sahut Maxime yang membuat Arsen melebarkan matanya seketika.
Apa tebakan nya soal Maxime sudah mencintai Milan itu benar?pasalnya tidak pernah sekalipun Maxime datang ke kantor sekalipun ada masalah besar dengan perusahaan De Willson group, pria itu lebih sering mengajak Arsen bertemu di luar dan membahasnya di luar saja. Seperti cafe atau klab.
"Ada apa dengan gadis itu?" tanya Arsen.
"Bantu aku agar bisa masuk ke sekolahnya."
"Kau ..." Arsen menggantung kalimatnya, apa ia tidak salah dengar.
"Untuk apa kau masuk ke sekolahnya, kau bukan lagi anak remaja seperti mereka," lanjut Arsen kembali.
"Aku tau, itulah sebabnya aku datang ke sini. Berikan aku ide agar aku bisa masuk ke sekolah Milan."
"Apa kau ..."
"Bukan urusanmu!" potong Maxime cepat, ia sudah tahu pasti Arsen akan menanyakan perasaan nya kepada Milan.
Arsen menghembuskan nafas. "Akan aku pikirkan nanti."
Masalah kerjasama perusahaan batal sekarang di tambah masalah Milan. Benar kata sang Ayah, Sekretaris Han.
Para pemimpin hebat akan menjadi bodoh ketika mencintai seorang perempuan. Dan Arsen melihat itu dari Maxime sekarang, walaupun Maxime belum mengakui perasaan nya tapi Arsen yakin Maxime sudah menyukai Milan.
Maxime Louis De Willson, pria dengan insting yang tajam tak pernah kehabisan ide untuk mengalahkan musuh tapi kenapa pria itu tidak mempunyai ide hanya untuk masuk ke sekolah Milan. Aneh bukan.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 231 Episodes
Comments
cacasilmi
presedir 😭☝🏻
2024-03-31
1
Angraini Devina Devina
simpel saja jadi kan guru di sekolah SMA disana...
2023-09-13
0
ponakan Bang Tigor
iya, tbtb kosong. aneh tapi nyata. unik bin ajaib.
2022-08-20
1