"Kenapa kau kenal dengan nya?" tanya Arsen.
"Dia hampir di perk*sa di kebun teh dan aku membantu nya," sahut Maxime dengan pandangan fokus ke jalanan.
Arsen mengangguk-ngangguk.
"Kau? bagaimana kau mengenalnya?" tanya Maxime kini.
"Dia siswa sinting yang aku lihat ketika donasi ke sekolahnya, dia marah-marah dengan gambar jelek di papan tulis," sahut Arsen.
Arsen mencoba mengingat-ngingat siapa nama yang Milan gambar hari itu.
"Kalau tidak salah ... dia menggambar sosok perempuan bernama Melisa, mungkin kakak atau adiknya," lanjut Arsen.
Maxime tidak menjawab, ia menginjak pedal gas agar cepat sampai ke mansion Javier.
Lagi-lagi kedua orang tua nya meminta Maxime datang, kali ini merayakan ulang tahun Xander, sang kakek yang kini berusia delapan puluh tahun.
Tak lama kemudian mereka sampai di mansion, Miwa dan Tessa segera menyambut sang kakak berlari menghampiri Maxime yang baru keluar dari mobilnya.
"Kakakkkk ..."
Maxime tersenyum, kedua gadis itu memeluk Maxime. Sebut saja mereka gadis manja yang masih seperti anak kecil kala bersama Maxime dan Arsen.
Tapi nyatanya memang begitu, mereka yang di batasi berhubungan dengan pria lain di luar sana hanya bisa manja kepada sang kakak saja, Maxime dan Arsen.
Dan bisa di bilang mereka adalah perawan tua, karena walaupun sudah hampir berkepala tiga keduanya belum menikah dengan alasan para pria mundur kala mengetahui Tessa dan Miwa adik dari Maxime pemilik De Willson group sekaligus pemimpin Yakuza dan Antraxs. Entah sampai kapan mereka akan seperti itu, entah sampai kapan para pria terus mundur ketika menghadapi Maxime.
"Aaauuww ... aduh ... aduhh ... kak sakit kak ..." Pelukan mereka terlepas kala mereka memegang tangan Maxime yang menjewer telinga nya dengan geram.
"Darimana saja kalian ini? Kenapa sering sekali menghilang dan tidak pulang hah!!"
"Kak lepaskan dulu kak ..." rengek Miwa sementara Arsen hanya bisa menggeleng dengan penyakit posesif Maxime yang kambuh.
"Iya, Kak. Lepaskan sakit ..." lirih Tessa.
Maxime pun melepaskan tangan nya, kedua gadis itu menggosok-gosok telinga nya yang merah dengan menekuk wajahnya.
"Ih apa sih, kakak ini suka sekali main jewer seperti itu!! kita ini bukan anak kecil lagi!!" ucap Miwa kesal.
"Iya, Miwa benar," sambung Tessa.
"Maxime ..." panggil Javier.
Mereka semua menoleh ke arah Javier, Javier yang melihat Miwa dan Tessa mengosok-gosok kupingnya hanya bisa menghela nafas, ia sudah tahu apa yang terjadi.
"Miwa, Tessa masuk." perintah Javier.
Dan keduanya masuk ke mansion dengan kesal, Arsen pun memilih masuk meninggalkan Javier dan Maxime.
Maxime berjalan mendekati Ayahnya.
"Sudahlah ... kasihan mereka, jangan terlalu mengekangnya. Bagaimana kalau mereka tidak menikah sampai tua, kau mau bertanggung jawab?"
"Kita bisa hidup bersama-sama sampai tua," sahut Maxime yang membuat Javier berdecak seraya menggelengkan kepala.
"Kita bisa adopsi anak kalau memang sangat membutuhkan seorang anak," lanjut Maxime lalu pergi begitu saja meninggalkan Javier.
"Dia belum pernah jatuh cinta sampai dengan mudah mengatakan mengadopsi anak," guman Javier melihat kepergian anaknya.
Banyak gadis yang menginginkan Maxime, itu sudah pasti. Bahkan beberapa yang terobsesi dengan penerus Javier De Willson group itu sampai menyewa hacker untuk membongkar identitas Maxime, mereka para gadis itu yakin Maxime pasti lebih tampan dari sang Ayah.
Tapi tetap saja para gadis itu selalu gagal mencari tahu identitas Maxime, semua data mengenai Maxime Louis De Willson tersimpan rapih.
Bahkan para pria yang pernah mendekati Miwa dan Tessa pun di minta bungkam kala sudah mengetahui wajah Maxime yang sebenarnya, kalau sampai mereka berani membocorkan identitas nya maka hukuman mati tempat yang cocok untuk mereka.
"Grandpa ..."
"Maxime ..." Xander hendak beranjak dari duduknya tapi Maxime meminta Xander kembali duduk.
"Sudah, grandpa duduk saja," ucap Maxime membantu Xander kembali duduk.
Maxime duduk di samping Xander, mereka bersantai di depan tv.
Uhukk ... uhukk ...
Maxime mengambil segelas air melihat sang kakek terbatuk seperti itu. Ia membantu Xander untuk minum lalu kembali menyimpan gelasnya di meja.
"Apa kabarmu?" tanya Xander dengan suara seraknya.
"Baik, grandpa."
"Bagaimana dengan petshopmu?"
Maxime terkekeh pelan mendengar Xander bertanya mengenai petshop nya, tidak ada yang perduli dengan petshop miliknya selain Xander, semua orang hanya memandang petshop itu seperti uang recehan tak ternilai.
"Petshop ku tidak bangkrut, mungkin tidak akan pernah bangkrut walaupun sepi pembeli," sahut Maxime.
Xander tersenyum bangga menepuk-nepuk pundak Maxime. "Jalani apa yang kau suka, grandpa selalu mendukungmu, walaupun itu hanya petshop kecil."
Maxime menyentuh tangan Xander di pundaknya. "Terimakasih grandpa ..."
Seseorang bersiul menghampiri Maxime dan Xander. Dan dia adalah Keenan, pria itu duduk di dekat mereka dengan secangkir kopi di tangan nya.
Ia menyesap kopi itu sebentar. "Ahhhh mantap ..." ucapnya seakan kopi yang ia buat adalah kopi terbaik sepanjang masa. Lalu menyimpan kopi nya di meja.
Kala menoleh ke arah Maxime, pria itu sedang memperhatikan dirinya dengan raut wajah serius dan tajam.
"A-ada apa? kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Keenan.
Dan tiba-tiba Keenan ingat kala Maxime menyembunyikan seorang gadis kecil di petshop nya, Maxime bilang ia membantu gadis itu karena hampir di perk*sa, tapi Keenan tidak mudah percaya.
Sekarang Keenan mengerti kenapa Maxime menatapnya seperti itu, pria itu pasti takut Keenan mengatakan tentang gadis itu kepada keluarnya.
Seakan mempunyai lampu menyala di atas kepalanya, Keenan memunculkan sebuah ide yang membuat seringai licik di wajahnya terlukis.
"Kenapa kau tersenyum?" tanya Maxime yang mulai khawatir dengan uncle nya yang selalu licik dan setengah waras ini.
"Kau kenapa Keenan?" tanya Xander yang juga heran dengan sikap Keenan.
"Tidak apa-apa ... aku pergi dulu," ucap Keenan lalu beranjak dari tempat duduknya.
"HAI UANGGG SELAMAT DATANG DI HIDUPKU HAHAHA ..." teriak Keenan seraya tertawa seperti orang gila lalu berjalan santai masuk ke kamarnya.
Maxime dan Xander saling menoleh satu sama lain.
"Sudahlah, biarkan saja dia memang seperti itu," ucap Xander.
Maxime menatap pintu kamar Keenan yang tak jauh dari tempat nya duduk, ia sudah tahu akan ada kelicikan yang terjadi nanti atas ulah Keenan dan yang lain. Itu sudah pasti.
Maxime dan Xander berbincang-bincang di sofa, sementara yang lain ada yang sibuk di dapur dan ada juga yang menata tempat di taman untuk acara makan malam nanti sebagai perayaan ulang tahun Xander.
Arsen terlihat membantu Sekretaris Han di taman sementara Miwa dan Tessa sedang di dapur ikut membantu Sky, Kara, Liana dan sang nenek, Rania.
Rania mengambil cake buatan nya, memberikan nya kepada Maxime dan Xander.
"Coba cicipi cake buatan grandma ini," ucap Rania.
Maxime mengambil sepotong cake di piring kecil itu lalu mencicipi nya.
"Enak grandma," sahut Maxime.
Mata Rania berbinar senang. "Benarkah?" Maxime mengangguk.
"Terlalu manis," ucap Xander.
"Ini memang tidak cocok untuk orang tua sepertimu," sahut Rania mengambil paksa cake di tangan Xander.
Xander berdecak karena cake nya di ambil, sementara Maxime hanga menggeleng dengan senyum tipis.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 231 Episodes
Comments
Angraini Devina Devina
ya nanti kadar gula nya tinggi
2023-09-13
0
Game Over
sekretaris han kapan tuanya yaa?
2023-04-17
0
ponakan Bang Tigor
wahh kakek Xander udah sepuh ya
2022-08-20
1