Karena Maxime melarang keras Milan untuk keluar dari sekolahnya alhasil pria itu meloncat menaiki dinding sekolah dan berhasil masuk ke sekolah Milan.
Setelah Maxime melihat penampilan Milan tadi pagi ia sudah bisa menebak bagaimana tingkah Milan di sekolah, penampilan nya yang terkesan tomboy pasti langganan keluar masuk ruang BK.
Mereka berada di belakang sekolah sekarang, tepatnya duduk di depan gudang kosong.
"Ada apa denganmu? kenapa suka sekali bolos?!" tanya Maxime menatap Milan.
"Malas, tidak di rumah tidak di sekolah selalu saja piala kakak ku yang di bahas."
"Melisa?" tanya Maxime memastikan nama kakak Milan.
Milan mengangguk sebagai jawaban. Maxime menghela nafas.
"Masuk ke kelas dan jangan pikirkan hal itu."
"Malas," sahut Milan lagi.
"Masuk!"
"Malas!
"Milan!!"
"MALASSS!!!" sahut Milan seraya mendelik ke arah Maxime.
"Ma-maaf ..." lirih Milan ketika sadar tidak seharusnya ia berteriak kepada pria yang sudah memberikan nya tempat tinggal.
Maxime terdiam sesaat menajamkan telinga nya, ia seakan mendengar langkah kaki menghampiri mereka.
"Masuklah ke kelas," ucap Maxime yang tidak sadar sebelum pergi ia malah mengelus puncak kepala Milan. Pria itu kembali meloncati dinding sekolah dan benar, tak lama kemudian Mr Rian menghampiri Milan.
"MILAN KANAYA ASTAGAAAAA!!"
Maxime menarik ujung bibirnya tersenyum kala mendengar seorang guru meneriaki nama Milan. Entahlah lucu saja ketika Milan ketahuan hendak bolos seperti itu. Maxime kembali ke petshop nya dan Milan sedang di interogasi oleh Mr Rian.
"Bolos lagi, Iya?!"
Milan menggeleng. "Tidak, Mr. Aku hanya ingin diam di sini saja."
"Bohong kamu ini ya! ini sudah bel, kuping kamu dimana Milan Kanayaaaa ..." Mr Rian tak habis pikir dengan sikap Milan ini, bagaimana cara ia meluluskan siswa yang satu ini nanti.
Milan mendengus. "Iya ... iya ... masuk nih masuk."
Dengan malas Milan melangkah ke kelasnya di ikuti Mr Rian dari belakang dengan tangan bersidekap dada. Ia berjaga untuk satu siswa perempuan nya ini dan harus memastikan Milan benar-benar masuk kelas.
Tok ... tok ... tok
Mr Rian mengetuk pintu kelas Milan yang kebetulan sedang ada guru mengajar di dalam.
Guru perempuan itu menoleh ke arah pintu. Sementara Milan bersembunyi di belakang tubuh Mr Rian.
"Ya Mr Rian?"
Mr Rian menarik tangan Milan di belakangnya. "Maaf Mrs Rina, ini satu siswi di kelasmu mau bolos lagi. Tolong beri hukuman saja," ucap Mr Rian membuat mata Milan membulat ke arahnya.
"Mr ... jangan begitu dong ..." bisik Milan.
"Diam kamu! masih untung bisa masuk!" sahut Mr Rian.
Milan hanya menekuk wajahnya sementara Mrs Rina menggeleng menatap Milan. Kapan kapoknya gadis ini, padahal hukuman di sekolah sudah seperti makanan sehari-hari nya tapi Milan tidak pernah menyesali perbuatan bolos nya ini.
Alvin berdecak seraya menggeleng. "Ck ck ck ... memang pantas dia di anggap ratu bolos saja."
"Iya ... sering bolos tapi mau lulus sekolah. Bagaimana bisa," sahut Faiz.
"Dia kayanya engga berharap lulus deh," ujar Aken yang duduk di samping Faiz.
"Beda banget sama Kakaknya."
Tino segera menyikut Alvin. "Diamlah! jangan ikut membanding-bandingan dia dan Kakaknya!!"
"Milan masuk," ujar Mrs Rina.
Milan pun masuk dan menghampiri kursi nya di pojokan dekat sahabatnya. Alvin, Faiz, Aken dan Tino.
Milan mendelik kala ke empat sahabatnya itu tak henti menatapnya.
"Apa lihat-lihat?!!" sentak Milan.
Sontak ke empat lelaki itu pun mengalihkan pandangan nya ke arah lain.
Pelajaran di lanjutkan seperti biasanya, Mrs Rina tidak menghukum Milan atas keterlambatan gadis itu masuk kelas. Menghukum Milan hanya membuang-buang waktunya saja, toh gadis itu tidak pernah kapok.
*
Bel istirahat berbunyi, semua orang berhamburan dari kelas untuk mengisi perutnya di kantin, sebagian ada yang berlari ke lapang untuk bermain basket, ada juga yang lari terbirit-birit karena menahan buang air kecil ketika jam pelajaran.
Alvin, Faiz, Aken dan Tino kompak memakai jaket kulit hitam kebanggaan nya, itu adalah tanda pengenal mereka di sekolah.
Geng Ikan Lele, adalah geng di sekolah milik Milan dan ke empat sahabat laki-lakinya itu. Awalnya nama Ikan Lele di buat asal-asalan oleh Aken dengan arti, Ikatan lelaki lucu dan kece.
Ikan Lele di buat tanpa ada Milan di dalamnya, sampai akhirnya Milan bergabung dengan mereka dan nama Ikan Lele tidak di ubah sekalipun ketika Milan ikut bergabung.
"Dimana jaketmu, Mil?" tanya Tino yang melihat Milan tak mengenakan jaket miliknya.
"Lupa," sahut Milan seraya memasukan buku ke dalam tas lalu beranjak pergi dari kelas untuk mengisi perutnya.
"Ketinggalan di rumah?" teriak Alvin karena Milan sudah keluar dari kelas.
"IYA!!" sahut Milan dengan teriakan pula.
Ke empat lelaki itu sempat saling menoleh heran, kenapa bisa ketinggalan setau mereka Milan tidak lepas dari jaket itu. Dan bahkan awal mula Ikan Lele memakai jaket kulit hitam juga atas keinginan Milan.
Mereka berkumpul di satu meja, memesan makanan yang mereka suka dan melahapnya dengan hening. Perutnya sudah sangat keroncongan sedari tadi, Milan saja yang sudah sarapan kembali lapar.
Ting.
Milan menyimpan sendoknya dan mengambil ponsel nya di saku. Ada satu pesan dari nomor yang tidak di kenal.
Sekolah yang benar. Semua tunggakan mu sudah di bayar.
Milan melamun seketika, memikirkan siapa yang mengiriminya pesan seperti ini. Ikan Lele saling menyikut menatap Milan.
"Kenapa Mil?" tanya Alvin.
"Astaga!!" Milan menepuk jidatnya sendiri kala sadar Maxime lah yang membayar semua tunggakan nya.
"Aku pikir dia bercanda!!" Mata Milan sampai membulat membaca kembali pesan itu.
Ikan Lele saling menoleh bingung dengan mulu penuh makanan. Dan Milan mengetik sesuatu untuk membalas pesan itu.
Terimakasih, Tuan. Bagaimana cara aku membalas kebaikanmu. Sebelumnya aku minta maaf karena tadi berteriak keras.
Milan menjadi tak enak hati karena berbicara dengan nada tinggi kepada Maxime di depan gudang tadi, padahal Maxime sudah begitu baik dengan nya.
Maxime kembali membalas pesan dari Milan.
Jangan bolos lagi!
Milan menghembuskan nafas, dari banyaknya cara membalas kebaikan seseorang, Maxime malah meminta nya untuk tidak bolos.
Tapi ada satu hal lagi yang menganggu pikiran Milan, dari mana Maxime mendapatkan nomornya. Seingatnya ia tidak memberikan nomor miliknya kepada Maxime atau Arsen.
Dari mana kau tau nomorku?
"Milan ..."
"Hei Milan ..."
Aken yang duduk di depan Milan mengibas-ngibaskan tangan nya melihat Milan melamun menatap ponselnya.
"Eh iya apa?" tanya Milan gelagapan.
"Kau ini kenapa?" tanya Tino.
"Aku baik-baik saja," sahut Milan. "Sudah makan lagi saja."
Milan kembali makan mie ayam miliknya dengan sesekali mengecek ponsel nya, Maxime tidak lagi membalas pesan dari Milan.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 231 Episodes
Comments
Angraini Devina Devina
yg semangat dah di kasih ke sempatan untuk berubah jangan di ulang lagi
2023-09-13
1
Mr.VANO
geng ikan lele,amis dunk
2022-02-12
0
lid
thooorrrre..........kenapa up 1 doang
2021-11-28
1