Maxime masih memperhatikan Milan di depan laptop nya, tadi ia berada di perusahaan De Willson dengan alasan menjadi pengantar makanan lagi untuk bisa masuk ke perusahaan nya.
Selain membahas soal perbatalan bisnis dengan Felix, Maxime membahas teman bisnis yang baru bersama Arsen. Karena banyak data penting di perusahaan yang harus Maxime kerjakan alhasil mereka tidak bisa bertemu di luar sembarangan dan membawa berkas-berkas penting mereka.
Bukan hanya itu, yang paling penting Maxime datang untuk membahas sekolah Milan.
Arsen hanya meminta Maxime untuk tenang karena sekarang ia sudah mendapatkan ide untuk kakak nya yang ingin masuk ke sekolah Milan dengan aman tanpa di curigai orang-orang.
Maxime pun kembali ke petshop nya dan kembali membuka laptop untuk melihat kegiatan Milan di sekolah. Banyak siswa lalu lalang tapi fokusnya hanya wajah Milan di laptop itu.
Gadis itu sedang makan cemilan dengan kaki terangkat lurus ke meja, Milan juga mengikat rambutnya kembali padahal tadi pagi Maxime sudah meminta Milan kembali menggerai rambut panjangnya.
Tak lama kemudian terlihat seorang lelaki duduk di samping Milan dan mengambil cemilan di tangan gadis itu.
Milan terlihat tidak terima, ia mengambil paksa cemilan miliknya. Terlihat mereka saling berebut makanan sampai Milan harus mengejar lelaki itu kala cemilan nya di bawa kabur dari kelas.
Maxime terlihat mengepalkan tangan, apalagi sekarang mereka saling mengejar di lorong sekolah dengan tertawa.
Apa yang salah, kenapa hatinya begitu panas melihat itu. Tenang, Maxime akan segera masuk ke SMA Ganesha besok. Dan ia akan memastikan Milan tidak dekat lagi dengan lelaki itu.
Mata Maxime membulat sempurna dengan rahang mengeras dan tangan mengepal kuat kala melihat lelaki itu berusaha merebut cemilan yang berhasil Milan ambil dengan memeluk gadis itu dari belakang.
Sementara itu di lorong sekolah.
"Mil aku minta pelit amat ..." ucap Tino berusaha meraih cemilan di tangan Milan.
Perlu di ketahui, Tino bukan lelaki yang tinggi. Tinggi badan Tino hampir sama dengan Milan.
"Tidak mau, beli aja sendiri di kantin!!" sahut Milan seraya terus mengangkat lengan nya tinggi menjauhkan cemilan itu dari Tino.
"Milan pelit!!"
"Bodmat. Bodo amat wle ..." Milan menjulurkan lidahnya kepada Tino.
Maxime mengusap wajahnya kasar, kenapa tangan Tino tidak menjauh dari Milan. Kenapa masih saja memeluk gadis itu.
Maxime tidak tahu kalau geng Ikan Lele memang selalu bercanda dengan Milan. Tapi intinya hati Maxime panas melihat itu sampai Maxime menutup kasar laptop nya.
*
Siang hari Milan pulang di antar taxi setelah Maxime berkata ia tidak bisa menjemput dengan alasan petshop banyak pembeli.
Milan berlari kecil masuk ke petshop nya, Maxime menoleh ke arah Milan sebentar, ia menghela nafas kala melihat Milan masih mengikat rambutnya lalu Maxime kembali pura-pura sibuk mencatat sesuatu yang habis di petshop nya. Jujur saja ia kesal perkara ikat rambut.
"Siang ..." Milan duduk di depan Maxime.
Maxime tidak menjawab ia masih sibuk mencatat. Milan sedikit menunduk mengintip apa yang di tulis Maxime.
Tapi Maxime segera menyimpan telapak tangan nya di atas buku itu dengan maksud menghalangi mata Milan mengintip tulisan nya.
"Apa yang kau tulis?" tanya Milan.
Hening, Maxime enggan menjawab.
Sampai akhirnya ada seorang pembeli masuk, keduanya menoleh ke arah pintu. Seorang perempuan cantik masuk untuk membeli sesuatu.
Maxime menyobek kertas di buku itu, meremas kertas itu lalu melemparnya ke tempat sampah. Dan ia beranjak menghampiri pembeli.
Milan hanya menaikkan satu alisnya bingung. Ada apa dengan Maxime, berubah menjadi es batu seperti itu.
Maxime sempat melirik Milan yang kini pergi meninggalkan meja kasir berjalan ke kamarnya.
Tak lama kemudian Milan keluar dari kamar setelah mengganti pakaian nya, Maxime sedang memberikan kembalian kepada pembeli perempuan itu. Terlihat wajah pembeli tampak kesal, sepertinya Maxime tidak melayani pembeli itu dengan baik.
Setelah perempuan itu keluar Milan kembali duduk di depan Maxime. Ia memakai baju yang di beli dari uang yang Maxime berikan.
Maxime duduk dan hanya menatap tajam Milan dengan tangan bersedekap dada.
"Ke-kenapa?" tanya Milan bingung.
Maxime tidak menjawab tapi matanya tertuju dengan ikat rambut di kepala Milan. Milan yang sadar langsung menarik ikat rambutnya dan sekarang rambutnya terurai panjang.
"A-aku gerah, jadi aku mengikatnya," ucap Milan.
"Lagi pula di sekolah aku tidak mengikat rambutku."
Maxime terkekeh ketus, berani sekali Milan bohong padahal Maxime sudah mengawasi Milan saat di sekolah dari cctv.
Milan heran kenapa Maxime menatap tajam dengan senyuman ketusnya itu, salah apa dirinya.
"Kau kenapa?" tanya Milan.
"Aku tidak suka di bohongi!" sahut Maxime seraya beranjak dari duduknya pergi ke kamar mandi untuk menghilangkan emosinya karena Milan berbohong.
Tubuhnya terasa panas kala Maxime menahan emosinya yang hampir meledak. Pria ini memang tidak bisa menahan emosi, bahkan ide mengguyur tubuhnya datang begitu saja di saat Maxime mencoba menahan diri agar tidak marah dengan Milan.
Milan menatap pintu kamar mandi dengan bingung, sementara di dalam sana Maxime terus menerus mengguyur tubuhnya. Bayangan Milan saling mengejar dengan lelaki di sekolah menari-nari di pikiran nya, kenapa ia sangat marah dan cemburu dengan lelaki itu.
Kenapa ia tidak suka Milan mengikat rambutnya, jujur saja Maxime tidak suka leher Milan terlihat oleh lelaki lain. Bahkan emosi Maxime begitu memuncak kala Milan berbohong mengatakan rambutnya di gerai di sekolah.
Maxime menatap wajahnya di depan cermin, rahangnya mengeras dengan mata elang nya yang tajam. Ia sedang berdebat dengan dirinya sendiri, apa ini terlalu berlebihan? apa sikap marahnya tidak normal kepada Milan.
Gigi nya menggertak marah, ia berbicara penuh penekanan. "Kenapa kau berani berbohong Milan!!" geram Maxime.
PRANG
Milan di luar sana terlonjak kaget, ia segera berlari mengetuk pintu kamar mandi.
Maxime kelepasan memukul cermin sampai retak dan akhirnya darah pun mengalir di jari-jemarinya.
Tok tok tok.
"Kau baik-baik saja?" teriak Milan panik dengan suara pecahan kaca.
"MAXIME ..." Milan memainkan knop pintu berusaha membuka pintu nya tapi di kunci.
Maxime menoleh ke arah pintu, ia mengusap wajahnya kasar lalu mengambil gayung dan mengguyur darah di tangan nya, walaupun sia-sia karena darahnya tak henti keluar.
Pria itu pun membuka pintu dan dengan cepat menarik Milan ke dalam pelukan nya. Semua terjadi dengan cepat sampai Milan lupa untuk memberontak. Milan seakan tak sadar kalau ia berada di pelukan Maxime.
Sementara Maxime masih memeluk Milan dengan erat sampai memejamkan matanya berusaha menetralisir amarah yang hendak keluar. Dan benar, hatinya seakan mendapat ketenangan kala memeluk gadis kecil ini.
"Aku mencintaimu ..." ucap Maxime yang baru berani mengatakan itu di dalam hatinya saja.
Ia mempererat pelukan nya seraya tersenyum. Entah kapan yang jelas Maxime akan mengatakan perasaan nya kepada Milan.
Sekarang Maxime sadar cemburu nya muncul atas dasar cinta. Pria yang berpikir cinta dan pernikahan itu hal yang tidak penting kini berubah ketika bertemu dengan Milan.
Aku akan tetap hidup walaupun tidak menikah.
Kita bisa mengadopsi anak kalau memang sangat membutuhkan seorang anak.
Senyum Maxime semakin melebar kala mengingat ucapan nya dulu kepada Xander yang mengatakan tetap hidup walaupun tidak menikah. Dan sekarang ia ingin menikah dengan Milan.
Dan lagi ucapan nya kepada sang Ayah yang akan mengadopsi anak kini berubah, ia memilih menginginkan anak dari Milan kelak.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 231 Episodes
Comments
Firanty Ranty
waaaaaaah... terlalu cepat sekali prosesnya
2024-05-26
0
cacasilmi
HOEHHHHHHHH BEGITU CEPATTTTT😭💖
2024-03-31
0
Angraini Devina Devina
🤣🤣🤣🤣
2023-09-13
0