Sudah satu Minggu semenjak meninggalnya Nilam. Kehidupan Indira terasa sepi dan sendiri. Jika disekolah dirinya bisa terhibur oleh para sahabatnya dan setelah pulang kerumah Indira hanya bisa melamun dan menatap foto kedua orang tuanya.
"Aya kangen Mama sama papa." Indira mengelus bingkai foto itu dengan air mata yang mengalir. dirinya Serasa hilang tanpa arah untuk tujuan hidup.
"Apa yang akan Aya jalani hidup tanpa kalian didunia ini, __Aya tidak tau harus berbuat apa."
Dulu ketika orang tua nya masih hidup Indira ingin menjadi desainer dan memiliki butik sendiri, ingin membuat kedua orang tuanya bangga dengan dirinya. Tapi cita-cita itu sekarang seakan terkubur bersamaan dengan kepergian sang ibu.
Tok..tok..tok..
Suara ketukan pintu membuat Indira menyudahi kesedihannya. Dan segera beranjak dari kamar Nilam menuju ruang tamu untuk membukakan pintu.
Ceklek..
Dua orang pria bertubuh kekar dan memakai pakaian serba hitam, tanpa ditanya Indira sudah tahu suruhan siapa mereka.
"bagai mana nona, ini sudah jatuh tempo anda untuk membayar cicilan hutang Anda?!" Ucap pria berwajah hitam dan garang.
"Saya minta waktu, untuk bisa mencicil hutang saya." Jawab Indira sedikit gugup karena ditatap tajam dan melihat wajah sangar para rentenir itu.
"Anda jangan menyusahkan kami nona.__ingat anda dapat pinjaman tanpa dipersulit jadi anda juga jangan mempersulit untuk membayar." Menatap Indira tajam.
"Kasih saya waktu satu bulan, saya janji akan mencicilnya." Indira berucap dengan nada memohon.
"2minggu, jika dalam waktu 2minggu anda tidak membayar, maka segera angkat kaki dari rumah ini." Setelah mengatakan dua pria itu segera pergi.
Indira masuk kedalam dan duduk sofa, dirinya harus berpikir bagaimana untuk mendapatkan uang.
"Ya, aku harus mencari pekerjaan yang bisa aku kerjakan sambil sekolah."
..............................
"Hay gaess!!!" Ucap Indira.
"Tumben loe ceria amat Ben?" Tanya Kiki.
"Harus dong, yang namanya Indira gak boleh lama-lama sedih."
"Nah, itu baru sahabat Indira gue." Ucap Arum langsung merangkul bahu Indira.
Mereka bertiga berada dikelas masih asik mengobrol, karena bel masuk masih 15 menit lagi.
"Wah...wah.. ada anak yatim piatu miskin nih?" Flora dan kedua teman nya sengaja menghampiri kelas Indira, karena memang mereka tidak satu kelas.
Flora dan kawan mendekati meja yang Indira dan sahabatnya duduk. Mereka hanya diam dan acuh, malas jika harus berurusan dengan Trio cabe-cabean.
"Eh, loe udah gue peringati jangan pernah Deket sama Bimo! budek kuping loe hah!" Flora Berkata dengan keras dan menunjuk diri Indira.
"Ck. dasar titisan Maklampir, mana mau Bimo pangeran tampan dengan titisan Maklampir kek loe." Arum berkata dengan sinis melirik Flora.
"Hahahaha, terus yang mau sama titisan Mak lampir siapa beb?" Kiki tertawa mendengar ucapan Arum.
"Kali aja cucunya sendiri, yang namanya Gerandong."
"Hahahhaha." Ketiganya malah tertawa kencang, bahkan siswa yang berada didalam kelas juga ikut menertawakan Flora.
Flora geram bertambah marah, ketika dirinya dipermalukan.
"Loe bertiga awas ya!" Flora pergi diikuti kedua sahabatnya.
"Heleh mental kerupuk, cuma gitu aja melempem."
"Kata-kata loe terlalu sadis Rum" Ejek Indira.
"Biar kena mental." Jawab Kiki.
"Cakeep..!"
Mereka bertiga tertawa bersama. Dan jam sekolah sudah dimulai.
...........................
Dibelakang sekolah segerombolan anak laki-laki terdiri dari 10 orang berseragam sekolah ketangkap basah sedang bolos jam pelajaran.
Guru BK yang sedang berkeliling di temani ketua OSIS, mendapati siswa yang sedang asik nongkrong dan merokok.
Mereka semua digelandang menuju lapangan sekolah yang pasti sudah sepi karena jam pelajaran sedang berlangsung.
"Kalian ini mau jadi apa? Sekolah buat belajar bukan buat ajang tongkrongan." Ucap guru BK seorang laki-laki kepala botak dan kumis tebal berbentuk seperti bulan sabit. bayangin sendirinya kek apa,kikiki.
Pak Bondan nama guru BK yang galak dan kadang ngeselin, tapi para siswa menjulukinya pak Botak.
"Kamu Bimo, sebagai ketua basket dan murid berprestasi seharusnya memberi contoh yang baik. Bukan malah ikut-ikutan bolos." Mereka semua serempak menutup mata, jika tidak ingin tersembur air dari mulut pak Bondan.
Di antara sepuluh siswa Lima diantaranya adalah Bimo Cs. biasanya mereka melakukan bolos kelas karena malas mengikuti Mapel yang sangat membosankan.
"Sekarang kalian semua harus membersihkan halaman lapangan sampai bersih!"
"Yah, pak panas."
"Ahh gak keren pak mainan nya."
"Yang seru geh pak, kek anak cewek aja pake bersih-bersih."
Suara mereka bersahutan merasa malas untuk membersihkan halaman lapangan, karena memang saat ini kondisi lapangan sangat kotor banyak daun yang berserakan.
"Terserah kalian mau pilih bersihin lapangan atau saya panggil wali kalian kesekolah." Nah kalau sudah bawa orang tua mereka semua diam. Lebih baik membersihkan lapangan ketimbang wali mereka dipanggil.
"Ahh mainnya ancam-mengancam bapak ini." Gerutu Raka dengan sebal.
"Laksanakan hukuman kalian, sampai selesai." Setelah berucap pak Bondan pergi.
"Woy kalian semua buruan ambil alat kebersihan." Suruh Jingga kepada Lima orang adik kelasnya.
"Loe juga sana ngikut Jing." Guntur mendorong tubuh jingga.
"Mereka adik kelas, biar nurut sama senior." Ucap Raka membela jingga.
"Cakep loe Ka, memang sohib gue loe." Jingga merangkul leher Raka.
"Be*go sakit tau." Raka kesal, melepas rangkulan Jingga dilehernya.
Bimo dan Resa hanya diam duduk dipinggir lapangan, Bimo sudah melepas baju seragam nya dan hanya menyisakan kaos hitam polos membalut tubuh atletis nya.
Resa yang asik memainkan ponsel nya tanpa mau tau keributan yang berada disekitarnya.
Dari arah lorong kelas, terlihat cewek cantik sedang berjalan menuju toilet, Indira meminta ijin keluar kelas untuk ketoilet dirinya berjalan dengan bersenandung kecil melewati lapangan basket yang Bimo Cs sedang membersihkan lapangan.
"Cuittt...cuiitt.. neng Dira sayang, sini dong temani Abang." Goda Raka dengan gaya absurnya.
Bimo yang mendengar nama Indira disebut segera melihat kearah Indira berada.
"Neng Dira mah memang pujaan hati Abang." Guntur ikut saja menggoda Indira.
Indira berjalan mendekat kearah mereka, heran kenapa mereka berada di lapangan disaat jam istirahat.
"Loe pada ngapain,?" Ucap Indira.
"Maen lenong Neng Dira sayang." Seloroh Raka.
"Kita-kita lagi pengen jadi tukang kebun neng." Jawab Jingga.
Bimo berdiri menghampiri Indira. sedangkan Resa masih tidak bergeming.
"Mau kemana?" Datar dan terkesan cuek bertanya tapi suaranya nyebelin.
"Toilet. __Yaudah bay, kalian nikmati aja pekerjaan baru loe pada." Indira melangkah pergi menuju toilet siswi.
"Yah, gak semangat neng kalo neng Dira pergi mah." Ucap Guntur yang mendapat pelototan mata dari Bimo.
Setelah selesai dengan urusan toilet, Indira segera keluar dari dalam. Ketika ingin berbelok dirinya dikejutkan oleh Bimo yang sedang berdiri bersandar didinding dengan tangan dimasukkan kedalam saku celana.
"Astaga, loe ngagetin aja sih." Indira terlonjak kaget ketika tiba-tiba melihat Bimo berdiri di depan nya.
"Ngapain disini, mau ngintip?" Indira menelisik wajah Bimo yang tampak santai dan datar. Dirinya heran kenapa cowok ini bisa berada disini.
Bimo berdiri didepan Indira. "Nungguin loe,"
"Buat apa?" Indira bingung.
"Ikut gue."
Bimo menarik lengan Indira, "Ehh, mau kemana Bemo, gue masih ada kelas." Indira mencoba melepas tangan Bimo tapi terlalu kuat.
"Ikut aja."
Indira hanya mendengus kesal, selama hampir tiga tahun sekolah dirinya tidak pernah bolos Mata pelajaran. Sekarang gara-gara cowok didepan nya ini dirinya bolos pelajaran.
Bimo mengajak Indira keroftof sekolah, Bimo biasa datang kesini jika dirinya sedang badmood.
Indira berdiri dipinggir atap, dari atas sana dirinya bisa melihat pemandangan kota dengan berpegangan dinding pembatas setinggi dada.
Bimo duduk diam seraya mengamati wajah cantik Indira yang tersenyum menikmati angin pagi menjelang siang itu, angin bertiup dengan semilir menerbangkan rambutnya yang tidak diikat.
Melihat pemandangan gadis didepan nya membuat hati Bimo berdesir dan jantung nya memompa lebih cepat.
"Dira,!" Bimo memanggil.
Indira menoleh dan berjalan mendekati dimana Bimo duduk disebuah kursi kayu yang sedikit panjang.
"Apa,?" Indira berdiri didepan Bimo yang duduk menunggu Bimo bicara.
"Duduk sini." Bimo menepuk tempat duduk sebelahnya, bermaksud menyuruh Indira duduk.
Indira menurut dan duduk disebelah Bimo dengan wajah biasa saja, lain dengan Bimo yang sudah deg-degan.
"Eh, loe apaan sih Bim!"
Indira kaget dan merasa kikuk, karena tiba-tiba Bimo merebahkan kepalanya dipangkuan nya.
"Sebentar saja gue ngantuk." Ucap Bimo tanpa mendengar protes Indira.
Bimo menaruh lengan kirinya menutupi matanya, tangan satunya ia taruh diatas perutnya.
"Kalo mau molor kenapa sekolah, pulang gih tidur dirumah." Indira kesal dan juga dag-dig-dug. Karena baru kali ini dirinya berdekatan sangat intens sama cowok.
"Dir?" Ucap Bimo tanpa mengubah posisi.
"Kenapa?" Indira bingung harus berbuat apa, dirinya hanya diam, tangan nya ia letakkan di samping tubuhnya.
"Gue kalo Deket loe jantung gue serasa habis lari maraton, Itu tandanya apa?"
Indira yang mendengar ucapan Bimo hanya diam membisu, apakah Bimo menyukainya. Tapi tidak mungkin selera Bimo pasti bukan cewek seperti dirinya.
......
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Ita rahmawati
tandany cinta bang
2023-10-19
0
Mila Jamila
tembak aza lgsg koq pakai berbelit2 sich bemo sayang
2023-01-02
0
Pooh
kelamaan bemo langsung aja tembak dira nya buruaan sebelum dipatok ayam tetangga sebelah🤣🤣🤣🤣
2022-12-31
0