Sudah tiga Minggu sejak pulang dari rumah sakit, Nilam hanya bisa tiduran, tubuh nya semakin kurus, untuk berdiri saja dirinya sudah tidak kuat. Nilam sudah pasrah dan ikhlas jika dirinya akan segera menyusul sang suami.
Takdir sudah menggariskan hidupnya untuk merawat putrinya hanya sampai usia Indira 18tahun.
Jika boleh meminta dirinya ingin lebih lama menemani sang putri, melihat putri semata wayangnya tumbuh menjadi gadis dewasa dan menikah dengan seseorang yang mencintainya, hingga bisa merawat cucu-cucunya. Tapai manusia hanya bisa berencana dan berangan karena Tuhanlah yang menentukan takdir.
Uhuk..uhuk..
Uhuk..uhuk..
Prrangg
Suara benda pecah ketika Nilam ingin mengambil gelas diatas meja.
Indira yang baru saja keluar kamar yang sudah bersiap ke sekolah, mendengar suara benda pecah dilamar Nilam.
"Mama."
Indira segera berlari menuju kamar Nilam, dilihatnya Nilam sedang duduk dan mengalami batuk hebat.
"Mah, Mama!" Mata Indira sudah mengeluarkan banyak air mata, dirinya syok ketika melihat Mama nya muntah darah.
"Mah kita kerumah sakit." Indira panik melihat banyak darah di baju Nilam.
Uhuk..uhuk.. "T-tidak usah Aya." Suara Nilam terbata-bata dan lirih. Dirinya merasakan sakit yang luar biasa. dadanya sudah sesak hanya untuk bernafas saja.
Indira tak kuasa menahan tangis melihat Nilam yang sudah bernafas tersengal-sengal. "Mama yang kuat, sabar Mah, Aya cari bantuan dulu." Ketika Indira ingin berbalik Nilam mencekal tangan Indira, dirinya sudah tidak sanggup jika masih harus bertahan.
"A-aya maafin Mama__Suara Nilam sudah sangat lemah, __Mama harap kamu akan hidup bahagia. Jadilah gadis yang kuat, Mama dan papa sudah bangga mempunyai anak sepertimu." Nilam mengambil secarik kertas yang sudah ia siapkan untuk Indira.__Jika kamu mengalami kesulitan carilah alamat ini, maka kamu akan tahu siapa nenek dan keluarga papamu." Nilam sudah mengembuskan nafas dengan berat dirinya mencoba menahan rasa sakit di dada karena ingin menyampaikan sesuatu kepada putrinya.
Indira menerima kertas yang diberikan Nilam. "Mama jangan bicara seperti itu, Mama harus kuat.. Aya sudah tidak punya siapa-siapa selain mama." Indira menangis terisak mendengar ucapan Nilam.
"A-aya..Mama sangat menyayangi mu." Setelah mengatakan hal itu Nilam menarik napas dengan panjang, dan perlahan matanya tertutup.
"Mah..!! hiks..hiks.. jangan tinggalin Aya mah..! bangun mah." Indira merasa dunia nya hancur Mamanya meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya. Kenapa dirinya dilahirkan jika hanya untuk ditinggalkan oleh kedua orang tuanya.
"Mama..!!,__bangun mah!." Indira mengguncang tubuh Nilam yang sedang dirinya peluk. Ini kali kedua dirinya merasa hidup nya hancur, sang papa yang sudah meninggalkan nya ketika masih umur 12tahun dan sekarang Mamanya juga meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya.
.........................
Acara pemakaman sudah selesai karena Nilam meninggal dipagi hari jadi acara pemakaman dilangsungkan. Banyak kerabat tetangga Indira yang mengucapkan bela sungkawa karena memang keluarga Indira terkenal baik dan ramah.
Indira masih terisak disamping makam Nilam, dirinya tak kuasa menahan sesak yang ia rasakan. Sedih dan terpukul melihat orang yang sangat menyanyangi nya pergi untuk selamanya, meninggalkan dirinya sendiri.
"Dira yang sabar ya, beliau sudah tenang dan tidak merasakan sakit lagi." Arum dan Kiki yang ikut berjongkok di samping Indira memberi kekuatan kepada sahabat baik nya itu.
"Iya Ra, loe harus kuat. Jalan kita masih panjang, loe harus bisa banggain kedua orang tua loe. Meskipun mereka tidak ada disamping loe tapi ada kita semua sahabat-sahabat yang menyayangi loe.
Indira hanya mendengarkan tanpa mengalihkan pandangan nya dari gundukan tanah dan batu nisan sang Mama.
Sahabatnya benar jalan hidupnya masih panjang, dirinya harus bisa membanggakan kedua orang tuanya, meskipun mereka hanya bisa melihat dirinya dari kejauhan.
Dibelakang Indira dan sahabat nya ada 5cowok yang setia menunggu dengan tenang. Meskipun ketiga cowok itu kelakuan nya selalu petakilan dan absur, tapi mereka bisa menempatkan keadaan.
Bimo berdiri dibelakang Indira, dirinya hanya menatap datar gadis yang sedang duduk terisak memeluk nisan Mamanya. 'Bima janji Tante akan jagain anak Tante, ijinkan Bima selalu berada dekat dengan anak tante.' Bimo berjanji dalam hati, dirinya akan selalu menjaga dan berada disamping Indira apapun yang akan terjadi.
Bima maju satu langkah lalu berjongkok disisi kanan Indira. "Loe harus kuat, loe boleh sedih tapi jangan berlarut-larut, kasian nyokap loe akan berat ninggalin loe kalo loe nya kek gini." Bima berkata seraya menatap gundukan tanah yang masih basah dan banyak bertaburan bunga itu.
"Loe gak sendiri Dir, Ada gue dan mereka semua, sahabat yang menyanyangi loe." Bimo menatap Indira yang hanya menunduk dengan suara terisak lirih.
"Gue gak tau harus hidup bagaimana setelah ini, gue udah gak ada tujuan hidup lagi, mereka berdua udah ninggalin gue sendiri." Indira menatap kosong sebelah makan Mamanya, karena Nilam dimakamkan bersebelahan dengan sang suami.
Bimo segera merangkul bahu Indira dari samping sehingga membuat Indira berada didepan dada Bimo. "Loe harus kuat dan semangat, semua sudah digariskan oleh takdir. Jangan putus asa gue akan selalu ada buat loe." Tanpa sadar Bimo mendaratkan kecupan dipucuk kepala Indira, Dan mereka yang berada dibelakang mengangga karena melihat pemandangan langka.
"OMG, mata gue gak salah lihat kan Rum?" Kiki berbisik sambil mengerjapkan mata ketika melihat pemandangan langka.
Mereka tidak menyangka bahwa Bimo yang terkenal dengan beruang kutub dan Es balok bisa bersikap manis kepada cewek.
"Wah..wah.. jangan-jangan pak Ketu kesambet penunggu ni makam." Raka clingak clinguk meraba tengkuk nya merinding. Karena tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Berisik loe Tak." Guntur yang sebenarnya juga tidak percaya tapi mencoba sok biasa saja.
"Kita pulang ya?" Bimo meraih tubuh Indira membantunya untuk berdiri.
"Mah, Aya pulang dulu, Mama tidak usah khawatir Aya akan baik-baik saja." Indira berucap dengan senyum yang dipaksakan karena kenyataan nya airmata nya tidak bisa menutupi senyum nya.
Mereka semua pergi dari area pemakaman menuju kerumah Indira.
Takdir hidup tidak ada yang tahu jika Tuhan sudah berkehendak maka manusia tidak ada yang bisa menolak. Dari sinilah kehidupan Indira akan dimulai, hidup sebatang kara tanpa ada pundak untuk bersandar.
Like
komen
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Rina Krowin
sedih
2024-08-05
0
DS
siapa yg naruh bawang disini
2024-06-11
0
Astri
😭
2024-02-04
0