Indira sedang bersiap untuk pulang kerumah setelah membantu Oma Lili menanam bibit bunga yang baru beliau beli, sangat melelahkan tapi menyenangkan bagi gadis seperti Indira. Meskipun dirinya ingin menjadi Disainer tetapi dirinya juga hobi berkebun.
"Oma Dira pulang dulu ya." Indira berpamitan ketika Oma Lili sedang duduk santai sore gazebo depan dengan pemandangan kolam ikan.
"Nanti saja nak, cuaca sedang mendung sebentar lagi turun hujan." Ucap Oma yang memang cuaca langit sedang mendung gelap.
"Mumpung belum hujan Oma, kalo nanti Dira bisa kemalaman dan kehujanan."
"Nanti biar Al yang mengantarmu, Sini dulu ada sesuatu yang Oma mau kasih ke kamu." Oma menyuruh Indira duduk didekatnya.
"Ada apa Oma?" Indira sudah duduk dan sedang menatap Oma yang ingin memberi sesuatu.
"Ini gaji pertama kamu." Oma memberikan amplop putih kepada Indira.
"Gaji." Mata Indira berbinar melihat amplop gaji pertamanya.
"Ya, dan kamu bisa mencicil hutang kamu." Ucap Oma tersenyum melihat binar bahagia diwajah cantik gadis remaja itu.
"Terimakasih Oma." Dirinya langsung memeluk Oma Lili, meluapkan rasa terimakasihnya.
"Sama-sama, tidak terasa sudah satu bulan kamu bantu Oma merawat kebun Oma." Oma mengelus lengan Indira.
"Iya Oma,Dira juga gak kerasa udah bantuin rawat kebun Oma satu bulan." Mata Indira berkaca-kaca dirinya dulu tidak pernah membayangkan akan mendapatkan uang dengan hasil kerja sendiri diusia masih sekolah. Yang dulu ia pikirkan hanya belajar dan mengejar cita-cita nya. Tapi sekarang hidupnya telah berubah dirinya sudah menjadi yatim piatu jadi inilah dirinya yang harus berjuang kerja keras sendiri.
Dan tak berselang lama hujan turus dengan derasnya, mereka pun beranjak pergi memasuki rumah.
"Menginap disini sana nak, temani Oma." Pinta Oma yang melihat Indira gelisah menunggu hujan tidak kian mereda.
"Indira besok harus sekolah Oma."
Tak berselang lama terdengar langkah kaki masuk dengan mengucap salam.
"Assalamualaikum." Suara Allan terdengar.
"Waalaikumsalam." Dua orang wanita yang duduk di ruang tengah menjawab.
"Sudah pulang Al?" Tanya Lili memberikan tangan nya untuk dicium Allan.
Jam sudah menunjukan pukul Tujuh malam, bertepatan dengan hujan yang mulai reda.
"Sudah Mah." Allan melirik gadis yang duduk dengan wajah cuek, berbeda ketika melihat gadis itu tadi pagi yang berwajah pucat.
"Oma, Dira pulang dulu ya hujan nya sudah mulai reda." Indira beranjak dari duduknya dan berdiri.
"Sudah malam nak, tidak baik anak gadis pulang sendirian." Tolak Oma ketika Indira pamit.
"Tidak apa-apa Oma, Indira bisa pesan taksi." Ya jika biasanya dirinya naik Ojol, karena sekarang sudah malam dan sedikit gerimis dirinya akan mencari taksi saja.
"Tunggulah sebentar biar ku antar." Tanpa menunggu jawaban sang empu Allan segera melangkah menuju kamar untuk membersihkan diri.
"Tuh Al mau anterin kamu, tunggulah sebentar." Oma menarik lengan Indira agar duduk kembali.
"Tapi Oma, Abang pasti capek pulang kerja." Indira masih menolak secara halus.
"Dia sendiri yang mau, berarti dia gak capek dong." Oma tersenyum, sepertinya putranya simpati kepada gadis remaja yang sudah mencuri perhatian nya lewat masakan.
"Oma Indira pulang duluan saja, bilangin sama Abang jika Indira duluan." Ketika hendak berdiri suara bariton menghentikan nya.
"Tidak perlu, saya sudah selesai, ayo saya antar." Ternya Allan yang sudah selesai pun berniat segera turun dan mengantarkan gadis itu pulang, tapi malah mendengar gadis itu menolak dan menyebutnya Abang membuatnya mengulas senyum tipis.
"Yasudah sana tuh Abang kamu udah siap." Oma sengaja menggoda Indira yang nampak salah tingkah menyebut kata Abang seperti sudah akrab saja. Padahal jika berdua dirinya memanggil tuan.
"Dira pamit dulu Oma." Mencium tangan Oma dan segera pergi menuju luar rumah karena merasa malu dengan Allan.
"Al, antar dia dulu mah." Allan mencium pipi Mama nya dan mengejar langkah Indira.
Mereka kini sudah berada didalam mobil, suasana jalan nampak sepi karena habis turun hujan dan keadaan masih gerimis.
"Sudah baikan kamu." Tanpa basi basi Allan bertanya.
"S-sudah tuan." Indira gugup sendiri entah mengapa.
"Kenapa tuan? bahkan kamu memanggil saya bisa Abang didepan Mama?" Tanya Allan sambil fokus menyetir.
'Lah ke geb gue,sok akrab sih loe dir.'
"Heee, maaf gak sengaja." Indira cengengesan menampilkan gigi putihnya yang rata.
"Baiklah Abang juga tidak terlalu buruk." Ucap Allan mengulas senyum tipis.
"Hah, apa?" Indira ngeblak karena terpesona melihat senyum tipis Allan. 'iss mata gue, kenapa senyumnya manis banget sih.'
"Panggil saja saya Abang." Ucap Allan dengan mata fokus kedepan, dirinya tidak melihat reaksi wajah gadis disebelahnya yang sudah seperti orang bodoh.
"Eh, m-maksudnya Abang Al?" Indira berkata lirih.
"Ya, tidak buruk." Allan mengamini.
Mobil Allan berbelok kehalaman rumah Indira yang ternyata sudah ada dua orang pria yang menunggu.
"Ck! mereka itu tau saja jika gue bawa duit." Indira bergumam pelan.
"Siapa mereka?" Tanya Allan yang melihat dua pria berpakaian hitam dan berbadan tambun.
"Hanya orang minta duit bang." Indira segera membuka pintu dan keluar dari dalam mobil, menuju rumah yang sudah ada penunggunya.
"Saya kira anda kabur nona." Pria berwajah brewok berkata ketika Indira sudah berdiri didepan nya.
"Loe kira gue penjahat, maen kabur." Indira mencibir malas.
"Sudah waktunya Anda membayar, jangan sampai anda meminta waktu lagi." Ucap pria satunya dengan nada mengancam.
Allan hanya diam dengan ekspresi datar, dirinya bukan orang bodoh yang tidak tahu apa yang mereka sedang bicarakan.
"Gue inget dan gak perlu gue minta waktu lagi." Indira mengeluarkan amplop putih yang Oma Lili berikan tadi, tanpa dia mengambil sepeserpun. Indira juga tidak tahu berapa jumlah isi amplop itu. Yang dia tau hanya perjanjian awal Oma akan membayarnya.
Pria itu membuka isi amplop dan nampak terkejut dengan isi didalamnya.
"Kenapa?" Indira yang sempat melihat raut wajah terkejut pria itu heran.
"Kalau nona membayar dengan nominal yang sama setiap bulan, maka hutang Anda akan cepat lunas." Pria itu lalu pergi meninggalkan mereka berdua.
Indira hanya mengernyitkan keningnya bingung, "Apa yang dimaksud mereka." Tidak mau berpikir dirinya langsung membuka kunci pintu rumah.
"Eh," Dirinya hampir ingin kembali menutup pintu tidak sadar jika Allan masih disitu. __Abang belum pulang?"
"Kenapa? apa aku tidak boleh masuk?" Tanya Allan.
"Ya,ya boleh." Indira mempersilahkan Allan masuk, dirinya mengambil minum kedapur untuk Allan.
Allan menyusuri pandangan nya kesegala penjuru rumah Indira, sederhana tapi terasa nyaman.
"Minumnya bang." Indira menaruh gelas berisi teh hangat.
"Hem," Allan hanya berdehem dan meminum teh yang dibuatkan Indira.
"Siapa mereka?" Allan bertanya hanya basa basi ingin tahu apakah gadis itu akan bicara jujur.
"Tukang nagih utang." Jawab nya cuek.
"Kamu punya hutang, kecil-kecil sudah pintar berhutang." Allan mencibir dengan senyum mengejek.
Indira melotot mendengar ucapan Allan. "Iss menyebalkan." Indira melengos dan pergi kedapur untuk membuat nasi goreng karena dirinya sudah merasa lapar.
"Gadis Labil dan aneh." Ucapnya yang melihat Indira pergi ke arah dapur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
minn
gw curiga jangan-jangan si bemo itu cucunya Oma lili
dan siap siaplah si Bemo jadi sad boy 🥺
2023-01-03
0
Bzaa
kyknya Al lupa kl mamahnya pernah cerita tth Indira😁
2022-12-01
1
Tuti Tyastuti
dira maen kasih ajj amplop ya gx di hitung dl
2022-11-26
0