"Mah, Masakan Mama tambah enak saja." Leina bicara disela-sela kunyahan nya.
"Iya Mah, Masakan Mama emang belum ada tandingan nya." Tambah Allanaro.
Lili hanya tersenyum melihat cara makan anak dan menantunya begitu lahap, seperti sudah satu Minggu tidak makan, bahkan Allan yang tidak pernah nambah makanan pun jadi ikut nambah.
"Bukan Mama yang Masak, tapi calon mantu Mama." Celetuk Lili kelewat santai dengan menyuapkan makanan kemulitnya.
Uhuk.
Allan langsung tersedak dan Leina langsung memberikan minum.
"Hati-hati Al."
Allan meraih gelas minum yang disodorkan kakaknya dan diteguk hingga setengah.
"Maksud Mama apa calon Mantu?" Tanya Allan bingung. Karena memang dirinya tidak punya kekasih, apalagi calon istri.
"Mama punya kandidat buat Allan?" Tanya Leina antusias.
"Masakan nya enak mah, kalo masih muda boleh juga jadi calon mantu cucu Mama." Rendy juga ikut-ikutan.
Lili hanya geleng kepala dan tersenyum melihat wajah anaknya yang menunjukan reaksi berbeda-beda.
"Dia masih muda, masih 18tahun dan masih sekolah." Jawab Lili santai.
"Hah???"
Semua nampak terkejut dengan jawaban Lili.
"Gadis Muda bisa masak seenak ini mah? Wah Fiks aku harus belajar ilmu masak sama dia." Leina bicara dengan antusias dan senang.
"Alah lagak kakak mau belajar masak, goreng telur aja gosong." Allan tertawa mengejek kakak nya.
"Makanya itu kakak mau belajar sama dia." Jawab Leina dengan mendengus sebal kearah Allan.
"Dia kerja disini bantu Mama mengurus kebun dibelakang, kasian dia udah jadi yatim piatu dan harus mencari uang untuk mencicil hutang."
Lili bercerita dengan menghela napas, kasihan melihat Indira, gadis cantik, baik dan pintar harus menghidupi biaya dirinya sendiri apalagi harus mencari uang untuk melunasi hutang.
"Kasian juga ya Mah?" Leina ikut prihatin.
Dan mereka melanjutkan makan dengan nikmat, bahkan sisa makanan diminta Leina untuk di bawa pulang.
...............................
Pagi ketika Indira keluar rumah untuk berangkat sekolah, sudah di suguhkan pemandangan yang bikin jantung tidak sehat.
"Bim, kok disini?" Indira heran kenapa pagi-pagi Bimo udah nangkring diatas motor didepan rumahnya.
"Jemput Ay, berangkat bareng ya?" Jawab Bimo santai, sambil menegakkan badan nya ketika Indira berdiri didepan nya.
"Tumben jemput gue?" Indira mengerutkan keningnya.
"Gak pa-pa pengen boncengin loe aja." Celetuk Bimo sekenanya.
"Halah, bilang aja loe kangen gue, pake ngeles kayak bajai." Canda Indira dengan menepuk pundak Bimo.
"Ah ketahuan gue" Bimo tersenyum manis mendengar ucapan Indira yang sebenarnya tepat sasaran.
"Omo... Senyum loe Bim, bikin adek meleleh?" Indira pura-pura Mleyot.
"Ck. Garing pujian loe. Buruan gih naik?" Suruh Bimo, yang sebenarnya sudah salting dan malu.
"Gue ambil jaket dulu ya, rok gua pendek Bim?" Indira yang hendak berbalik tangan nya di cekal oleh Bimo.
"Pake jaket gue nih." Bimo melepas jaketnya dan memberikan pada Indira.
"Loe gak pa-pa?" Tanya Indira setelah naik ke atas motor Bimo.
"Kagak."
Bimo segera menjalankan motornya menuju sekolah, dengan Indira yang nampak bahagia menikmati udara pagi, tangan nya ia lilitkan diperut Bimo, membuat sang empunya senyum sepanjang jalan dibalik helm nya.
Tidak butuh waktu lama untuk cepat sampai di sekolah, Bimo sudah memakirkan motornya diparkiran.
"Thanks ya Bim, udah jemput gue." Indira menyerahkan jaket Bimo.
"Hm, __Bimo menerima jaketnya, __Tar pulang bareng gua Ay." Ajak Bimo.
"Emm, kalo pulang gak bisa Bim, gue ada perlu soalnya." Indira menggaruk kepalanya yang tidak gatal, merasa tidak enak menolah ajakan Bimo. Tapi dirinya juga tidak ingin Bimo tahu jika dirinya bekerja hanya untuk melunasi hutang. Bimo sudah terlalu banyak membantu dirinya dan itu semua membuat Indira merasa tidak enak.
"Ay, loe gak lagi sembunyiin sesuatu dari gue kan?" Tanya Bimo dengan penuh selidik.
"Gak, gue emang lagi ada urusan Bim." Jawab Indira sesantai mungkin agar Bimo percaya.
"Tapi__" Ucapan Bimo menggantung ketika suara Kiki menyapa mereka.
"Hai Dira sayang, babang Bimo nya Kiki yang bikin meleleh, selamat pagi." Kiki berseru dengan gaya alay nya.
Kiki tidak sendirian dia datang bersama Arum dan dibelakang mereka ada empat cogan yang mengekor.
"Pagi Ki, Rum?" Untung ada mereka, selamat gue dari incaran Bimo' Dira bersyukur dalam hati.
"Pagi-pagi udah ada yang kangen-kangenan aja nih?" Raka bicara dengan merangkul leher Jingga, dengan satu tangan satunya dimasukan kesaku celananya.
"Ehem, ehem pak Ketu udah berani nih boncengin cewek." Guntur memainkan alisnya naik turun menggoda Bimo.
"Berisik loe pada." Bimo segera pergi diikuti Resa disampingnya.
"Lah si bos ngambek kek cewek lagi PMS." Celetuk Jingga.
Plak
"Aduh..sakit ogeb."
Raka menggeplak belakang kepala Jingga.
"lagak loe kek tahu rasanya PMS, Jing."
Mereka semua kini berjalan mengikuti langkah Bimo dan Resa yang sudah duluan.
"Lah cewek PMS kan emang suka sensi, ya gak Kiki Mariki." Jingga menoel bahu Kiki didepan nya.
"Iss, gak usah pengang-pegang pelangi." Ketus Kiki kesal.
"Cie cie... Kiki punya panggilan sayang buat Jingga." Indira dan Arum menggoda Kiki.
"Yee, kenapa pada rese sih!" Kiki yang kesal langsung nyelonong duluan berjalan cepat mensejajarkan langkah disamping Bimo.
"Bang Bimo Kiki yang ganteng, calon bini nakal tuh godain Kiki." Kiki mengadu pada Bimo.
Bimo tetap berjalan santai dengan tangan dimasukan disaku celananya.
"Yaah,, si Kiki suka ngadu Dir." Kata Guntur dengan tawa keras.
"Lah kek bocah ngadu ke bapaknya." Ucap Raka bertambah jahil.
Kiki menjadi emosi sendiri mendengar ejekan mereka, alhasil dirinya berbalik dan akan menyerang Raka dan Guntur.
Dan mereka bertiga yang kejar-kejaran dari halaman sekolah sampai ke koridor kelas menjadi pusat perhatian para siswa/i yang sudah ramai.
"Dasar bocah." Bimo berdecak, melihat kelakuan sahabatnya.
Dari mereka berada diparkiran para mata sudah menatap kagum melihat ketampanan anggota Bimo Cs, dan Bimo sendirilah yang paling mencolok untuk sedap dipandang.
Ada yang merasa iri kepada Indira Cs karena bisa bisa dekat dan akrab dengan Bimo Cs.
Ada juga yang merasa kesal dan tidak suka kepada Indira Cs, karena mereka centil dan sok cantik, mendekati para anggota Bimo Cs.
Flora yang kebetulan sedang berdiri didepan koridor kelasnya menatap Indira Cs dengan geram dan kesal, dirinya merasa semakin emosi karena Indira tidak mendengarkan ucapanya untuk menjauhi Bimo.
"Dasar cewek sialan, awas aja loe gue beri pelajaran." Ucap Flora geram dan berlalu pergi dengan diikuti dua sahabatnya.
"Masuk Ay." Bimo menyuruh Indira, dirinya mengantar sampai depan pintu kelas Indira, dan hal itu menjadi pusat perhatian oleh para murid yang sudah berada dikelas Indira.
"Hem, makasih." Indira segera mengandeng lengan Arum untuk masuk. sedangkan Kiki masih saja belum berhenti dari aksinya sampai membuat Raka dan Guntur minta ampun.
Bimo hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum tipis lalu pergi, diikuti Resa dan Jingga.
Sampainya di bangku tempat mereka duduk Arum bertanya.
"Dir, loe beneran udah jadian sama Bimo?"
"Jadian sih enggak, tapi Bimo pernah ngungkapin perasaan nya sama gue, tapi gue gak jawab, gue cuma bilang gue juga nyaman Deket sama dia." Jelas Indira.
"Gue belum mau mikirin pacaran Rum, banyak yang harus gue lakuin gue gak mau nanti bakalan nyakitin perasaan Bimo, dia udah terlalu baik sama gue."
Indira bicara dengan wajah sendu pikirannya hanya memikirkan bagai mana caranya agar dirinya bisa cepat melunasi hutangnya dan lulus sekolah. Dirinya ingin menjadi gadis yang kuat hidup sendiri membuatnya terkadang menjadi tak bersemangat, tidak ada tujuan hidup.
.
.
.
.
.
Like
Komen
Tinggalkan jejak kalian
Terimakasih🥰🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Astri
hmm nah ini yg bahaya hub gaje
2024-02-04
0
Astri
🤣🤣🤣🤣🤣
2024-02-04
0
Astri
ahahaha lope lopeee oma lili
2024-02-04
0