Indira melangkah menuju rumah yang terlihat paling mewah di gang itu, rumah yang bertingkat dua itu nampak ada para penjaga yang sedang bertugas.
"Ayo Aya loe pasti bisa." Dira menyemangati dirinya sendiri dan menatap sebuah map yang digenggamnya.
"Papa, Mama maafin Aya, ini semua Aya lakuin untuk kesembuhan Mama." Ucap Dira dalam hati. Karena dirinya sudah yakin dengan apa yang akan dia lakukan.
"Permisi..?" Dira menyapa kedua penjaga yang berdiri didepan rumah itu.
"Ada perlu apa." Seorang pria berbadan besar dan banyak tato, menjawab.
Dira sempat takut melihat tubuh pria itu seperti preman. "Saya ingin bertemu bos Anda?" Dira berusaha tenang padahal jantung nya sudah ingin lari maraton.
"Tunggu disini." Ucap pria itu.
Indira menunggu didepan teras, duduk disebuah kursi. "Tuhan semoga aku kesini tidak sia-sia." Dira bergumam dengan lirih.
Karena dirinya untuk pertama kali berurusan dengan seorang Rentenir. Karena tidak ada jalan lain lagi bagi Indira untuk mendapatkan uang dengan cepat.
"Ada perlu apa kamu mencari saya?!" Seorang wanita kira-kira usianya 40an tahun keluar dari dalam rumah dan langsung duduk di kursi sebelah Indira duduki.
"Nama saya Indira Mi, saya butuh uang untuk biaya rumah sakit Mama saya." Ucap Indira dengan tegas.
"Apa yang kamu punya sebagai jaminan?" Ucap wanita yang biasa terkenal dipanggil Mami Reta itu.
"Saya bawa surat rumah yang saya tempati." Indira menyodorkan sebuah map yang ia pegang yang berisikan surat rumahnya.
Mami Reta menerima Map yang disodorkan Indira, beliau menyuruh pria yang berdiri disebelah nya dengan isyarat tangan.
Pria itu hanya membisikan sesuatu kepada Mami Reta dan Mami Reta hanya mengangguk.
"Berapa yang kamu butuhkan." Ucap Mami Reta dengan menyalakan rokok ditangan nya.
"Seratus juta Mam." Indira menjawab dengan sedikit ragu dengan jumlah yang ia inginkan.
"Jek, ambilkan." Pria yang dipanggil Jak hanya menunduk dan lekas pergi untuk mengambil sesuatu yang diminta bos nya.
"Jika kau tidak bisa membayar cicilan nya, maka rumahmu akan menjadi milikku." Ucap Mami Reta tanpa melihat kearah Indira.
"B-baik mam, saya mengerti."
Jek datang membawa sebuah amplop coklat dan selembar kertas.
"Kau tandatangani perjanjian hutang piutang itu.. jika kau tidak membayar maka rumahmu saya sita." Ucap Mami Reta seraya memberikan selembar kertas perjanjian kontrak itu.
Indira mengambil kertas yang disodorkan dan membacanya, memang itu hanya perjanjian utang piutang, tapi bagi Indira ini adalah keputusan besar yang ia ambil.
Tanpa ragu Indira langsung meraih pena dan segera menandatangani surat itu, agar dirinya cepat pergi dari situ.
"Baik lah, kau hitung dulu uang nya." Setelah melihat tandatangan Indira Reta segera melemparkan amplop coklat yang berisikan uang keatas meja didepan Indira.
"Tidak usah saya percaya sama Mami, terima kasih kalau begitu saya permisi." Indira buru-buru pergi karena waktu sudah hampir gelap, dirinya juga harus segera pergi kerumah sakit untuk membayar biaya Mama nya.
......................
Indira sudah sampai di lobby rumah sakit, dirinya merasa lega karena sudah mendapatkan uang untuk ibunya dirawat. Meskipun mungkin dirinya akan kesulitan membayar cicilan pinjaman itu mengingat dirinya yang masih sekolah dan tidak memiliki pekerjaan. Tapi yang Indira yakini adalah membuat ibunya segera sembuh agar cepat keluar dari rumah sakit.
"Sus saya mau membayar atas nama ibu Nilam Cahya." Indira berdiri didepan meja Administrasi.
"Sebentar mbak saya cek dulu." Ucap suster yang berjaga.
"Atas nama ibu Nilam Cahya, semua biaya pengobatan nya berjumlah Sekian." Suster itu menyodorkan sebuah kertas tagihan yang harus Indira bayar.
"Ini sus uang nya." Indira memberikan amplop yang sudah ia siapkan.
Setelah menyelesaikan administrasi Indira segera pergi menuju ruang inap ibunya.
Ceklek
"Mama."
Nilam yang melihat putrinya datang langsung tersenyum karena dirinya sedang makan dibantu seorang suster.
"Biar saya saja sus yang menyuapi mama." Ucap Indira sopan.
"Kalau begitu saya permisi." Suster pun berlalu pergi.
"Mama Aya suapi ya?" Indira menyodorkan sendok yang berisikan bubur.
Nilam membuka mulutnya menerima suapan dari putrinya, "Kamu dari mana nak, kenapa baru sampai?" Memang Indira agak lama meninggalkan Mama nya, sehingga membuat Nilam cemas dan khawatir.
"Aya dari rumah, dan baru mengurus administrasi di depan." Jawab Indira dengan memberikan minum kepada Nilam.
"Kamu dapat uang dari mana Aya..?" Tanya Nilam dengan menatap Indira intens menanti jawaban.
"Aya, pinjem sama teman Aya mah." Jawab Indira berbohong. Biarlah dirinya berbohong asalkan Mamanya segera sembuh dan tidak berfikir dirinya mendapatkan uang dari mana.
"Kamu gak bohong kan Aya?" Nilam masih menelisik wajah putrinya mencari kebenaran lewat sorot mata Indira.
"Mana mungkin Aya bohong sama Mama__ Makanya Mama cepet sembuh biar bisa pulang kerumah." Indira menjawab dengan setenang mungkin, meskipun hatinya tidak tenang karena berbohong kepada Nilam.
"Baiklah Mama percaya sama kamu." Nilam tersenyum dan mengelus kepala Indira dengan sayang.
"Mama istirahat ya, biar cepat pulih, Aya kan jagain Mama disini." Indira membantu merebahkan tubuh Nilam, dan menarik selimut sampai batas dada Nilam.
"Hem.. terimakasih sayang."
"Mama adalah segalanya bagi Aya." Indira mencium kening Mama nya dengan sayang. Setelahnya berjalan menuju sofa kecil disudut ruangan.
"Maafkan Aya mah, Aya berbohong sama Mama, Aya hanya tidak ingin membuat Mama kepikiran. Bagi Aya kesembuhan Mama yang paling penting."
Setelah lelah seharian dan terlalu lelah berfikir akhirnya Indira terlelap sambil duduk disofa kecil itu.
Yang baru mampir kesini, jangan lupa mampir ke karya author satunya ya,, Yang berjudul CINTA TAK DIRESTUI. semoga karya author receh ini menghibur kalian.
like
komen
tinggalkan jejak kalian
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Irma Dwi
masih berlanjut ya thor
2024-09-18
0
¢ᖱ'D⃤ ̐Sri Wahyuni
tetap semangat dan sukses terus Thor
2023-01-11
0
¢ᖱ'D⃤ ̐Sri Wahyuni
semoga Dira dpt pekerjaan biar bisa byr cicilan rumahnya rentenir.. semangat Dira
2023-01-11
0