Part5

Pagi menjelang jam sudah menunjukan pukul 06:05.

Indira keluar dari kamar mandi sudah memakai seragam sekolah nya.

"Kamu sudah mau berangkat Nak?" Nilam yang baru bangun melihat putrinya sudah rapi dengan seragam sekolah nya.

"Iya mah, gak apa-apakan kalau Mama Aya tinggal." mendekat kesamping ranjang Nilam.

"Gak papa kamu sekolah yang rajin biar bisa mendapat biayasiswa lagi." Nilam mengelus lengan Dira dengan lembut.

"Mama tenang aja Aya pasti akan mendapatkan itu lagi." Indira mengecup kening Mama nya dengan lembut. "Yaudah Aya berangkat dulu, ada suster yang nemenin Mama ya."

"Hem, hati-hati sayang."

Setelah berpamitan Indira segera pergi berangkat ke sekolah.

......................

Sesampainya di Sekolah keadaan belum ramai karena jam masih menunjukan pukul tujuh kurang.

"Huff Laper, kantin dulu lah." Indira berjalan menuju ke arah kantin.

Bugh

Indira terhuyung kebelakang karena bahu nya ditabrak seseorang.

"Eh kalo jalan pake mata dong!" Bukanya minta maaf cewek itu malah marah.

"Ck. Loe kira gue buta mau nabrak loe." Ketus Indira menatap sinis gadis itu.

"Loe ya,_Menunjuk muka Indira dengan jarinya_ Jangan lagi Loe ganjen sama Bimo, karena Bimo milik gue!" Menatap Indira tajam.

Menepis jari Flora, "Bilang aja sendiri Sono sama Bemo sayang.." Indira sengaja menekan kan kata 'Bemo sayang' yang membuat Flora tambah geram.

"Loe jadi cewek gak usah ganjen deh..! Loe hanya manfaatin Bimo yang kaya kan!" Bentak Flora keras mengundang para siswa/i yang sudah datang memperhatikan mereka dan berbisik-bisik.

Indira yang dikatai demikian hanya tersenyum sinis menatap Flora tajam. " Kalo iya kenapa? bukan urusan loe juga, Bimo aja ngak masalah sama gue. Kenapa loe yang repot." Ucapan Indira menambah dada Flora bergemuruh karena kesal.

"Loe memang jal*ng!" teriak Flora dengan keras.

Indira masih santai, karena semua siswa/i sekolah juga tahu kelakuan Flora seperti apa. Flora siswi yang terkenal dengan sifat nya yang suka membuly dan menindas lawan nya yang merasa lemah dan suka mencari masalah dengan siapa saja. Tapi bagi Indira, Flora bukan lah tandingan nya karena bagi Indira tidak ada yang bisa menghina dan menindas nya.

"Jal*ng kok teriak jal*ng gak malu loe, dasar Minuman Floridina,_ menjeda ucapan nya,_Hanya tiga ribuan." Indira berucap dengan senyum remahnya dan berlalu pergi setelah melihat muka Flora bertambah merah dan garang.

"Indira siallan!!!!! awas aja loe!"

...................

"Lah tumben loe beb udah nangkring dikelas?" Tanya Kiki yang baru datang dengan Arum sudah melihat Indira dikelas, karena biasanya teman nya satu ini akan datang belakangan.

"Gue dari rumah sakit." Jawab Indira.

"Siapa yang sakit?, loe gak papakan? mana yang sakit?" Kiki heboh sendiri sebelum Indira menyelesaikan ucapannya.

"Loe kalo orang ngomong dengerin dulu bege."

"Aduh." Arum menepok kening Kiki dengan gemas.

"Iss kan aku takut kalo Dira lagi sakit, Arum ah sakit tau!" Ucap Kiki cemberut.

"Mama gue yang sakit, kemaren pas pulang sekolah Mama drop lagi." Ucap Indira sendu.

"Yang sabar ya Dir, Mama Nilam akan sembuh." Ucap Arum sambil merangkul pundak Indira.

"Iya jangan sedih gitu, kita sama-sama berdoa agar Mama Nilam cepat sehat." Ucap Kiki.

"Makasih ya kalian selalu ada buat aku." Indira bersyukur karena sahabatnya selalu memberinya dukungan dan selalu ada untuk dirinya.

"Jangan gitu kita kan sahabat yang akan selalu ada dalam keadaan sedih maupun senang." Arum berucap.

"Iya, kita sayang loe Dir." Kiki menimpali.

"Gue juga sayang kalian."

Dan akhirnya mereka bertiga berpelukan bersama.

Bagi Indira mungkin ini adalah ujian untuk dirinya agar bisa menjadi gadis kuat dan mandiri, menuntun dirinya menjadi pribadi yang kuat dan bersikap dewasa. Indira yakin Tuhan telah merencanakan sesuatu yang lebih indah dibalik keadaan yang sekarang menimpa dirinya. Dengan ada nya kedua sahabat yang selalu ada untuknya dan menyayanginya.