part 6

" Wiiihhhh... si miskin nih. Sanggup lo pada nonton di mari?" tanya Adhisti dengan tangan melipat di depan dadanya.

Mereka berempat tidak menghiraukan ucapan Adhisti. Adhisti yang mulai kesal karena merasa di anggap tidak ada pun mulai emosi.

" Hehh.. Rea lu ga cape apa temanan ma si miskin ini? Cuma di manfaatin doang, bayarin si benalu ini itu. Kalo gue sih ogah." Ucapnya

Rea yang mulai jengah pun akhirnya menjawab ucapan Adhisti.

" Kalo gue ngerasa ga keberatan gimana? Gue seneng-seneng aja tuh bayarin Mei, yang bayarin gue, yang keluar duit juga gue. Kenapa jadi lu yang sewot sih? Lu iri? Lu mau gue bayarin juga? Lu udah mulai miskin sekarang hahh?! " ucapnya

" What?! gue iri? gila aja... gue masih sanggup ya bayarin lu pada, kalo perlu gue bayarin juga 1 studio bioskop. " ucap Adhisti sombong.

Tia yang mendengar ucapan Adhisti pun, tetiba punya rencana mengerjainya.

" Waaahhhh..... para pengunjung bioskop studio 1,tiket kalian gratis. Ada wanita dermawan yang mau bayarin tiket kalian nih. " teriak Tia sambil menunjuk pada Adhisti dan ramailah suasana di tempat pembelian tiket. Sehingga membuat Adhisti mati kutu

" Makasih ya ka... udah bayarin tiket kita."

" Baik banget mba, jarang-jarang ada yang mau bayarin tiket gratis kaya gini loh mba."

Adhisti yang sudah di kerubungi banyak orang pun, akhirnya mau tidak mau membayar semua tiket. Niat ingin mempermalukan Mei, malah dia yang kena getahnya.

" Makasih ya sis, udah bayarin tiket kita" teriak Rea seraya pergi dan menarik tangan Teman-temannya.

" Sering-sering loh kaya gini ini, biar rejekinya ngalir terus " timpal Tia yang mengikuti Rea

Sedangkan Mei dan Sari hanya bisa tersenyum.

Adhisti yang kesal pun menghentakkan kakinya dan tak lama, datanglah Rega yang baru keluar dari toilet.

" Kamu kenapa beib? Ko kaya yang kesel gitu? " tanya Rega

" Kamu dari toilet aja lama banget, ini kerjaan si miskin sama temen-temennya. Ia ngerjain aku buat bayarin tiket satu studio coba." adu Adhisti

" Ko bisa?! dimana mereka sekarang? " tanya Rega

" Udah ah hayu kita pulang aja, udah ga mood aku di sini. " ucap Adhisti kesal

" Huft... ya udah ayo" ucap Rega

Mereka pun berlalu pergi.

Setelah film habis 4 sekawan pun, berlalu mencari mushola karena waktu maghrib sudah mau habis.

" Kamu ga shalat Mei? " tanya Tia

" Aku datang bulan nih, ada yang bawa pembalut ga? " tanyanya

" Ada nih ka" ucap Sari seraya menyodorkan pembalut miliknya.

" Wiihhh... emang penyelamat kamu Sar, ya udah selesai aku pake pembalut,aku tunggu di kafe biasa ya. Kalian beres shalat susul aku ke sana." ucap Mei segera masuk toilet.

Setelah selesai memakai pembalut, ia pun bergegas pergi ke tempat tujuannya tadi. Ia pun duduk di tempat yang kosong dan memesan minuman terlebih dahulu, karena yang lain akan kembali setelah shalat isya. Mei pun menunggu sambil mendengarkan musik memakai headset nya.

Tanpa ia sadari, ternyata ada yang memperhatikannya sedari kejadian di bioskop tadi. Pria itu penasaran dengan kalung yang di pakai oleh Mei. Sebenernya saat kejadian di lampu lalu lintas, ia sangat penasaran. Namun ia tidak berani menanyakannya. Well... ternyata yang memperlihatkan Mei adalah pria yang tak sengaja menabrak Mei saat di lampu lalu lintas.

Karena penasaran, ia pun mendekati Mei.

" Sunny... " panggilnya, namun Mei tak mendengar pria itu karena sedang mendengarkan musik. Dan pria itu pun menepuk pundak Mei. Mei yang sedang fokus membaca novel sembari mendengarkan musik di ponselnya pun terkejut dan dengan refleks berdiri dan berbalik seraya menendang perut pria itu. Sehingga pria terjatuh ke belakang.

Keributan pun terjadi, karena para pelanggan pun pada kaget.

" Astaghfirullah... maaf maaf bang. Saya ga sengaja, tadi saya reflek.Abang ga apa-apa? " tanya Mei seraya membantu pria itu berdiri.

"Sunny .. " ucap Pria itu pelan

Mei yang merasa tak asing dengan panggilan itu pun langsung menatap wajah pria asing itu, mereka sempat terdiam saling menatap.

" Kamu... siapa kamu, kenapa bisa tau panggilan kecilku?" ucap Mei mundur

Sunny adalah nama panggilan kesayangan dari kedua orangtuanya. Karena pembawaan Mei yang ceria, kedua orangtuanya pun memanggilnya Sunny. Dan ada 1 orang lagi yang memanggilnya seperti itu ,' ka Yash'... Mei membulatkan kedua matanya.

Mei pun mundur dan menutup mulut dengan tangan kanannya.

' Tidak... tidak mungkin dia ka Yash, bunda bilang ka Yash sudah pindah ke luar nagreg, eh negri' gumamnya pelan.

" Sunny.. kamu sunny kan? ini kaka... kaka Yash mu" ucap pria itu.

" Maaf... saya tidak mengenal anda" ucap Mei seraya mengambil tasnya dan hendak melangkah pergi. Namun langkahnya terhenti saat pria asing itu memegang lengan Mei.

" Apa kamu tidak merindukan kaka? Kaka sangat merindukanmu Sunny. Kaka kemarin ke rumah keluargamu yang dulu, namun orang sekitar bilang kalian sudah pindah bertahun-tahun yang lalu." ucap Pria itu menarik nafas dan menghembuskannya pelan.

" Maaf... maafkan kaka tidak ada saat kedua orang tuamu meninggal. Maaf" ucapnya lagi

Mei yang mendengar kedua orangtuanya di sebut pun, sekuat tenaga menahan air matanya.

" Cukup... saya tidak mau dengar apapun, sebaiknya anda kembali pergi menjauh dari kehidupan saya. Saya sudah merasa lebih baik selama ini. " jawab Mei tetap membelakangi pria itu.

" Mei... " panggil Rea aga berteriak, Mei pun menepis tangan pria asing itu dan segera menghampiri Teman-temannya.

" Ayo kita pulang, kita makan di rumah saja." ajak Mei tetap menunduk, karena tidak mau ketahuan Teman-temannya bila sekarang ia sedang menangis.

Mereka yang mengerti Mei pun mengiyakan ajakan Mei.

" Oya.. kalian menginap di rumah ya. Aku ke mobil lebih dulu, ayo Sar! " ajak Mei pada Sari, Sari pun mengikuti Mei dari belakang.

Sedangkan pria asing itu menatap nanar kepergian Mei..

Ia merasa bersalah karena pergi tanpa berpamitan dan memberi kabar selama ini. Namun itu semua demi Mei, ia ingin memantaskan dirinya, walau keluarga Mei tidak peduli dengan keadaan keluargany. Namun ia tetap merasa malu dan kebetulan kedua orangtuanya harus segera kembali ke Jerman karena kakek Edrick sakit parah.

Walau janji masa kecil, namun Edrick tetap mengingat dan meyakini semua itu.

Flashback

Dulu Edrick dan Mei adalah tetangga, saat itu Mei berusia 7 tahun dan Edrick berusia 11 tahun.

Mereka setiap hari bermain bersama, Edrick yang usianya lebih tua dari Mei. Selalu menjaga dan melindunginya.. lambat laun perasaan Edrick bukan sekedar perasaan sayang seorang kakak pada adiknya, namun ia merasakan perasaan sayang seorang pria pada wanitanya.

Mei yang bersifat ceria juga mempunyai jiwa sosial tinggi sedari kecil, mampu menembus hati Edrick.

Kedua orangtuanya dan orangtua Mei, selalu mengatakan kalau mereka harus menjadi suami istri kelak.....

Terpopuler

Comments

nurliana

nurliana

Ooh gitu toh cerita na, cinta masa kecil hhmm

2024-03-01

1

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

moga jodoh mu Mei

2023-12-13

1

Bernadeth Meilan

Bernadeth Meilan

tmn kecil

2023-02-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!