Kami terbangun pukul sepuluh pagi. Karena, aku baru tertidur pukul tiga malam.
Chandra pun terlihat masih bermalas-malasan. Ia masih berguling-guling di atas tempat tidur, dengan mata yang sesekali terpejam.
Sedangkan kak Anisa, ia tengah repot memancing pompa air di pojok kos-kosan ini.
Nikmatnya bangun siang, meski aku tahu aku berdosa karena melewatkan ibadah subuhku. Biar nanti aku menggabungkannya, jika waktu tengah hari tiba.
Setelah sekian lama, aku baru merasakan kembali bangun di siang hari seperti ini.
Aku ke luar dari kamar ini, dengan masih menggunakan pakaianku yang semalam. Kerudung instan ala rumahan pun, kini aku kenakan kembali.
Aku harus mencuci pakaian ini, agar esok nanti bisa aku gunakan lagi. Mandi sore pun, aku harus sekalian mencuci pakaian yang aku kenakan sekarang. Agar sorenya, aku bisa menggunakannya lagi. Begitu terus siklusnya, sampai aku memiliki koleksi pakaian lain.
Kos-kosan ini, pada lantai bawah terdapat empat kamar. Di lantai dua pun, terdapat empat kamar.
Kamar kak Anisa, berada di urutan kedua. Bang Lendra yang semalam menjadi pembahasan, ia penghuni kamar di urutan pertama. Sedangkan, kamar bang Dendi berada di urutan ketiga.
Urutan ke empat, tepat di bawah tangga. Yang semalam menjadi tempat nongkrong para pemuda, tentunya salah satu pemuda tersebut pemilik kamarnya. Setahuku nama pemuda pemilik kamar tersebut, adalah Rendi. Banyakan penghuni di sini, bekerja sebagai buruh pabrik dan jasa.
Bang Dendi, ia bekerja sebagai fotografer. Kak Anisa, ia memiliki grup musik yang sering diundang pada acara pernikahan. Namun, jika tidak sedang musim pernikahan. Kak Anisa mencari nafkah, dengan menjadi penyanyi cafe dengan grup musiknya. Kalau tentang bang Lendra, aku kurang tahu pasti. Tapi mereka mengatakan, bahwa penghuni yang akrab dengan mereka itu bekerja sebagai supplier.
Aku mengetahui ini semua, dari cerita kak Anisa dan bang Dendi semalam. Mereka banyak bergurau denganku, aku merasa bisa lepas tertawa pada malam tadi.
Ternyata seperti ini rasanya kebebasan.
"Udah ngalir, Dek. Dibuka kerannya!" pinta kak Anisa, ia masih menutup tabung penampungan air tersebut.
Aku segera berlalu ke kamar mandi, membuka keran air tersebut.
"Aku punya banyak koleksi daster. Pakailah yang cocok di badan kamu, Dek." aku hanya bisa mendengar suara kak Anisa, karena aku berada di dalam kamar mandi.
Aku ke luar dari kamar mandi, melihat kak Anisa yang tengah bermain ponsel sembari merokok di luar ruangan.
Chandra terpejam kembali, anak itu rupanya masih mengantuk.
"Kak, aku mandi sama mau sekalian ngucek baju dulu ya? Apa Kakak punya sikat gigi lain? Aku tak bawa peralataan mandi sama sekali." aku sudah merasa akrab dengannya.
"Ada sikat gigi sih, tapi yang murahan." kak Anisa masuk, ia berjalan menuju rak gantung di sebuah sudut ruangan.
Ia memberikan sikat gigi baru padaku, "Gantian, mumpung Chandra masih tidur."
Aku mengangguk, kembali masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Karena semalam, aku tidak sempat untuk mandi.
Aku takut Chandra terbangun dan mencariku. Apa lagi, terdengar suara kak Anisa. Saat aku beraktivitas di dalam kamar mandi ini.
Aku bergegas, untuk menyelesaikan ritual mandiku. Kemudian, mengucek pakaian yang aku kenakan tadi.
Huh...
Aku baru teringat, aku tak membawa kerudung lain. Malah kerudung yang tadi aku kenakan, telah aku cuci.
Ya sudahlah, yang penting aku tidak ke luar kamar ini.
Aku ke luar dari kamar mandi, dengan mencangking ember kecil berisikan pakaian yang telah aku cuci.
Aku terdiam, dadaku berdegup kencang. Saat melihat di tempat tidur yang Chandra tiduri, terdapat punggung lebar yang memiliki tatto tanpa menggunakan baju.
"Ayolah, Bang." suara kak Anisa yang terdengar manja, sepertinya ia tengah merayu laki-laki itu.
Aku yakin itu bukan bang Dendi, karena laki-laki ini memiliki kulit yang berwarna sawo matang. Bukan kuning bersih, seperti kulit bang Dendi.
"Sana mintain kuncinya dulu! Ngantuk berat, Dek." suara laki-laki tersebut terdengar lembut memberat.
Dari belakang lemari pakaian plastik, yang menjadi penyekat antara dapur dan kamar ini. Aku bisa melihat kak Anisa berbaring berhadapan dengan laki-laki itu, dengan kakinya yang naik ke atas kaki laki-laki itu. Sepertinya, Chandra berada di tengah-tengah mereka. Karena posisi kak Anisa berhadapan, dengan laki-laki tersebut.
Aku takut mengganggu kemesraan mereka. Aku takut mengganggu aktivitas mereka.
"Udah mandinya?" sepertinya kak Anisa bisa melihat aku yang bersembunyi di sini.
"Udah, Kak." jawabku malu-malu.
Mataku melebar, karena laki-laki itu bangkit dan berjalan melewatiku.
Aku langsung menutupi rambutku yang basah, dengan tanganku. Aku tidak terbiasa, memamerkan rambutku pada orang lain. Apa lagi, dia seorang laki-laki.
Saat laki-laki tersebut sudah berada di kamar mandi, aku melangkah cepat meninggalkan dapur minimalis tempat aku berdiri ini.
"Maaf ganggu, Kak. Kakak punya kerudung?" tanyaku yang masih mencangking ember.
Kak Anisa bangkit, ia membenahi daster modern yang sedikit tersingkap memperlihatkan pahanya.
"Adanya pashmina. Kek bahan menerawang gitu, ada talinya di sini." kak Anisa menunjuk dagunya.
"Boleh pinjam, Kak? Aku cuma punya satu kerudung soalnya."
Ia mengangguk, kemudian menuju ke lemari plastiknya.
Satu helai kain berwarna hitam, ia berikan padaku. Detik itu juga, aku mendengar suara pintu kamar mandi terbuka.
Cepat-cepat aku mengenakan hijab milik kak Anisa, karena takut rambutku dilihat olehnya.
Laki-laki itu begitu cuek, ia berbaring kembali di atas tempat tidur tanpa ranjang tersebut. Sembari memeluk Chandra, yang masih pulas dalam posisi miring.
"Jemurnya di sini aja, di tempat bang Lendra. Biar cepat kering." kak Anisa sudah berada di ambang pintu saja.
Aku berjalan menuju ke luar, untuk melihat tempat yang kak Anisa maksud.
Aku mengangguk, berjalan ke sebelah kiri dari kamar kos kak Anisa.
"Kuncinya hilang atau gimana, Bang?" aku bisa mendengar suara kak Anisa, karena ia masih berdiri di ambang pintu.
"Lupa taruh, kau ambilakanlah dulu sama yang punya kos. Kalau udah ketemu, nanti Abang balikin lagi kuncinya." suara laki-laki tersebut terdengar stabil dan lembut, meski dengan suara khas laki-laki.
Aku jadi teringat caranya Ghifar bertutur kata.
"Sini, sama beli sarapan."
Aku sudah tidak tahu kelanjutan percakapan mereka, karena kak Anisa kembali masuk ke dalam kosannya.
Aduh, sebenarnya siapa sih dia?
Aku jadi tidak nyaman berada di dalam kos-kosan milik kak Anisa.
"Dek... Aku mau ke luar dulu ya? Awas Chandra barangkali bangun. Di dalam ada bang Lendra, baru balik dia. Lupa simpan kunci kamarnya, jadi gak bisa masuk." jelas kak Anisa, sembari melangkah pergi menuju gang sempit yang semalam kami lewati.
Ohh, jadi itu bang Lendra itu?
Laki-laki yang dibicarakan semalam, karena dikenal royal pada kak Anisa dan bang Dendi.
Bang Lendra asli Makassar, tetapi ia merantau ke sini. Ia bekerja di salah satu pabrik di dekat sini, yang bergerak pada bidang suplai rempah-rempah di seluruh daerah bahkan mancanegara.
Ia sering mengunjungi kota, memang hanya hitungan hari. Tapi membuat kos miliknya terlihat selalu kosong, karena ia menggunakan kos ini hanya untuk beristirahat. Meski begitu, ia tetap membayar rutin setiap bulannya. Hanya itu yang aku ketahui.
Aku bergegas, karena mendengar rengekan Chandra.
"Sssstttttt....." terlihat di mataku, bang Lendra mengipasi Chandra dengan sebuah kertas. Matanya terpejam, dengan Chandra juga.
Aku sedikit takut pada bang Lendra itu, karena ia memiliki beberapa tatto di tubuhnya. Jika menurut penglihatan mataku, tatto yang ia miliki berada di punggung dan leher.
Aku jadi tidak enak untuk berbenah, atau sekedar membereskan kos milik kak Anisa. Karena kehadiran laki-laki asing di sini, membuatku begitu canggung.
Apa lagi, laki-laki tersebut tidak ramah seperti bang Dendi. Aku malah takut sendiri padanya.
"Dek....
...****************...
Jangan di dalam ruangan berdua-duaan.. Gak semua laki-laki kek Ghifar loh 😅 bahkan Ghifar sama Kin buas kali.
Lanjut up jam 3 sore ya, Kak 😁🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 470 Episodes
Comments
Lisa Z
satu bangunan,boleh cewek boleh cowok y
2022-03-22
0
Lisa Z
halo ka, lanjut baca buat dukungan dari aku di minggu ini
2022-03-22
0
Edelweiss🍀
Terkadang apa yg kita lihat belum tentu benar🙄
2021-11-22
2