Aku sudah dalam perjalanan. Sudah dua puluh jam, aku duduk dengan tidak nyaman. Aku ingin buang air kecil, tetapi sepertinya bus ini tidak ada tanda-tanda untuk berhenti lagi.
Aku tak memiliki bekal makanan sama sekali, untungnya Ghifar masuk kembali ke dalam bus. Untuk memberikan air mineral dan beberapa roti.
Aku sangat berterima kasih, karena masih mendapat belas kasih dari orang-orang terdekatku.
Chandra belum makan sejak siang. Ia hanya aku beri ASI dan roti dari Ghifar saja. Ketika bus berhenti pun, itu tidak lama. Chandra pun, tak mungkin aku beri makan mie dalam cup seperti yang aku beli.
Bus ini berhenti sejenak kembali, tetapi hanya untuk menaikan penumpang kembali.
Bangku di sebelahku, diisi oleh ibu-ibu dengan barang bawaan yang banyak. Chandra sampai terlihat begitu tidak nyaman, dengan rengekan risihnya.
"Sabar ya, Nak. Bentar lagi sampai kok." aku tersenyum pada Chandra yang tengah menatap wajahku.
"Nen aja ya?" aku membenahi pakaianku, agar bisa menyusui Chandra kembali.
Chandra dengan cepat mencaplok pucuk dadaku. Matanya langsung terpejam, dengan mulut yang bergumam.
Aku paham, ia tengah tidak nyaman dan bosan. Untungnya, ia tidak menangis heboh.
Enam jam kemudian, pintu bus dibuka kembali. Kondektur mengatakan, bahwa kami telah sampai di terminal Padang.
Aku segera menggendong Chandra dengan benar, tak lupa dengan membawa tasku.
Aku turun, berjalan mencari toilet di terminal ini.
Hah?
Aku melihat jam dinding di suatu tempat terbuka, mungkin itu sebuah tempat istirahat para supir.
Waktu sudah menunjukkan jam sebelas malam.
Aku harus ke mana lagi?
Aku bingung seorang diri, dengan melangkah ke suatu sudut yang memiliki plang bertuliskan toilet.
Setelah buang air kecil, aku mengganti diapers Chandra yang sudah penuh.
Lalu, aku melangkah ke luar kembali.
Ke mana aku harus melangkah?
Aku menoleh ke kanan dan ke kiri seperti orang bodoh.
"Angkot terakhir nih. Udah malam, udah malam." aku yakin, dia juga seorang calo.
Aku sering melihat orang yang berteriak di terminal seperti ini, pada serial drama Preman Pensiun.
Aku berdiam diri, memperhatikan angkot berwarna merah yang berada di depan mataku.
Jika aku naik, angkot ini akan membawaku ke mana?
Aku harus bermalam di tempat yang aman. Setidaknya, mushola atau masjid mungkin. Biar esok, aku mencari tempat tinggal yang terjangkau.
"Ayo, Kak. Hampir tengah malam nih, kasian bayinya." seru supir, yang berada di dalam angkot ini.
"Hei, Kak." aku menoleh ke arah pintu masuk angkot.
Terlihat wanita berdandan cantik, tanpa mengenakan hijab. Ini bukan provinsi tempat aku tinggal kemarin, di mana wanita diwajibkan memakai penutup kepala. Ia duduk tepat di hadapan pintu mobil tersebut, sembari memperhatikanku dengan lekat.
"Mau ke mana, Kak? Kasian itu bayinya."
Aku langsung menunduk, untuk melihat Chandra.
Chandra tidak apa-apa, ia asik melihat lampu-lampu kendaraan yang berlalu lalang.
Aku hanya tersenyum padanya. Aku pun tak tahu tujuanku, bagaimana aku akan menjawab pertanyaannya?
Tanpa disangka, wanita itu turun. Ternyata ia mengenakan dress selutut berwarna hitam mengkilap, dengan hiasan bunga-bunga sederhana. Ia pun mengenakan switer rajut, mungkin karena lengan dress-nya pendek.
"Kakak mau ke mana? Udah malam ini, kasian bayinya. Tujuannya ke mana? Nanti aku carikan angkotnya."
Jangan menilai orang dari penampilannya, Canda. Orang bertatto saja, bukan berarti mereka kriminal.
Aku tersenyum ramah padanya, "Aku baru di sini, Kak. Aku belum punya tujuan." ungkapku jujur.
Dia manggut-manggut, "Dari Aceh ya?"
Apakah aku terkenal?
Apakah ibu mertuaku memposting anak dan menantunya?
"Logatnya kentara. Jadi mau ke hotel atau ke rumah saudara? Coba mana alamatnya? Biar aku carikan angkot atau bus." ia menyodorkan tangannya.
Perkiraanku salah. Aku kira, ia mengenalku karena wajahku dikenal orang-orang.
Ternyata, dari cara berbicaraku rupanya.
"Hotel kelas bawah mungkin, Kak. Di mana ya?" mungkin aku harus menginap di malam ini. Meski jelas uang ini tak akan cukup untuk hari-hari seterusnya.
Aku begitu egois, jika tidak mendapatkan tempat tidur nyaman untuk Chandra.
Ia mengerutkan keningnya, memperhatikan aku dari atas sampai bawah.
"Kenapa ya, Kak?" aku memberanikan diri untuk bertanya.
"Ikut saya aja ya, Kak? Besok, biar aku temani. Kasian bayinya, aku gak tega liatnya." ia menyentuh pipi anakku.
Padahal Chandra tidak apa-apa.
Chandra hanya menoleh ke kiri dan ke kanan, sesekali menggosok wajahnya karena ia baru bangun tidur.
"Apa tak ngerepotin, Kak?" aku sebenarnya ragu, saat ia menawariku untuk ikut dengannya.
Aku khawatir, ia membawaku ke tempat prostitusi.
"Gak kok, Kak. Kan aku nawarin diri. Ayo naik, gak jauh kok kos aku dari sini."
Mendengar nama kos-kosan, membuatku semakin memikirkan yang tidak-tidak.
"Apa...." aku ragu untuk menanyakannya.
"Apa bagaimana, Kak?" ia terlihat bingung.
Wanita ini begitu cantik, menurutku. Apa lagi, kulitnya yang berwarna kuning sehat. Terlihat begitu manis, dipadukan dengan pakaian berwarna hitam itu.
"Kakak dari mana?" aku takut menyinggung perasaannya.
Ia tersenyum sendu, lalu ia menundukkan kepalanya. Apa ia tersinggung? Tapi bukan maksud hati aku menyinggungnya. Aku hanya ingin menjaga diri saja.
"Aku penyanyi caffe, Kak. Aku abis pulang kerja, ini mau pulang ke tempat kos."
Oh, pantas saja pakaiannya seperti akan pesta.
Aku tersenyum manis padanya, "Maaf ya, Kak? Jangan tersinggung." aku menyentuh lengannya yang terlapisi switer.
Ia mengangguk, "Gak apa, Kak. Aku sering kok disangka begitu. Aku cuma kasian sama bayi Kakak aja, dia butuh istirahat. Gosok-gosok wajah terus dia, pasti dia ngantuk Kak." jelasnya kemudian.
Aku menunduk, memperhatikan wajah Chandra. Mengantuk? Pastinya.
Jam tidur Chandra, masih terbilang banyak. Ia seperti aku, saat mengandungnya. Chandra suka tidur.
Pada siang hari, Chandra tertidur selama enam jam dalam pembagian tiga waktu. Jamnya tidak menentu, tapi waktu tidurnya memang kurang lebih enam jam. Jam sembilan malam pun, ia sudah mengantuk berat. Lalu bangun pada waktu enam pagi.
"Ayo mari, Kak. Jangan terlalu banyak mikir, kasian bayinya."
Chandra melongo saja, memperhatikan wajah wanita muda tersebut.
Sepertinya ia seumuran denganku, hanya saja ia terlihat dewasa. Karena wajahnya full make up.
Aku mengangguk, mengekorinya untuk masuk kembali ke dalam angkot. Yang masih menunggu penumpang tersebut.
Sebenarnya, aku tidak yakin. Tapi aku termakan ucapannya, yang mengatakan kasihan pada Chandra.
Aku tidak bisa menolak, jika sudah alasannya tentang anak.
"Ini jalan Anak Air, Kak." ucapnya membuka obrolan.
Aku mengangguk, "Kakak asli sini?" tanyaku kemudian.
Ia tersenyum, kemudian menggeleng samar.
"Bukan, aku asli Jawa. Cuma, memang terdampar di pulau Sumatera ini." ungkapnya dengan terkekeh kecil.
"Wah.... Sama dong." aku merasa memiliki teman satu pulau, setelah sekian lama.
"Aku pun dari Jawa, cuma kemarin ikut mertua di Aceh."
Kendaraan ini mulai berjalan perlahan.
"Di mana Jawanya, Kak? Aku di Yogyakarta. Oh, iya. Kenalin, Kak. Aku Anisa Rahmaniar, Kakak dengan siapa?" ia orang yang begitu ramah.
"Aku Solo, Kak. Aku Canda Pagi Dinanti."
Dia melongo, saat mendengar namaku disebut.
"Panggil aja Canda." jelasku dengan tersenyum.
"Ok, Kak. Ehh, bentar lagi sampai." ia menyentuh punggung tanganku.
"Depan, kiri!" serunya dengan menghadap ke depan.
"Ini, Kak." aku menyerahkan uangku padanya.
Ia menolak uang milikku, "Ini aja, Kak. Sekalian."
Aku melihat uang pecahan sepuluh ribu, yang ia berikan pada supir angkot.
Lalu aku mengikuti langkah kakinya, yang melangkah di sepinya malam hari ini.
Setelah kami melewati gang kecil, aku dibuat kaget dengan para pemuda yang nongkrong di suatu sudut.
Tempat apa ini? Kenapa banyak laki-laki di sini.
...****************...
Mohon maaf sebelumnya, jadwal up ada sedikit perubahan. Tetap up dua kali, hanya saja waktunya dibagi menjadi dua. Up pertama, rilis jam delapan pagi. Untuk yang keduanya, rilis jam delapan malam. Ini dalam rangka, Author gak punya tabungan naskah 🤭 Harap maklum ya Kak 😁🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 470 Episodes
Comments
Lisa Z
jejak dulu ya kakak
2022-03-13
1
Edelweiss🍀
semoga yg nolong beneran org baik yah thor
2021-11-22
2
khair
semoga gk dicelakakan si Canda
2021-11-20
2