Virus mengendarai mobilnya dengan kecepatan 280km/jam di jalan tol itu. Dia benar-benar membuat Moza ketakutan di dalamnya terutama saat tol itu berbelok.
Kedua tangannya menggantung pada pegangan atas dekat pintu mobil. Ia mengeratkan genggamannya seraya menutup matanya.
Virus tertawa melihat Moza kemudian iapun melambat dan melaju seperti biasa dengan santai. Wanita itu mulai membuka matanya ketika dirasa kecepatan itu berkurang.
"Kalau kau ingin membunuhku bunuh saja, dor! jangan menyiksaku seperti ini!" Pekik Moza yang marah, dia sama sekali tidak bercanda. Ada rasa trauma mendalam karena kecelakaan mobil yang pernah ia lalui hingga menewaskan Ayahnya.
Terlihat wanita itu berpura-pura tegar namun dipelupuk matanya ada linangan air mata dan tubuhnya gemetar. Moza menyeka air matanya. Keluar dari tol, Virus menepikan mobilnya dan menenangkan Moza.
"Maaf aku tidak tahu jika kau ketakutan. Aku hanya iseng," ucap Virus.
"Aku trauma jika berada didalam mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi, aku masih ingat kecelakaan yang menimpa keluarga ku hingga Ayahku tewas dan Ibuku cacat," Moza semakin menangis kemudian ia menyeka air matanya dan kembali melupakan itu.
"Sudahlah, ayo kita ke lapangan tembak," ajak Moza kemudian.
"Cih dasar wanita ini, dia pandai merubah suasana hatinya," batin Virus.
Selama perjalanan mereka lebih banyak diam. Virus tidak terlalu suka berbicara dengan orang lain kecuali dengan gadis yang saat itu memikatnya.
Sesampainya ditempat tujuan, Virus menuju tempat pendaftaran dan mengambil beberapa senjata disana, mereka pun masuk. Virus mengenalkan beberapa jenis senjata yang ada dalam brosur dan senjata yang mereka sewa saat itu.
"Pegang ini," ucap Virus seraya menyerahkan pistol pada Moza.
"Lalu bagaimana pegang pistol yang benar?" Tanya Moza
"Pegang pistol pada bagian belakang dengan tanganmu yang lebih dominan . Tangan dominan harus ditempatkan lebih tinggi dengan pegangan belakang, bagian belakang pegangan pistol dengan ibu jari memegang ke arah dalam tabung. Jari tengah, manis, dan kelingking harus mengikat melingkari bagian luar dan depan pegangan,"
"Jari telunjuk harus berada di luar bagian pengaman pelatuk. Posisi ini memberikan kekuatan pengungkit maksimal terhadap pistol. Ketika kau menembakkan pistol, itu akan menyentak ke belakang, dan kekuatan pengungkit yang baik sangat penting untuk menjaga kestabilan tangan,"
Moza memperhatikan ucapan Virus dan berkata," Seperti ini?" Tanya Moza.
"Hemm tanganmu ini harus lurus ke depan," ucap Virus
"Lalu tempatkan tangan nondominan pada pegangan yang belum tertutup. Tangan nondominan merupakan tangan pembantu, dan caramu menempatkan tangan ini akan menambahkan bantuan dan kekuatan pengungkit terhadap hentakkan saat kau menembakkan pistol,"
"Tempatkan tangan pembantu setinggi mungkin di sekitar pegangan. Keempat jari harus berada di bawah bagian pengaman pelatuk, dan jari telunjuk harus menekan bagian bawah luar dengan kuat. Ibu jari harus mengarah ke depan dan bertemu dengan ibu jari yang lain dari sisi lain pistol," ucap Virus dengan sedikit cepat
"Astaga bisakah kau ulangi ucapanmu, jangan terlalu cepat," ucap Moza
Virus kemudian bergerak kebelakang dan mendekati Moza, kedua tangannya membantu membetulkan pegangan wanita itu, mereka sangat dekat. Bahkan Moza sampai mendengar suara napasnya.
"Kau harus membidiknya dengan menggunakan mata yang paling dominan juga, pistol memikiki pembidik depan dan belakang, lalu sejajarkan," jelas Virus seraya menunjuk tiang pistol depan dan belakang.
"Fokuskan mata pada pistol, lalu bidik target. Kau harus berdiri dengan kaki yang menapak kuat pada tanah dan menunjuk ke arah target. Kaki mu harus dilebarkan selebar bahu, dan lutut harus sedikit menekuk,"
Kali ini Virus semakin dekat seperti seakan-akan dia memeluk Moza, wanita itu tidak mendengar dengan baik karena jantungnya berdegup kencang sedari tadi.
"Sekarang mulailah untuk menarik pelatuknya. Jangan lupa untuk membuka kuncinya terlebih dahulu. Kau siap, ingat fokus pada target dengan melihat ujung pistolnya," ucap Virus kemudian mulai memundurkan langkahnya menjauh dari wanita itu agar mempunyai ruang untuk menembak.
Dor Dor
Moza terkejut dengan suara pistol dan juga tekanan pistol itu hingga membuatnya tersentak kebelakang. Virus menangkap dirinya yang hampir terjatuh.
"Tidak apa, permulaan mu cukup baik, kau mengenai sasaran meski berada dipinggir," puji Virus.
"Benarkah, Aku mengenai target itu," Moza terlihat kegirangan hingga melompat-lompat kecil.
"Hey hey, kau belum mengunci pengaman pistol itu," Virus memperingatkan.
"Maaf Aku terlalu bersemangat," ucapnya.
"Ulangi posisi menembak seperti tadi, tarik napas dan buang napas mu lalu tahan,"
Bodohnya Moza mengikuti perintah Virus dengan menahan napasnya.
"Huh bisa-bisanya aku mengikutimu,"
"Haha,"
Virus tertawa lepas, sepertinya dia sudah mulai merasa nyaman dengan Moza.
"Oke ulangi lagi ya, jika kau bisa mengenai target tepat di lingkaran tengah sebelum peluru ini habis. Aku akan memberikanmu pistol yang asli dan hadiah kecil," ucap Virus.
"Benarkah, baiklah aku akan berusaha,"
Moza terlihat serius tetapi di tembakan keduanya dia sama sekali tidak mengenai target. Virus hanya tertawa kecil sembari berpangku tangan berdiri bersandar pada dinding.
Tembakan ketiga Moza mengenai lingkaran ke 6 cukup baik, dia harus bisa mengenai target tengah. Tinggal dua peluru lagi.
Dor
Tembakan ke empat malah berada di posisi tiga dan itu buruk. Moza harus mengambil posisi 12 jika ingin menarik perhatian Virus.
Moza memejamkan mata, mengatur napasnya, melemaskan otot jari dan kepalanya sebelum akhirnya ia menekan pelatuk yang terakhir.
Dor.
Wanita itu memejamkan matanya, tak ingin melihat dimanakah di nomer berapakah mampu menembak target.
"Wow," ucap Virus seraya menepuk tangannya.
Moza kemudian penasaran dan memastikannya sendiri. Ia sangat senang, melompat-lompat berteriak dan bahkan tak sadar jika dirinya memeluk Virus.
"Ma-maaf, maaf," ucap Moza meminta maaf.
Virus merangkul Moza dan berkata, " Kau hebat, sepertinya kau memiliki bakat, terus latih dan ini hadiahmu,"
Pria itu memberikan kotak berisi pistol disertai dengan amunisinya. Moza membukanya dan ternganga merasa tak percaya, dia memiliki pistol. Hal yang diinginkannya. Tentu saja bukan untuk membunuh melainkan untuk membela diri.
"Hanya satu? Kau bilang akan memberiku pistol dan hadiah?" Tanya Moza dengan sedikit berteriak karena Virus sudah duluan berjalan.
"Ya hadiahnya pistol, haha," ucap Virus dengan tawa kecilnya.
Moza memukul lengan Virus karena dia kesal dibohongi oleh pria itu.
"Uh rasakan!" ucap Moza
"Tidak sakit sama sekali, haha. Sudah ayo kita pulang. Aku harus pergi mencari seseorang," ucap Virus.
"Kau akan mencari Valeria?" Tanya Moza sedikit takut.
Virus melirik tajam, memicingkan matanya dan kemudian menghentikan langkahnya.
"Dari mana kau tahu?" Tanya Virus yang kini berwajah serius.
"A-aku tak sengaja menyenggol laptop mu saat membersihkan botol-botol wiski di mejamu dan layar itu terbuka jelas foto Valeria. Aku kenal dia," ucap Moza
"Apa kau akan membunuhnya?" Tanya wanita itu lagi.
Tak ada wajah ramah Virus kali ini, pria itu menunjukkan otot rahangnya.
"Bukan urusanmu!" Hardiknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Hanachi
jangan lupa minta surat ke legal an senjatanya ya, Moza ..
2024-04-06
0
Cliks Zuan
Lucu Lucu Nama nya Yh Thorrrr/Shy/
2023-12-18
0
Kᵝ⃟ᴸ...🍾⃝ͩVᷞɪᷰสᷡИᷧ
hemm... lebih setuju virus ama mozaa
2023-10-18
0