"Kau seorang pembunuh, sebaiknya jangan mengusik kehidupan keluarga ku! Pergi sekarang juga atau ku laporkan kau pada polisi," ucap Moza
Virus yang belum mematikan lampu kamarnya melihat jelas jika pistol itu hanyalah pistol mainan dengan replika seperti aslinya. Ia pun tersenyum lebar.
"Kau mau membunuhku dengan pistol mainan?" Tanya Virus.
Moza mulai gelapan ia pikir pria itu tidak akan mengetahuinya. Tetapi ia memasang muka keras, berani dan tegas seakan-akan apa yang dikatakan Virus tidak benar.
"Ini bukan pistol mainan! Aku ingin Kau pergi dari rumahku sekarang!" Pekik Moza tetapi dengan suara yang dipelankan.
Virus mengambil pistol kemudian memukul lengan Moza keatas, padahal pria itu tidak memukul dengan tenaganya tetapi Moza merasa kesakitan. Pria itu lupa jika pukulan pelannya bagaikan seratus tenaga pria.
"Maaf aku tidak sengaja memukul tanganmu, Aku sedikit berbeda. Kekuatanku melebihi batas pria normal. Aku tidak akan membunuh atau mengancam keluargamu. Aku hanya membutuhkan seseorang seperti keluargaku. Jika kau mau, besok aku akan memberimu pistol sungguhan dan mengajarimu menembak. Bagaimana?" tawar Virus, ia mengatakan hal itu agar Moza tidak mengusirnya.
Moza terlihat berpikir, kemudian ia menganggukan kepalanya tanda setuju. Virus kemudian menyuruhnya keluar dari kamar dengan isyarat mata dan gerakan wajahnya. Wanita itu keluar dengan segera.
Besok adalah hari Minggu, Moza tidak berangkat dan memastikan janji Virus.
"Astaga aku tidak bisa tidur. Bagaimana aku bisa tidur jika dirumahku ada seorang pembunuh. Ucapan Ibu benar, pria itu menakutkan,"
Sementara dikamar itu Virus mulai mencari tahu keberadaan wanita itu lewat foto yang di kirimkan pria misterius kepadanya. Meski ponselnya kini mati untung saja foto itu tersimpan di kartu memori penyimpanan eksternalnya.
Selain mempunyai kemampuan bertarung tanpa senjata Virus juga seorang Sniper, Hacker dan Programmer.
Pria misterius itu menyekolahkannya dan mendidiknya dengan sangat baik tentu saja semua sudah ia persiapkan untuk kepentingan dirinya sendiri. Virus dijadikan alat untuknya.
Tepat pukul dua dini hari, Virus mencoba mampu menyelinap masuk kedalam data polisi. Kini ia tahu siapa nama wanita itu.
Valeria, data di kepolisian tersebut sama dengan data petunjuk informasi yang diberikan pria misterius. Dan informasi tambahannya adalah Wanita ini memiliki Ayah bernama Chris dan Ibunya bernama Jesslyn, mereka tinggal di New York.
Virus mulai menciptakan alat untuk melacak keberadaan wanita itu. Ia akhirnya menemukan keberadaan wanita yang dicarinya. Masih di Nevada dan tempatnya tak jauh dari rumah Diego.
Tanpa ia sadari waktu sudah menunjukkan pukul empat dini hari. Virus terus meneguk minumannya, dirinya dipenuhi dengan kebimbangan. Haruskah ia membunuh wanita ini? Tiga botol wiski habis ia teguk dalam semalam.
Pagi itu Moza keluar untuk lari pagi, ia sudah siap jika hari ini harus latihan menembak seperti yang dijanjikan Virus. Setelah itu ia membersihkan dirinya dan membuat sarapan untuknya, Ibunya dan tentu saja untuk tamunya.
Moza mengetuk pintu memanggil pria tersebut untuk sarapan, tak ada jawaban. Moza pun masuk dan melihat wajah tampan itu tertidur di meja. Dengan laptop dan botol-botol wiski.
"Astaga pria ini, hey bangun," ucap Moza dan kemudian membangunkannya pelan sembari menggoyangkan tubuh pria ini.
Tak ada jawaban atau pergerakan, Moza kemudian mengulang ucapannya.
"Mike, bangun," kali ini tepukan itu lebih keras. Tetap saja pria yang mengaku dengan nama Mike itu masih saja tertidur.
"Astaga pria ini seperti orang mati, atau jangan-jangan ia sudah mati?" Ucap Moza yang langsung mengecek nafas pria itu dari hidungnya.
"Huh syukurlah dia masih hidup, tapi kenapa nafasnya panas sekali?" Moza mengecek suhu dari kening pria itu. Dan benar saja Virus itu sedang demam.
Moza mencoba mengangkat Virus ke ranjang tidur namun ia tak kuat. Ia pun meminta bantuan pada Ibunya meski ibunya tak bisa menopang dengan dua kakinya. Perlahan Pria itu pun di angkat meski sedikit diseret.
"Maaf jika ku seret. Kau terlalu berat!" Ucap Moza.
"Setelah ini kompres dia dengan air hangat dan usap bagian ketiak dan lipatan ditangan dan kaki. Panasnya sangat tinggi," ujar Rachel ibunya setelah memasukkan alat pengecek suhu badan.
"Iya Bu," jawab Moza yang kemudian segera mengambil air hangat untuk kompres.
Ia juga membuka kancing baju untuk mengusap lipatan dibagian ketiak lengan dan kaki pria itu dengan handuk hangat, kemudian wanita itu memberinya mengoleskan minyak pada dada dan lipatan tangan dan kaki.
Moza terlihat sedikit geli saat mengusap bagian dadanya yang sedikit berambut. Setelah itu wanita itu memasukkan obat penurun panas dengan alat drop yang memudahkan wanita itu memasukkan obatnya lewat mulut.
"Selesai, setelah beberapa kali mengganti kompresnya. Huff cepatlah sembuh! Kau berhutang janji padaku!" ucap Moza dan kemudian keluar dari kamar Virus.
Wanita itu kemudian membereskan botol yang bergelimpangan di meja, tanpa sengaja Moza menyenggol mouse dan terlihat di layar foto wanita.
"Valeria? Kenapa dia mempunyai foto wanita itu. Apakah Mike pacarnya? Tidak mungkin, wanita ini baru saja putus dengan atasanku. Atau dia target selanjutnya. Orang yang disebut ditelepon kemarin malam. Ya aku ingat Mike tidak ingin membunuh wanita ini, tetapi sepertinya seseorang di balik telepon itulah yang menyuruhnya. Aku harus menanyakannya. Jangan sampai Mike jatuh cinta pada wanita itu. Dia seorang pencuri, ahh tapi mereka cocok. Wanitanya pencuri dan prianya pembunuh dan aku terjebak diantara mereka," gumam Moza dengan pelan dan hampir tidak terdengar.
Beberapa jam kemudian Virus berkeringat. Ia bermimpi buruk. Dalam mimpinya Aryo dibunuh dan yang membunuh adalah dirinya sendiri.
Pria itupun terbangun dengan cepatnya dan langsung duduk. Dengan nafas tersengal-sengal, ia mulai berpikir jika itu hanyalah mimpi.
Virus melihat di meja ada handuk dan air untuk kompres. Pria itu lantas memeriksa suhu tubuhnya yang mulai mendingin.
"Apakah aku tadi demam? Hmm aku ingat semalam aku banyak pikiran hingga banyak minum wiski. Apakah Moza yang membantu menurunkan demamku?" Batin Virus.
Virus segera membersihkan dirinya di kamar mandi dalam kamar itu. Ia keluar kamar setelah membereskan laptop dan peralatan lainnya masuk ke dalam ransel.
Moza dan Ibunya terlihat sudah duduk di meja makan. Mereka sedang sarapan sembari bercerita.
Virus teringat dirinya saat kecil, bersama keluarga angkatnya meski hanya sebentar namun ia merindukannya.
"Pagi," sapa pria itu yang terlihat membaik.
"Pagi, ayo kemarilah dan makan sarapan mu. Maaf ya kami hanya memiliki roti," sahut Rachel yang menawarinya untuk sarapan.
Virus duduk dengan senyum yang jarang terlihat. Moza terkagum dengan senyuman itu hingga menganga. Setelah Virus duduk dan membalas tatapan Moza. Wanita itu kembali sadar.
"Kau sudah tidak panas?" Tanya Moza mencairkan suasana
"Ya dan terimakasih," jawab Virus singkat.
"Bersiaplah, aku akan mengajakmu ke suatu tempat," ucap Virus yang bermaksud mengajaknya ke tempat latihan tembak.
"Se-sekarang? Bukankah kau baru saja demam?" Tanya Moza.
"Ya sekarang karena nanti malam aku sudah harus pergi," ucap Virus.
Seharusnya Moza senang mendengar pria itu akan pergi. Tapi ia seperti tidak merelakannya, lain di mulut lain di hati. Bagaimana pun juga pria itu adalah seorang pembunuh dan sebaiknya mereka tidak ada hubungan khusus.
Setelah menyelesaikan sarapannya Moza bersiap. Virus dengan cepat melahap makanan di depannya seperti orang kelaparan. Setelah itu ia pamit pada Rachel.
"Bu, aku akan mengajak Moza jalan-jalan. Terimakasih atas sarapannya," pamit Virus
"Hati-hati ya Mike, jangan minum alkohol lagi dan sebaiknya kamu kurangi minuman seperti itu," ucap Rachel disertai dengan nasihat kecilnya.
Virus senang diperhatikan seperti itu, ia seperti menemukan keluarga yang hilang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Hanachi
kayak bayi aja deh minum paracetamol drop. /Chuckle//Chuckle/
2024-04-06
0
Hanachi
kenapa Virus ga coba nge hack program chip yang ditanam di tubuhnya ?
2024-04-06
0
Cliks Zuan
Pistol Mainann Dong/Facepalm//Facepalm/
2023-12-18
0