My Name Is Virus
NOTE : KARYA INI DI TERBITKAN OLEH NOVELTOON
Di sebuah desa terpencil jauh dari kota, hiduplah seorang wanita bernama Ratih. Ia hamil tanpa memiliki suami, sehingga menjadi cemoohan masyarakat bahkan dikucilkan. Meski begitu, ia tetap bertahan dan terus berjuang untuk mempertahankan bayinya.
"Terus Bu teruus, sedikit lagi ....," ucap Bidan yang membantu persalinannya di rumah kecilnya.
Tak pantas disebut rumah, lebih mirip sebuah gubug. Terbuat dari anyaman bambu dan beratap pohon ijuk, yang sewaktu-waktu akan roboh jika diterpa angin kencang.
"Oek...oek...," suara bayi pun terdengar hingga ke rumah tetangganya.
"Selamat Bu Ratih, anaknya laki-laki, kulitnya bersih putih dan sehat. Saya bersihkan dulu ya," ucap Bidan Tami yang kemudian membersihkan bayi serta merapikan tempat persalinannya.
Bidan itu dibantu oleh asisten kecilnya yang tak lain adalah anaknya sendiri. Dewi, anak bidan tami baru saja lulus menyelesaikan sekolah keperawatannya dan bekerja di sebuah rumah sakit kecil di desa, tetapi sesekali ia membantu Ibunya jika ada persalinan selama tidak mengganggu pekerjaannya.
Setelah Bayi dibersihkan kemudian diberikan pada ibunya. Sang Ibu menggendongnya dan mencium tangan kecilnya. Ratih menangis haru, anak yang selama ini ia perjuangkan akhirnya terlahir dengan sehat.
"Maaf Bu Ratih, suaminya dimana ya? Biar nanti kami bantu untuk menghubunginya," Tanya Dewi yang tidak tahu persoalan kehidupan pasiennya itu.
Kemudian Bidan Tami menginjak kaki Dewi dengan segera pertanda agar berhati-hati jika berucap. Dewi lantas meringis kesakitan.
"Ahh sakit Bu," ucapnya sembari mengusap kaki yang diinjak dengan sengaja.
"Maafkan anak saya Bu Ratih. Oh iya anaknya mau diberi nama siapa? Biar saya buatkan surat kelahirannya," Tanya Bu Bidan sembari menyiapkan selembar pengantar surat kelahiran agar bisa di buat akta kelahirannya segera.
"Ayahnya pernah memberiku pesan untuk menamainya Virus, tetapi apakah tidak apa jika ku berikan nama itu padanya. Tidak apalah toh ini anaknya, Aku juga sudah berjanji," batinnya Ratih.
"Saya akan menamainya Virus," ucap Ratih dengan tersenyum lelah.
Bidan Tami dan Anaknya saling berpandangan mengernyitkan dahi mereka. Ibu mana yang menamakan Anaknya sebuah nama yang sangat tidak disukai orang.
"Virus? Apa Ibu ini sudah gila," batin Dewi.
"Astaga seperti tidak ada nama yang bagus saja," ucap Bu bidan seraya menggelengkan kepalanya.
"Itu sudah menjadi keinginan Ayah anak ini," jawab Ratih tersenyum simpul.
(NOTE : KARYA INI DI TERBITKAN OLEH NOVELTOON)
"Ayah? Jadi dia tahu dimana Ayah anak ini? Atau jangan-jangan dia seorang selingkuhan. KTPnya saja masih berstatus single, Bagaimana bisa dia membuatkan surat kelahiran nantinya," batin Bidan Tami yang doyan akan gosip di desanya itu.
Sebenarnya dia kasihan dengan Ratih, tetapi dia juga penasaran akan kehidupan pribadinya yang hamil tanpa menikah. Ratih bekerja di luar negeri dan saat pulang ke desa ia sudah berbadan dua.
Tidak ada yang tahu jika dirinya sudah menikah atau belum, karena Ratih tidak mempunyai bukti kuat seperti surat pernikahan atau foto pernikahan. Hingga akhirnya Ratih merasa tersudut dan memilih diam.
Setelah membuat surat pengantar kelahiran dan memberikan pengarahan kecil tentang merawat bayi, Bidan Tami dan anaknya Dewi pamit pulang dengan senyum yang terlihat dibuat-buat. Ratih juga tak menyukai mereka namun ia bersyukur masih ada orang yang mau membantu persalinannya secara gratis.
Malam itu, Virus anaknya terus menangis karena kelaparan. Sedangkan air susu ibunya belum keluar juga. Ratih segera keluar membeli susu formula untuk bayinya. Ia ke warung terdekat seraya menggendongnya
"Bu saya mau beli susu formula untuk bayi baru lahir, apakah ada?" Tanya Ratih seraya berusaha menenangkan bayinya.
"Beli atau utang?" Tanya tetangganya terlihat jutek.
"Heemm beli Bu," ucap Ratih seraya menyodorkan uang dua puluh ribuan.
"Nih, cuma dapat kemasan yang kecil ya, memangnya situ sudah punya dot?" Tanya si penjual seraya memberikan kemasan susu kemasan kecil.
Ratih menggelengkan kepala tanda tidak punya sembari terus mengayun-ayunkan bayinya agar terdiam.
"Huh gimana sih, punya bayi tapi kok semua kebutuhannya tidak dicukupi?"
Ratih segera pergi, ia malas mendengar ocehan penjual itu. Sesampainya di rumah, susu yang baru saja dibelinya itu segera di buat dalam gelas kecil.
Ratih meminumkan susu itu dengan sendok kecil ke dalam mulut anaknya. Perlahan bayi itu berangsur tenang.
"Maafkan Ibu ya nak, hiks... Ibu tidak dapat memberikan mu kehidupan yang layak, hiks....kelak suatu saat kamu akan menjadi anak yang baik dan membasmi semua kejahatan ya nak?" Ucap Ratih seraya menangis.
Setelah menghabiskan seperempat susu dalam gelas kecil, Ratih merebahkan anaknya yang telah tertidur pulas di atas kasur. Kemudian wanita itu pergi ke kamar mandi dengan terburu-buru. Rupanya ia sudah menahan air kencingnya sedari tadi sehingga terburu-buru saat masuk kedalam kamar.
Syuuut Bruk
Tak disangka Ratih terpeleset di kamar mandinya yang kecil dan terjatuh keras ke lantai hingga kepalanya terbentur sebuah batu. Ratih tewas seketika.
Tidak ada yang tahu Ratih tewas saat itu, jika suara tangisan bayi itu tidak kembali terdengar. Tetangga dekat rumahnya merasa terganggu karena mengusik waktu istirahat malamnya .
Tok Tok Tok
Suara ketukan pintu terdengar keras namun tidak kalah keras dengan tangisan suara bayi yang memecahkan seluruh ruangan. Karena lama tak kunjung di buka akhirnya sang tetangga mendobrak paksa pintu itu.
BRAAAK
Tetangga itu melihat sang bayi menangis di atas ranjang Ratih segera ia menggendongnya seraya mencari keberadaan Ratih.
"Ratiiih, kamu dimana? Anakmu menangis sedari tadi tak ... Aaaa... Ratih? Ratiiih!" Pekik tetangga yang kemudian melihat Ratih sudah tergeletak di depan kamar mandi dengan lantai yang bersimbah darah.
Malam itu membuat seluruh warga desa berdatangan ke rumah Ratih, mereka ribut akan permasalahan bayi yang kini hidup sebatang kara.
Setelah mengurus mayat Ratih, semua warga berkumpul di balai desa tentang persoalan siapa yang akan merawat anak bayi itu.
"Bagaimana Bapak Ibu sekalian, anak ini tidak memiliki siapa pun. Orang tuanya hanya meninggalkan rumah gubug dan sedikit uang. Saya harap keikhlasan bapak ibu sekalian," ucap kepala desa pada warganya yang saling berbicara satu sama lain.
"Saya mau-mau saja merawat anak itu karena saya sudah lama tidak mempunyai keturunan tetapi nama pemberian orang tuanya itu loh, kok Yo Virus, gimana bapak kades apakah boleh saya rubah namanya?" Ucap Marni seorang wanita yang sudah lama menikah tetapi belum juga mendapatkan momongan.
"Sebaiknya jangan dirubah Bu Marni, karena Ratih mengatakan jika nama Virus itu adalah nama pemberian Suaminya, jika suatu saat suaminya ke desa ini bagaimana?" ucap Bu Bidan memberi saran.
"Jika memang begitu kita tidak bisa merubah nama anak ini. Biarlah namanya yang tertera dalam surat ialah Virus. Jika kita ingin merubahnya maka hanya bisa merubah nama panggilannya saja. Bagaimana Bu Marni," tanya bapak Kades.
Bu Marni terlihat berfikir matang-matang. Melihat bayi tampan seperti bule itu ia pun jadi ingin merawatnya. Akhirnya Marni menyetujuinya. Virus pun akhirnya di rawat oleh Marni.
***
NOTE : KARYA INI DI TERBITKAN OLEH NOVELTOON
Bagaimana kisah selanjutnya, apakah nama Virus akan terus menjadi bahan olok-olokan hingga ia besar nanti?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Sakira
kasian baru lahir udah meninggoy emak nya
2025-01-06
0
𖤍ᴹᴿˢ᭄°Riyantiʰⁱᵃᵗ 🦋ιиɑ͜͡✦ᴳ᯳ᷢ
nama itu doa ,
bisa²nya tuh bapak punya pikiran kasih nama virus 😌
2024-05-27
0
😈⃟⃠⃟🥑⃟BURONAN㊍㊍🍁❣️✅
mampir
2024-05-27
0