Selesai dengan makan malamnya, Adam menemani kedua anaknya belajar di ruang tengah. Tapi perhatian Adam hanya tertuju kepada Aisyah, padahal Marshall tepat berada di sampingnya.
"Papa, ini gimana cara ngerjainnya?" tanya Aisyah sembari menunjukkan bukunya.
"Oh, ini. Ais harus mengerjakan bagian satuannya dulu setelah ketemu baru Ais mengerjakan bagian puluhannya, paham!" terang Adam.
"Paham, Pa."
Di sisi lain, Marshall melirik Adam yang begitu lembut saat menerangkan cara mengerjakan tugasnya. Sebenarnya Marshall juga ingin bertanya soal PR nya yang tidak dia pahami, tapi rasa ragu membuat Marshall mengurungkan niatnya.
Saat tengah asik mengajarkan Aisyah belajar, terdengar suara derap langkah seseorang dari arah depan. Siapa lagi kalau bukan Marisa, istri Adam. Marisa hanya melewatinya tanpa menyapa semua yang ada di sana, termasuk anak kandungnya sendiri. Adam hanya mendengus dengan kelakuan Marisa, dia tidak bisa mencerminkan layaknya seorang Ibu bagi anak-anaknya.
Sedangkan Marshall tetap memandangi bukunya karena bingung mengerjakan PR-nya, Marshall melirik Adam berharap Adam bersedia membantunya tapi perhatian Adam hanya tertuju kepada Aisyah. Aisyah yang memang sudah selesai mengerjakan PR-nya, Aisyah lalu berbisik kepada Adam. Adam menengok ke arah Marshall dan mengambil buku PR Marshall.
"Eh!" Kaget Marshall, karena buku PR-nya di ambil oleh Adam.
"Kalau ada yang tidak paham, jangan ragu untuk bertanya," ucap Adam.
"Iya, Pa," sahut Marshall pelan.
"Mana yang tidak kamu pahami?" tanya Adam.
"Yang ini, Pa!" Tunjuk Marshall.
Adam membantu menyelesaikan PR-nya Marshall penuh dengan kesabaran. Seketika membuat hati Marshall menghangat atas perlakuan Adam terhadapnya.
"Sekarang waktunya untuk kalian tidur," titah Adam.
"Iya, Pa." Jawab Aisyah.
Aisyah berdiri dan memeluk Adam seraya mencium pipi kanan dan kiri Adam, begitupun Adam juga membalas mencium putri kesayangannya. Marshall hanya berdiri menyaksikannya tanpa berani melakukan seperti Aisyah.
" Abang nggak mau peluk Papa?" tanya Aisyah.
Marshall diam mematung di tempatnya dan menundukkan kepalanya. Aisyah menarik tangan Marshall dan mendekatkannya kepada Adam.
"Papa, peluk Bang Marshall dong. Jangan Ais aja yang Papa peluk, Bang Marshall juga harus mendapatkan peluk dan cium dari Papa." cetus Aisyah.
Adam memandang wajah Marshall yang begitu mirip dengan ayah kandungnya, sehingga membuat hati Adam murka kepada ayah kandung Marshall.
" Sini...." Adam membentangkan kedua tangannya, agar Marshall masuk ke dalam pelukannya.
Dengan ragu, Marshall melangkah mendekati Adam dan memeluk Adam. Adam memeluk Marshall erat seraya mengelus kepala Marshall.
Hati Marshall menghangat karena bisa merasakan di peluk oleh Papanya. Marshall berkaca-kaca di pelukan Adam, Marshall menikmati pelukan hangat dari Adam dan rasa aman menyeruak masuk ke dalam relung hati Marshall. Adam melepaskan pelukannya dan mencium kening Marshall.
"Sana, kalian istirahat," ucap Adam halus.
"Iya, Pa!" seru keduanya.
"Selamat malam Papa," timpal Aisyah.
"Ayo, Bang," ajak Aisyah kepada Marshall, Marshall mengangguk dan melangkah bersama ke arah kamarnya masing-masing. Tiba di dalam kamarnya, senyum Marshall terbit karena bisa merasakan peluk dan mendapatkan ciuman dari Adam. Malam itu adalah malam yang bersejarah bagi Marshall dan senyum Marshall terus terbit di bibirnya sampai dia tertidur.
Adam juga masuk ke dalam kamarnya, dan melihat Marisa tengah bercengkrama dengan pacarnya lewat sambungan telepon. Bahkan suara manja Marisa membuat hati Adam jijik mendengar suara manja Marisa. Kalau bukan karena wasiat terakhir Ayahnya, sudah dari dulu Adam menceraikan Marisa.
"Oke, sayang. Sudahlah ya, aku mau bocan ( bobo cantik ). Sampai ketemu besok."
Di akhir telponnya Marisa memberikan kecupan jauh, Marisa melengos saat pandangan matanya bersitubruk dengan mata Adam.
"Kemana saja kamu seharian ini?" tanya Adam dingin.
"Bukan urusan kamu!" sarkas Marisa yang tidak suka dengan pertanyaan Adam.
"Ck, seharusnya kamu sebagai Ibu yang baik akan selalu ada buat anak kamu, Marshall. Bukan selingkuhan kamu itu yang kamu urusin setiap hari!"
"Cukup ya Mas!, Marshall memang anak aku. Tapi yang paling utama dalam hidupku adalah Dion dan kamu nggak punya hak atas apa yang aku lakukan."
"Eh, harusnya kamu sadar diri. Yang lebih berhak atas kamu itu adalah aku, suami kamu. Bukan si brengsek itu yang kamu bela!" Sentak Adam.
"Di sini aku masih punya hak mengatur hidup kamu menjadi seorang Ibu yang baik buat anak kamu, Marshall. Ngerti kamu!" Sambung Adam dengan nada tinggi.
"Terserah, aku capek berdebat sama kamu. Setiap hari bisanya hanya mengatur ini dan itu, tahu apa kamu soal seorang Ibu. Aku yang melahirkan Marshall bukan kamu." Marisa mengucapkan dengan suara kesal.
Marisa memilih meninggalkan Adam di kamarnya, dan pergi menuju kamar tamu dari pada harus tidur seranjang dengan Adam. Sedangkan Adam hanya mendengus melihat Marisa yang semakin hari semakin susah di atur.
"Dasar wanita tak bisa di untung," cibir Adam.
***
Keesokan harinya, bahkan matahari 'pun masih malu-malu menampakkan biasnya. Tapi tidak untuk gadis kecil yang kini sudah naik ke ranjang king size milik Papanya dan berlompat di atas kasur membangunkan sang Papa.
"Papa...bangun!" seru Aisyah sambil melompat di atas kasur.
"Ais...." suara parau Adam.
"Papa ayo cepat bangun, masa kalah sama Ais." Suara Ais semakin membuat Adam membukakan matanya.
Hap
Adam menangkap tubuh Aisyah yang terus melompat di atas kasur, dan menggelitik pinggang Aisyah. Tentu saja mengundang gelak tawa Aisyah, kebahagiaan Aisyah terus bertambah karena Adam selalu menyayanginya.
"Kenapa, pagi-pagi sekali membangunkan Papa, hm," ucap Adam sembari membawa tubuh mungil Aisyah kedalam dekapannya.
"Ayo kita jalan-jalan, Pa. Papa sudah janji dari kemarin akan ajak Ais ke taman bermain."
"Tapi ini masih pagi sekali sayang," tutur Adam lembut.
"Ayolah Papa... Ais sudah nggak sabar ingin bermain sepuasnya di taman bermain," rengek Aisyah.
"Oke, tapi izinkan Papa tidur lagi. Hanya tiga puluh menit, oke!" seru Adam.
"Tidak Papa!" tegas Aisyah.
"Lebih baik kita bangunin Bang Marshall, Pa."
"Tapi Papa masih ngantuk, sayang," timpal Adam.
Aisyah tak menyerah agar Papanya bangun dari tempat tidurnya. Aisyah bangun dan berdiri, menarik tangan Adam.
"Ayo Papa bangun, kita harus bangunin Bang Marshall." Aisyah terus menarik tangan Papanya.
Aisyah mendengus karena Adam tak kunjung bangun, tiba-tiba Aisyah tersenyum menyeringai memandang Adam yang masih betah bergulung di atas kasur.
"Oke, jika Papa nggak bangun juga. Ais bakal bawa air di gelas dan menyiram ke wajah Papa." Ancam Aisyah seraya bertolak pinggang menatap Papanya.
Dengan terpaksa Adam membuka matanya dan bangun, sembari mengerucutkan bibirnya menatap Aisyah yang tengah terkiki-kikik.
"Iya...ini Papa bangun, Ais senang?" Aisyah hanya tersenyum menanggapi keluhan Papanya.
Aisyah melompat naik ke punggung Adam lalu mencium pipi kiri Adam.
"Cepat Papa, kita bangunin Bang Marshall."
"Siap Tuan Putri."
Adam bangun dan menuruti kemauan Aisyah. Adam melangkah ke kamar Marshall hanya untuk membangunkan Marshall dari tidurnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Nur Lizza
bersyukurny ais jatuh ketangn orng yg betul2 syng sm ais
2023-07-27
1
Massunamiyatha
duh tiba2 udah besar aje...apa hana jd gila ya...kasian hana...
2023-01-09
0
Pudji Widy
duhhh..anak kecil kok punya pemikiran mau nyiram muka bapak nya pakai air? yg ngajatin siapa??🤦🤦
2022-06-27
0