Hana mengerjapkan matanya, dan menatap sekeliling kamarnya. Hana tersadar dan langsung terbangun, ingatannya kembali kepada buah hatinya yang telah di jual oleh Anton.
" Hana!, kamu mau kemana, Nak!" teriak Ibu Dumiya yang melihat Hana berjalan keluar kamar dengan tergesa-gesa.
" Aisyah... Aisyah!" teriak Hana memanggil bayinya.
"Bu, Aisyah mana, Bu?" pekik Hana memandang wajah ibunya.
" Aisyah belum ketemu, Nak!" sahut Ibu Dumiya.
"Aku harus segera mencari Bayiku, Bu." Hana bergegas keluar rumah dan mencari Aisyah.
Hana terus memanggil nama bayinya, semua warga menatap Hana heran dan juga bertanya-tanya. Hana berlari seperti tak tentu arah, yang terpenting baginya Aisyah ketemu dan bisa berkumpul lagi dengannya.
Hana yang sudah lelah berlari ke sana ke sini, menjatuhkan tubuhnya di tengah jalan sembari menangis tersedu-sedu.
"AISYAH...." Jerit Hana di tengah jalan, Hana bersimpuh di tengah jalan dan semua warga memandangi Hana dengan iba.
"Hana, ayo bangun Nak." Bujuk Ibu Dumiya sembari menangis melihat kondisi Hana yang sangat memprihatinkan.
" Nggak, Bu. Hana harus mencari Aisyah." Suara Hana semakin serak, "Mas Anton sudah menjual bayiku, Bu. Aku harus menemui orang yang sudah membeli bayiku,Bu," lirih Hana menjelaskan semuanya.
"Apa!, Anton menjual cucuku!" pekik Ibu Dumiya seraya menutup mulutnya dan membulatkan matanya.
" Dasar lelaki brengsek!" jerit Ibu Dumiya. Orang mana yang tak akan marah, orang mana yang menerima cucunya di jual. Pastilah semua orang tak akan menerimanya.
Ibu Dumiya akhirnya juga ikut menangis, menangis kehilangan cucu kesayangannya. Rossiyana yang melihat kesedihan keduanya juga ikut menitikkan air matanya. Rossiyana lalu menghampiri mereka.
" Bu, Na. Ayo bangun." Bujuk Rossiyana dan membantu Ibu mertuanya bangun dari duduknya.
"Na, ayo. Mas Hasan dan Bapak sedang mencari keberadaan Anton. Jadi kita tunggu di rumah," bujuk Rossiyana.
***
Pak Rusli saat ini sedang menunggu Hasan di tempat yang sudah mereka janjikan, dengan perasaan yang tak menentu Pak Rusli menatap ke depan, dan tengah berpikir dimana lagi beliau harus mencari keberadaan Anton karena sampai saat ini Pak Rusli belum bisa menemukan Anton.
" Pak..." panggil Hasan.
"Bagaimana?, apa kamu berhasil menemukan Anton?" cecar Pak Rusli.
Hasan menggeleng lemah, "Maaf, Pak. Hasan nggak berhasil menemukan Anton. Anton sudah kabur lebih dulu dan Hasan sudah berusaha mengejar bis yang di tumpangi si brengsek itu tapi sayang, bis yang di tumpangi Anton nggak bisa Kami kejar." Anton menundukkan kepalanya.
"Lebih baik kita pulang dulu," sahut Pak Rusli yang tak ada semangatnya.
Pak Rusli dan Hasan, akhirnya memutuskan pulang dulu dan juga terus berpikir bagaimana caranya menemukan keberadaan Anton.
Tiba di rumah, Pak Rusli menghela nafasnya dan berusaha tetap tenang. Lalu melangkah masuk ke dalam rumah, Pak Rusli mengernyitkan dahinya menatap sekeliling rumahnya sepi.
"Bu...,Hana..." Panggil Pak Rusli, " Semuanya pada kemana?" gumam Pak Rusli.
Pak Rusli duduk, sambil terus berpikir gimana caranya menangkap Anton.
"Bapak!" seru Ibu Dumiya yang baru tiba di rumah.
"Aisyah... Aisyah" gumamnya Hana dengan pandangan kosong.
"Hana kunaon ( kenapa ) Bu!" Pak Rusli langsung bangkit dari duduknya saat melihat Hana seperti orang linglung.
Ibu memandang wajah kuyu Hana, perasaannya sakit melihat putrinya jadi seperti ini. Ibu Dumiya menghela nafasnya, lalu balik memandang wajah suaminya yang terlihat lelah.
"Nanti Ibu ceritakan, sekarang Ibu mau bawa Hana ke kamarnya dulu," jawab Ibu Dumiya.
Hana terus menerus memanggil nama bayinya dengan lirih. Ibu Dumiya mendudukkan Hana di tepi ranjang.
"Rossi, tolong jaga Hana." Pinta Ibu Dumiya.
"Iya, Bu." Seraya menganggukkan kepalanya.
Ibu Dumiya kembali ke depan menemui suaminya dan ternyata ada Hasan bersama suaminya.
" Ibu bisa jelasin, kenapa dengan Hana?" tanya Pak Rusli.
Ibu Dumiya menarik nafasnya lalu membuangnya perlahan. Ibu Dumiya memandangi suaminya dan juga Hasan.
"Hana bilang, Anton sudah menjual Aisyah," ucapnya sembari menundukkan kepalanya, Isak tangis mulai terdengar dari Ibu Dumiya yang tak bisa lagi menutupi kesedihannya.
"Apa!."
Pak Rusli dan Hasan kaget mendengar info baru dari Ibu Dumiya. Pak Rusli langsung terduduk lemah, sedangkan Hasan semakin murka terhadap Anton.
Aku bersumpah, akan menjebloskan si brengsek itu ke penjara. Dia harus mendapatkan ganjaran yang setimpal. Batin Hasan.
" Aisyah... Aisyah." Jerit Hana dan Hana berlari keluar dari kamarnya dan akan mencari Aisyah di luar rumah.
"Hana..." pekik Ibu dan Bapak serta Hasan.
Hasan segera menangkap tubuh Hana, saat Hana melewatinya. Hana memberontak di pelukan Hasan sambil terus memanggil bayinya.
"Aisyah!, tunggu Ibu, Nak!"
Hana terus berusaha melepaskan diri dari Hasan, lalu Hana menggigit tangan Hasan.
"Aw..." Ringis Hasan.
Hana terlepas, lalu Hana berlari keluar rumah. Hana berlari sambil tengok kana dan kiri, lalu pandangannya tertuju kepada bayi yang tengah di gendong oleh ibu muda.
" Bayiku, Aisyah!"
Hana berjalan cepat dan menghampirinya, lalu Hana merebut bayi itu dari ibunya.
"Bayiku, Aisyah!" Sambil merebutnya dari ibunya.
"Ini anakku teh!," pekik Ibu yang punya bayi, sambil terus mempertahankan anaknya yang berada di dalam gendongannya.
"Tolong... tolong..." teriak si ibu yang punya bayinya.
Hasan dan Pak Rusli segera datang dan menarik Hana, tapi Hana malah semakin menjerit histeris.Sambil terus memanggil nama bayinya.
"Aisyah...lepaskan aku!," sentak Hana kepada Pak Rusli dan Hasan.
"Aisyah...ini ibu, Nak!." Jerit Hana.
"Hana, bayi itu bukan Aisyah!," seru Pak Rusli sambil terus menarik Hana agar pergi menjauhi bayi ibu itu.
Lalu pandangan Hana tertuju kepada seorang anak kecil yang tengah bermain boneka bersama teman sebayanya. Hana menginjak kaki Pak Rusli serta menendang ******** Hasan dan Hana pun terlepas. Hana berlari ke arah anak kecil yang tengah bermain boneka bersama temannya, Hana merebut boneka tersebut dari tangan anak kecil itu dan membawanya pulang ke rumah.
Sontak saja anak kecil itu menangis karena bonekanya di rebut oleh Hana, Pak Rusli segera mendekat dan merayu anak itu agar tak menangis. Rayuan Pak Rusli berhasil dan anak kecil itu berhenti menangis. Pak Rusli segera menyusul Hana pulang ke rumah.
Tiba di rumah, hati Pak Rusli mencelos melihat anaknya tengah menimang boneka itu seakan boneka itu adalah bayinya, Aisyah. Pak Rusli melengos dari hadapan Hana dan terduduk di depan rumah menangisi putrinya yang benar-benar kehilangan bayinya.
"Ini semua gara-gara saya, andai saja waktu itu saya tidak mengizinkan Anton menginap tentu semua ini tidak akan pernah terjadi." Pak Rusli merutuki dirinya sendiri penyebab semua ini.
Pak Rusli memukul dadanya yang terasa sesak, " Bapak!" panggil Hasan yang kini ikut duduk di samping Pak Rusli.
"Ini semua salah Bapak, andai saja Bapak tidak memberi izin si Anton. Mungkin Aisyah masih bersama kita." Suara Pak Rusli bergetar menahan tangisnya.
'Sudahlah, Pak. Jangan menyalahkan diri sendiri, yang terpenting kita harus tetap berusaha mencari keberadaan Aisyah."
Pak Rusli mengangguk lemah dan Hasan menepuk-nepuk punggung Bapaknya. Walau sama sedihnya, Hasan tetap berusaha tenang menghadapi semuanya dan akan terus dan terus mencari Aisyah, keponakan tercintanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Nur Lizza
cpt hasan lapor polisi
2023-07-27
0
rani85
lanjutt. .
2022-03-09
0
Siti Aminah
lama2 aku jd bingung dhn cerita ini....kok lucu yah...ad orang...bayiny d culik trs d jual...kok gk lapor polisi...
2022-03-09
0