Pagi-pagi sekali Hana sudah bangun dan sudah siap untuk menempuh perjalanan pulang ke kota kelahirannya. Hana keluar dari kosannya pada pukul setengah enam pagi, Hana berangkat dari kosan ke terminal menggunakan angkutan umum.
Kini Hana sudah berada di dalam bus, Hana menatap keluar jendela. Mengingat kembali saat dia datang ke ibu kota dengan membawa sebuah tekad, tekad yang kuat mencari pekerjaan di ibu kota dan penuh kerja keras. Tapi semuanya telah berubah, tekad yang dulu dia bawa kini mengikis hilang semenjak terenggut nya kesuciannya.
Bus kini mulai meninggalkan terminal dan membawa Hana menuju tempat kelahirannya. Sekarang Hana pulang membawa harapan untuk calon suaminya agar calon suami Hana mau menerima dia yang tak suci lagi.
Perjalanan Hana menuju ke kota kecil di Jawa tengah, hanya membutuhkan waktu sekitar delapan jam. Hana tiba di alun-alun kota Majenang, kota yang tidak besar, tapi kota kecil ini sangat ramai pengunjung. Ruko-ruko berjejer di sepanjang Alun-alun kota Majenang dan juga pedagang kaki lima.
Dari alun-alun kota Majenang sampai tiba di desa tempat Hana di besarkan, hanya membutuhkan waktu sekitar dua puluh menit.
" Pak, berhenti di depan rumah makan Amanah," ucap Hana kepada Pak kondektur.
" Iya, Neng!" jawab Pak kondektur.
Bus berhenti di depan rumah makan Amanah, Hana turun dengan hati senang karena dia pulang dengan selamat. Hana menelpon kakaknya bahwa dia sudah sampai di depan rumah makan Amanah, Hana menunggu kakaknya di pangkalan ojeg.
Tidak lama kakaknya Hana sudah tiba di pangkalan ojeg. Hana menyerahkan tas yang berisi pakaiannya kepada kakaknya agar di taruh di depan lalu Hana naik ke boncengan motor.
Motor yang di kendarai kakaknya sudah tiba di halaman rumah Hana. Rumah Hana sangat sederhana, di depan rumah Hana ada pohon rambutan dan pohon mangga. Hana turun dari motor lalu melangkah masuk ke dalam rumahnya.
" Assalamu'alaikum..." seru Hana dari bawah gawang pintu.
" Wa'alaikum salam..." sahut sang ibu dari arah dapur.
" Hana!" pekik sang ibu.
Hana langsung mencium punggung tangan ibunya. " Bapak mana, Bu." Ucap Hana memandang sang ibu yang telah membesarkannya dengan kasih sayang.
" Oh ... si Bapak Masih di kebon ( kebun ),sakedap dei ge datang.( Sebentar lagi juga datang )" tutur Ibu Hana yang bernama Ibu Dumiya.
Hana hanya menganggukkan kepalanya, dan melangkah masuk ke dalam kamarnya hanya untuk meletakkan tasnya lalu Hana kembali lagi menemui sang Ibu yang berada di dapur.
" Ibu masak naon? ( Ibu masak apa? )" tanya Hana.
" Masak kangkung sareng lauk jaer (Masak kangkung dan ikan mujaer )," sahut Ibu Dumiya yang sedang mengupas bawang merah.
" Lauk na tos di bumbuan,Bu?( Ikannya sudah di bumbuin,Bu?)." cetus Hana.
" Sudah, sok atuh tinggal di goreng.(Sudah,silahkan tinggal di goreng)" jawab Ibu.
Hana langsung menggoreng ikan mujaer di tungku, meskipun di rumah Hana ada kompor gas, Ibu lebih suka memasak di atas tungku.
Beres memasak ikan, Hana melanjutkan memasak sayur kangkung. Setelah semuanya beres,nHana membawa sayur beserta ikannya ke meja makan.
Tidak lama Bapak Hana datang dari kebun, Hana tersenyum melihat Bapaknya yang masih sehat di usia senjanya. "Pak!," seloroh Hana mencium tangan Bapaknya yang sudah keriput.
" Iraha datang na?(kapan datangnya)," tanya Bapak Hana seraya meletakkan cangkulnya di pinggir rak piring.
" Tadi Pak," jawab Hana lembut, " Bapak Bade di buatken teh atawa kopi (Bapak mau di buatkan teh atau kopi )."
" Kopi bae,Na.( Kopi saja,Na.)" sahut Bapak sembari melangkah ke ruang tv untuk mengistirahatkan tubuhnya sejenak. Bapak duduk di lantai menemani cucunya yaitu Denis dan Desi yang tengah menonton acara kartun yang berbentuk spon.
" Nih Pak kopi na.( kopinya)" Hana meletakkan kopi tersebut di lantai.
" Denis, Desi engges mandi ncan? (Denis,Desi sudah mandi belum?)," tanya Hana kepada keponakannya.
" Engges atuh, masa acan,(Sudah dong,masa belum)" sahut Desi yang berumur 5 tahun, sedangkan Denis berumur 7 tahun. Hana hanya memiliki satu orang kakak laki-laki dan Hana anak kedua atau terakhir. Kakak laki-lakinya bernama Hasan Basri dan istrinya bernama Rossiyana. Rumah kakaknya berada di samping rumah orang tua Hana.
Hana tersenyum gemas dan mengacak-acak rambut Desi. Desi langsung mendelikan matanya tanda tak suka rambutnya di acak-acak." Ih..Bibi, jadi we rambut Desi acak-acakan!.(Ih..Bibi jadinya rambut Desi berantakan!)" Sentak Desi seraya merapikan rambutnya. Hana terkekeh-kekeh melihat Desi cemberut.
Pada malam harinya Hana dan orang tua Hana tengah membicarakan soal pernikahan Hana sama Anton (calon suami Hana ). Mereka membicarakan semua tentang persiapan pernikahan Hana dan merinci apa saja yang perlu mereka persiapkan untuk pernikahan Hana.
Anton, calon suami Hana bekerja di sebuah bengkel mobil yang tidak jauh dari desanya. Rumah Anton dan Hana cuman berbeda RT saja. Hana dan Anton sudah berpacaran selama satu tahun dan langsung memutuskan ingin secepatnya menikah karena kedua orang tua Hana dan Anton sudah merestui hubungan mereka jadi tidak ada alasan untuk menunda-nunda pernikahannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Nur Lizza
smg hana jujur dgn statusny
2023-07-27
0
Ifa Masrifah Basman
jawa tengah kok bahasanya sunda
2023-05-25
0
Elisabeth Ratna Susanti
keren 😍
2023-05-02
0