Chapter 19

'Ketika suatu hal yang berada di luar dugaan mulai terjadi padaku dan muncul tokoh baru dalam kehidupanku, hatiku tidak pernah bisa tenang.

Aku berusaha percaya, percaya pada kakak yang kembali padaku, percaya padanya yang selalu ada untukku. Dulu aku berfikir mungkin jika aku tidak memiliki seseorang yang berharga bagiku, aku tidak akan takut kehilangan.

Tapi sejak kedatangan mereka yang selalu membuatku tersenyum dan melindungi, aku mulai takut kehilangan.

Sekarang ini mereka sedang menghadapi bahaya dan aku tidak bisa melakukan apapun.'

"Huff... " Atreya menjatuhkan dirinya di atas ranjang.

"Tidak bisa begini, aku harus melakukan sesuatu," dia bangkit dari tidurnya.

"Sekarang ini sudah tidak ada pengawal, gara-gara dia aku jadi lupa apa semua orang masih hidup atau tidak?" dia mengelilingi seluruh villa dan tidak menemukan siapapun. Seluruh villa juga tampak baik-baik saja.

"Kenapa dari tadi aku tidak menyadarinya!" dia terus berlari mengelilingi villa.

'Tidak ada orang sama sekali, semuanya juga tampak baik-baik saja. Tadi aku terlalu takut hingga tidak memperhatikan sekitar. Tunggu! apakah Eiden juga tidak menyadarinya.'

Bugh...

Seseorang memukulnya dari belakang hingga Atreya pingsan.

"Tuan, aku sudah mendapatkannya," orang itu menghubungi tuannya.

"Segera bawa dia ke ruang rahasia, pastikan tidak ada orang yang mengikutimu,"

"Baik tuan, aku mengerti,"

Telefon terputus, dan Atreya dibawa pergi orang itu.

"Sudah kuduga, gadis itu yang menjadi targetnya, padahal tadinya ditugaskan untuk ikut mencari paman," ternyata Jonathan masih di sana mengawasi tempat itu, sampai akhirnya melihat Atreya yang dibawa oleh seseorang.

"Kurasa kita punya hubungan spesial sehingga aku tidak perlu repot-repot mencarimu," Jonathan mengangkat sebelah sudut bibirnya.

Flash back on...

"Kalian harus bisa mendapatkannya!" perintah seorang pria paruh baya kepada tiga orang di depannya setelah memperlihatkan foto seorang gadis.

"Apa dia mengenakan kalung ini?"

"Ya, dia selalu mengenakannya,"

"Jangan khawatir tuan! kami akan melakukannya dengan baik," sahut salah seorang dari mereka.

"Aku pegang kata-katamu!"

"Tuan Bernard terlalu meremehkan kami, meskipun aku ini masih muda tapi aku adalah vampir berbakat yang tidak bisa kau temui di manapun," ucap pemuda itu dengan sangat percaya diri.

"Apa lagi rencananya kali ini?" Jonathan mendengar pembicaraan mereka dari balik jendela balkon.

"Aku harus menemukan gadis itu terlebih dahulu," dia bisa melihat foto itu dengan kemempuan penglihatannya.

Dua orang diantaranya sudah keluar, kini tinggal dia dan seorang lagi di ruangan itu.

"Apa anda yakin dengan rencana kali ini?"

"Tentu saja, waktu itu aku hanya terlambat selangkah," pria itu mengambil sebatang rokok,

"Padahal aku sudah jauh-jauh datang ke kampusnya," dia membakar ujung rokok lalu menghisapnya.

"Sayang sekali Alfa menemukannya lebih dulu,"

"Kau benar! tapi mau bagaimana lagi, sekarang kita bahkan harus menggunakan cara ini," dia terlihat menikmati rokoknya.

"Tapi apakah tidak apa-apa jika menggunakan orang itu, dulu kita juga ikut kerepotan karena ulah orang-orang sepertinya,"

"Tenang saja Frankie, aku sudah memberinya sesuatu," pria itu mengeluarkan sebotol cairan.

"Jika dia tidak mendapatkan ini dalam waktu dekat dia juga tidak bisa bertahan lama,"

"Jangan-jangan anda melakukan sesuatu padanya?"

"Yah... aku memberinya sedikit cemilan agar tidak mengacaukan rencanaku, kalaupun dia menghidupkan mayat-mayat itu juga dia tidak akan melakukan pemberontakan,"

"Maksud tuan?"

"Keberadaannya tidak boleh terekspos, jadi aku sudah mengatur agar kediaman Alfa hanya tinggal gadis itu seorang, setelah itu dia akan datang sendiri padaku dan tujuanku akan tercapai," aura membunuhnya keluar membuat Frank bergidik ngeri.

'Kali ini dia tidak akan selamat!' Frank sangat yakin, kalaupun kali ini gagal lagi tuannya yang gila ini pasti akan melakukan cara lain sampai bisa mendapatkan gadis itu.

"Saatnya beraksi," Jonathan melompat dari balkon dan mencari gadis itu.

Flash back off...

Jonathan mengikuti mereka dari belakang,

Atreya dibawa ke gudang pinggir kota yang sepi, "Tidak kusangka orang tua itu masih punya tempat persembunyian lain, sungguh merepotkan!" Jonathan memperhatikan dari luar.

Laki-laki yang ia lihat di ruangan Bernard juga ada di sana, dia tampak menunggu di depan pintu dengan beberapa orang.

"Akhirnya kau datang juga! aku sempat berfikir untuk menyusulmu ke sana, apakah dia gadis itu?" dia melihat Atreya yang pingsan di dalam mobil.

"Tentu saja! apa kau buta?" bentak orang yang menculik Atreya.

"Maaf! ternyata dia jauh lebih cantik dari pada fotonya,"

"Sudahlah Frank, bawa dia masuk!"

"Eh aku! kenapa tidak kau saja?" Frank menunjuk dirinya sendiri.

"Aku sudah repot-repot membawanya kemari, sisanya tugasmu!" dia masuk begitu saja meninggalkan mereka.

"Padahal aku yang membuat jalan, masih bilang dia yang kerepotan? dasar tidak tahu diri," Frank menggendong Atreya yang sudah diikat.

"Baiklah, pertama-tama kita bawa kau masuk dulu selanjutnya terserah bos Bernard," Atreya dibawa masuk.

Jonathan masih di sana, "Pasti sudah ada banyak pengawal yang menjaga tempat ini di berbagai sisi, harus memikirkan cara paling aman untuk membawanya,"

Swush..

Swush..

Swush..

Bayangan hitam nampak berdatangan dari berbagai arah, mereka sangat cepat sehingga para penjaga tidak menyadari kedatangan mereka. Jonathan pun tidak bisa memastikan siapa mereka.

"Cih...dia bergerak lebih cepat dari dugaanku, kalau begitu aku akan menunggu saja," Jonathan duduk bersandar di dahan pohon besar yang tinggi.

"Sayang sekali gadis muda secantik ini harus dikorbankan, akan lebih baik jika dia kujadikan mainanku!" Frank duduk menghadap orang yang membawa Atreya kemari.

Dia membuka topengnya dan dia adalah Leon, orang yang menculik Atreya sekaligus orang yang ditemuinya di pesta.

"Jangan terlalu dipikirkan! kita hanya melakukan tugas, " Leon tampak acuh padanya.

"Bukankah kau memegang perusahaan besar, kenapa mau melakukan hal seperti ini? bagaimana dengan reputasimu?"

"Bukan urusanmu! lebih baik kau fokus agar keberadaanmu tidak terekspos!"

"Huh... aku kan hanya bertanya," Frank merebahkan dirinya.

Atreya mulai sadar, perlahan matanya terbuka dan tampak samar dia berada di tempat gelap yang asing.

"Sakit, kenapa aku tidak bisa bergerak," dia melihat dirinya diikat duduk di kursi dalam ruangan gelap tanpa jendela.

"Tunggu dulu, tadi aku sedang mencari orang-orang di rumah lalu tidak ingat lagi apa yang terjadi," dia mengingat kejadian sebelum dirinya sampai di sini.

"Sepertinya ada yang memukulku dari belakang hingga pingsan," dia berusaha bergerak tapi ikatannya terlalu kuat.

"Mungkin aku bisa melakukan ini," dia menggigit tali dengan gigi taringnya.

Salah satu ikatannya putus, itu mempermudahnya melonggarkan ikatan dan akhirnya bisa melepaskan diri.

"Selanjutnya mencari jalan keluar," di sana hanya terdapat satu pintu, "Terkunci! di luar pasti juga sudah ada penjaga," Atreya menggigit ujung jari telunjuknya.

"Padahal aku bermaksud membantu mereka, tidak disangka malah diculik seperti ini, bukankah akan tambah merepotkan mereka," Atreya menghela nafas pasrah.

"Siapa kalian? argh.. "

"Hmm, suara berusik apa itu?" Frank membuka matanya sambil menolehkan kepalanya ke arah pintu.

"Sepertinya kita kedatangan tamu," Leon memakai kembali topengnya.

"Sudah lama aku tidak berhadapan dengan musuh secara langsung," Frank meregangkan otot-ototnya.

"Pakai topengmu! kau mau mereka melihatmu?" bentak Leon.

"Baiklah.. baiklah.. cerewet sekali," Frank ikut memakai topeng.

Brakk...

"Sudah datang ya, pangeran yang akan menyelamatkan tuan putri," Frank menyeringai di balik topeng yang ia kenakan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!