Chapter 9

Eiden terlihat aneh, itulah ungkapan Raja ketika melihatnya.

"Mungkin kau mau berbagi kisah dengan ayahmu ini?" Raja berusaha menggodanya. Sudah lama dia tidak melihat putranya mengeluarkan ekspresi seperti itu.

"Mohon maaf ayahanda, ini masalah pribadiku dan aku akan memberitahu anda setelah aku menyelesaikannya,"

"Haiss... anak ini, baiklah tapi segeralah bawa calon menantuku kemari," Raja mengucapkannya dengan begitu santai, tapi Eiden membelalakkan matanya tak percaya sementara Mark berusaha menahan tawa karena Eiden sudah memelototinya.

"Ayahanda salah faham, bukan itu maksudku!" tidak ingin kehilangan citranya, dia berusaha mengelak.

"Tidak apa-apa, aku mengerti pasti sulit dengan sifat yang kau tunjukkan sekarang ini,"

"Ayahanda!!!" Eiden sangat kesal, sementara Raja dengan santainya meminum tehnya.

Dan Mark.... dia harus berusaha lebih keras menahan tawanya.

Begitulah Eiden, meski mendapat julukan Dewa Perang lebih dari 100 tahun. Jika di depan ayahnya dia tetaplah seorang putra yang menggemaskan.

"Aku punya informasi untukmu," tiba-tiba raut wajah Raja berubah serius.

"Belakangan ini mereka sudah mulai bergerak, sepertinya keberadaan keturunan penyihir Viona sudah diketahui olehnya,"

"Mereka benar-benar tidak membuang-buang waktu," Eiden menopang dagu dengan kedua tangannya.

"Pesta perjamuan akan segera dilaksanakan, pada awalnya aku ingin menggunakannya untuk merayakan hubungan kerjasama antar kerajaan. Sekarang ini bukan hanya ajang untuk meningkatkan kerjasama, tapi juga untuk saling melihat kawan dan lawan," jelas Raja.

"Zaman sudah berubah, kita tidak bisa terus mengikuti aturan karena yang kuatlah yang akan menang dan bertahan,"

"Ya... aku sudah tua, sekarang kuserahkan pada kalian,"

"Tenang saja ayah semua akan berjalan lancar,"

Mereka melanjutkan pembicaraan, bukan senda gurau untuk melepas kerinduan tapi mencari pengkhianat diantara kawan.

Di tempat lain Reza mengajak Atreya memilih gaun untuk acara perjamuan. Mereka pergi ke pusat kota, tempatnya memang agak jauh karena mereka tinggal di tempat yang jauh dari keramaian.

"Baru benerapa hari tidak melihat tempat ini, tapi rasanya seperti sudah berbulan-bulan tidak kemari," Atreya melihat semuanya dari dalam jendela mobil.

Biasanya dia akan jalan-jalan ke pusat kota untuk melepas kebosanannya. Mey terlalu sibuk karena selain keluarganya yang mengawasinya dengan ketat, ia diharuskan mempelajari bisnis keluarganya.

"Oh ya, aku dengar kakak punya perusahaan?"

Atreya mendengarnya dari pelayan di villa.

"Benar, kenapa kau bertanya?"

"Apa aku juga harus mempelajari tentang bisnis?" dengan polosnya Atreya bertanya pada kakaknya.

"Itu terserah padamu, jika kau menginginkannya aku bisa membantu mengajarimu. Tapi jika kau tidak mau kau cukup melakukan apa yang kau sukai selama kau senang," Reza mengatakannya dengan lembut.

"Benarkah? fiuh... aku kira aku juga akan dipaksa seperti Mey,"

"Aku tidak akan memaksa, tapi bagaimana kau menjalani hidupmu selama ini?" Reza ingat ia bahkan belum menanyakan apa saja yang Atreya lakukan selama ini. Bagaimana dia menghasilkan uang, atau apa dia pernah bekerja.

"Yah, seperti orang kebanyakan...makan, sekolah, belajar dan mencari hiburan,"

"Bagaimana caramu mendapatkan uang? bukankah biaya sekolah tidak sedikit, dan kau bahkan sedah kuliah?" Reza tak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.

"Saat aku sadar aku berada di sebuah rumah tanpa seorangpun tinggal di sana, hal pertama yang kupikirkan adalah siapa aku? di mana keluargaku? apa mereka membuangku? kupikir mungkin aku diculik atau dibuang," Atreya menghentikan ucaannya, masa lalu jika diingat terasa menyakitkan. Apalagi dia berjalan sendiri.

Hal itu membuat Reza makin bersalah, meski saat itu keadaan keluarganya juga tidak baik tapi ia menyesal tidak bisa ada di samping adiknya.

"Lalu aku menemukan surat dan sejumlah uang," Atreya ingat saat itu dia melihat surat yang tergeletak di meja.

Dia takkan pernah lupa, karena surat itulah yang memberitahukan namanya. Dia tidak pernah tahu siapa orang yang membantunya diam-diam.

"Lalu apa kau tahu siapa orang itu?"

"Tidak, saat itu aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa, tapi kemudian ada seorang nenek yang memasuki rumah itu,"

"Dia tersenyum padaku, membuatkanku makanan dan mengajari banyak hal,"

"Lalu di mana dia sekarang?"

"Sebulan setelah kedatanganku di rumah itu nenek meninggal," air matanya hampir menetes, meski baru beberapa lama bertemu tapi nenek adalah penyelamatnya disaat terburuk.

"Maaf karena tidak bisa menolongmu," Reza tambah merasa bersalah, setidaknya dia masih dijaga para pengawal setia ayahnya juga masih ada Parvis. Tapi Atreya... dia harus hidup seorang diri.

Menyadari perubahan Reza, dia buru-buru menyeka air matanya. Dan mencoba tersenyum. Lalu memeluk kakaknya itu.

"Tidak usah dipikirkan semua sudah berlalu lagipula aku juga baik-baik saja," ia tambah mengembangkan senyumnya.

"Kau benar, dan kali ini kau tidak akan sendiri lagi," Reza membalas pelukan Atreya. Sekarang bukan saatnya bersedih, dia harus menjadi lebih kuat untuk bisa melindungi adiknya. Apalagi bila memikirkan ramalan itu.

Dia melepaskan pelukannya, "Aku tidak perlu khawatir karena kakak selalu ada untukku,"

"Tentu, aku tidak akan membiarkan seauatu terjadi padamu,"

"Ngomong-ngomong bisakah aku mengunjungi perusahaan kakak?" Atreya sangat antusias, dia pernah mengunjungi perusahaan Mey, setidaknya dia bisa menebak tempatnya. Apakah kali ini perusahaan kakaknya juga seperti itu.

"Tentu, kebetulan setelah ini akan ada klien penting dan kita akan ke perusahaan setelah ini,"

"Hmm!" Atreya mengangguk semangat.

Setelah beberapa lama berjalan, mobil mereka berhenti di sebuah mal. Reza memilih begitu banyak baju untuk Atreya sampai dia kewelahan, tapi Reza tetap saja tidak berhenti di situ ia mengajaknya membeli tas, sepatu, juga beberapa perhiasan dan malah membeli semuanya.

Reza terus saja menyeretnya kesana-kemari, kali ini dia bertingkah seperti seorang ibu yang membelikan barang untuk anaknya.

"Kakak! ini pemborosan, aku tidak perlu barang sebanyak ini,"

"Kau ingat, kau masih mengenakan pakaian yang kau pinjam dari Amy, kau adikku jadi kau juga harus memiliki segalanya,"

Atreya hanya bisa pasrah, dia tidak mungkin bisa melawan keinginan kakaknya. Tapi benar juga, sampai kapan dia akan meminjam baju pelayan di rumah. Sedangkan dia adalah tuan rumahnya.

Selesai berbelanja Reza membawa Atreya ke restoran bintang lima. Atreya kagum melihat tempat itu, dia tidak pernah berani masuk ke sana karena yang terpenting baginya adalah bagaimana bisa bertahan hidup.

Tapi kali ini berbeda, Reza pasti akan memberikan segalanya padanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!