Chapter 10

Selesai makan, Reza membawa Atreya ke kantornya. Tidak memerlukan waktu lama mereka sudah tiba di sana.

Perusahaan Reza lebih besar dari perusahaan keluarga Mey, teringat kenangan bersama Mey membuatnya kembali terpuruk.

Tapi Atreya ingat kata-kata terakhir yang Mey ucapkan sebelum dia meninggal.

"Reya... saat aku tidak ada jangan bersedih, kau harus menemukan kebahagiaanmu sendiri. Percayalah! suatu saat nanti semua orang akan melihat betapa spesialnya dirimu... "

"Jangan hanya diam di sana, bukankah kau ingin melihatnya?" Reza sudah berada di luar dan membukakan pintu untuk Atreya.

Dia tersentak, bangun dari lamunannya "Eh, i.. iya kak,"

Mereka berjalan masuk, di depan pintu telah berdiri dua penjaga. Melihat kedatangan Reza, Parvis dan Atreya mereka segera membukakan pintu.

Begitu pintu terbuka di samping kanan kiri berdiri rapi beberapa orang yang membungkuk memberi hormat, "Selamat datang, tuan!" ucap mereka serempak.

Atreya gugup sekaligus kagum, belum pernah mendapat perlakuan seperti ini. Kemudian dia melirik kakaknya sekilas. Memang aura pemimpin terpancar kuat pada Reza, dia berjalan dengan penuh wibawa.

Sedangkan para karyawan menatap Atreya, ada yang berbisik-bisik dan ada juga yang melayangkan pandangan tidak suka. Sebagai salah satu CEO muda yang menjadi idola para kaum hawa, tentu membawa gadis ke kantornya akan menimbulkan berita besar.

Reza belum pernah membawa perempuan ke kantornya, Atreya adalah yang pertama. Kini mereka telah memasuki lift khusus yang biasa digunakan Reza.

Setelah lift tertutup Atreya bernafas lega, "Mereka melihatku seperti seorang musuh yang siap dihajar, apalagi para gadis itu!" keluhnya sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada.

Reza tertawa melihat adiknya, dia tampak menggemaskan kalau sedang kesal.

"Tentu saja nona tuan muda cukup populer, mungkin mereka mengira kau saingan mereka hahaha... " Parvis tambah menggodanya.

Mereka sampai di lantai paling atas yang tidak lain adalah ruang kerja Reza, tempat itu cukup luas karena di sana juga ada ruang pribadi untuk beristirahat.

"Wuahhh...tempat ini luas sekali," Atreya langsung berlari menuju jendela.

Seluruh ruangan didomonasi dengan warna putih dan kaca satu arah yang mengarah pada pemandangan kota. Terdapat dua buah kursi dan meja kerja, juga sofa panjang dan kursi yang terletak di depannya.

"Apa kau menyukainya?" Reza berdiri di samping Atreya.

"Iya, kakakku benar-benar orang yang hebat," kali ini dia mengacungkan kedua jempolnya.

"Tapi apakah orang-orang di sini juga vampir?" Atreya mulai memikirkan sesuatu.

"Sebagian ya, jangan khawatir hanya aku, Parvis, manajer utama dan para penjaga,"

"Berarti yang lainnya manusia?"

Reza tersenyum mengiyakan.

"Bagaimana dengan klien yang katanya ingin kau temui itu kudengar kebanyakan dari vampir menyamar sebagai pebisnis, apakah dia juga vampir?" tentu saja Atreya banyak berbincang dengan para pelayan di rumahnya.

Mereka semua adalah vampir, tapi mereka tidak akan menyakitinya. Dari semua cerita itu dia tahu banyak vampir yang menyamar berbaur bersama manusia.

"Kau benar, dia adalah Pangeran Eiden," tatapan wajahnya berubah waspada. Eiden mengendalikan pasar ekspor dan impor internasional, dan kerja sama ini sangat menguntungkan baginya.

Tapi dia tetap harus waspada, bagaimanapun Eiden adalah orang yang kejam dan cerdik.

"Pangeran?" Atreya penasaran, jika di dalam nofel seorang pangeran identik dengan wajah tampan dan sikap lembut. Tapi jika dilihat dari ekspresi wajah Reza sepertinya dia bukan orang seperti itu.

"Apakah ada yang salah?" Atreya mulai khawatir, bisnis bukanlah bidangnya. Dia belajar ilmu kedokteran itupun belum diselesaikannya.

"Tidak ada, hanya saja aku memikirkan bagaimana cara bernegosiasi dengannya,"

Tok.. tok.. tok.. Pintu diketuk dari luar, dan seorang masuk, "Mohon maaf tuan, tuan Eiden sudah menunggu di ruang rapat," sekretaris Reza menyampikan kedatangan kliennya.

"Aku akan segera ke sana, persiapkan semuanya!"

"Baik tuan," perempuan itu segera keluar untuk mempersiapkan laporan yang telah dipersiapkan.

"Aku harus menemui klien terlebih dahulu, tetaplah di sini kau bisa pergi ke ruang sebelah jika ingin beristirahat," ucap Reza.

"Yah.. aku lelah, apa memerlukan waktu lama? mungkin akan tidur sambil menunggu kakak," Atreya menguap setelah mengucapkannya.

"Mungkin akan lama, kau bisa tidur dulu di ruang sebelah dan jangan lupa untuk mengunci pintunya!"

Atreya mengangguk kemudian Reza dan Parvis keluar, sementara Atreya pergi ke ruangan yang dimaksud Reza.

"Tempat ini seperti apartemen, sudahlah! lagipula aku juga sudah sangat lelah, hoamm," Atreya merebahkan tubuhnya di atas kasur.

Tak berlangsung lama untuknya memejamkan mata berpindah ke dunia mimpi.

"Maaf membuat anda menunggu, tuan Eiden!"

Reza dan Parvis sudah sampai di ruang rapat. Di sana sudah ada Eiden dan Mark yang selalu menemaninya.

"Tidak masalah, aku juga baru sampai," Eiden berdiri menyambut kedatangan Reza.

Reza mengulurkan tangannya dan Eiden menjabatnya. Setelah itu Reza mempersilahkan Eiden duduk. Kemudian datang beberapa orang, mereka adalah kepala bagian di perusahaan Reza.

Sekretaris Reza mulai membagikan lembaran laporan. Semua orang menerimanya lalu mereka membaca laporan itu. Sementara Reza yang melakukan presentasi akan laporan tersebut.

"Mengesankan! memang benar Sang Alfa tidak pernah mengecewakan kliennya,"

"Tuan Eiden terlalu memuji, aku hanya melakukan yang terbaik untuk kerja sama kita," Terlihat Mark dan Eiden berbicara satu sama lain.

"Kalau begitu sudah diputuskan bahwa Tuan Eiden akan bekerja sama perusahaan anda, dan kita bisa mulai melakukan pemasaran di lingkup negara tetangga," Mark mewakili Eiden untuk berbicara.

"Apakah tuan Eiden tidak terlalu puas dengan presentasiku?" Reza mengeluarkan senyum smriknya.

"Sebelum melangkah lebih jauh, bukankah kita perlu mengetahui seberapa besar kemampuan kita dari lingkup jarak dekat? Aku hanya ingin memastikannya, jika berjalan dengan baik kau bisa mendapatkan kesempatan yang lebih besar," Eiden mengangkat sebelah ujung bibirnya.

"Jadi kenapa kita harus menyetujuinya?" setelah Eiden dan Mark pergi Reza melakukan diskusi dengan para ketua.

"Meskipun kita tahu jika perusahaan EV. Company sangat berpotensi, tapi ini sama saja dengan penghinaan,"

"Benar, tuan Reza juga harusnya tahu akan hal itu," semua orang menentang keputusan Reza.

"Aku memulai perusahaan ini dari nol dan sampai menjadi sebesar ini tidak pernah ada yang meragukan kita lagi, ini pertama kalinya. Jadi... bukankah kita harus membuktikan diri, jika kita menolaknya maka perusahaan lain akan meragukan kemampuan perusahaan kita,"

Semua orang terdiam, benar... jika menolak sama saja dengan menjerumuskan diri sendiri.

"Kini mereka tidak punya pilihan lain," di ruangan itu hanya tinggal Reza dan Parvis,

"Apa mungkin tuan Reza mengetahui sesuatu?" Parvis merasa tuannya sedang merencanakan sesuatu bersama kliennya.

"Mungkin, kita akan melihat bagaimana semuanya berakhir," Reza mengeluarkan senyuman khasnya dan itu membuat Parvis bergidik ngeri. 'Dia bahkan mempunyai kebiasaan yang sama denganmu tuan' batinnya dalam hati, mengingat almarhum ayah Reza.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!