Chapter 12

"Wah... jadi inikah istana Raja Empero?" Atreya sangat takjub, seperti di dalam negeri dongeng. kastil megah yang memiliki tampilan seperti pada zaman kuno dengan kesan elegan yang begitu kuat.

Aura di sini sangat dingin, bukan karena cuaca tapi para penghuninya bukan orang biasa.

"Gluk," dengan susah payah Atreya meneguk ludahnya, 'Seram sekali'

Reza melihatnya, lalu menggandeng tangan Atreya.

"Apa yang kau takutkan? aku ada di sini, tidak akan ada yang berani mengganggumu,"

"Huff... baiklah,"

Mereka berjalan bersama memasuki kastil. Pintu yang menjulang tinggi dengan ukiran yang melambangkan status kerajaan yang tinggi, para penjaga yang menyeleksi tamu, mulai dari sinilah bau darah tercium.

Alunan musik jazz yang lembut, meski Atreya menyukai jazz tapi tetap saja terdengar menyeramkan mendengarnya dengan jeadaan seperti ini.

Semua orang memakai pakaian formal yang elegan, ini adalah pesta kerajaan. Meskipun semua orang dari segala kalangan hadir, tapi mereka tetap menjaga harga diri mereka.

Tentu saja, mereka vampir. Tidak heran ada bau darah.

Nampak minuman berwarna merah darah yang tersaji di meja khusus. Atreya yakin itu pasti darah sungguhan.

"Lihatlah! sang Alfa datang dengan seorang gadis," seseorang menghampiri kami.

"Wajahmu tidak asing tapi sepertinya aku belum pernah melihatmu, apakah kita pernah bertemu sebelumnya, nona?" pria itu membungkukkan badan lalu mengulurkan tangannya. Atreya melihat Reza sekilas dan dia menganggukkan kepalanya.

"Perkenalkan dia adalah adikku," Reza yang memperkenalkan Atreya.

LaluAtreya menyambut uluran tangannya. 'Dingin sekali'.

"Senang bertemu dengan anda tuan... " dia lupa bahwa dia tidak tahu nama pria itu.

"Leon Orando, kau bisa memanggilku Leon," Leon mencium tangan Atreya.

"Kalau begitu aku permisi dulu, sampai bertemu lagi Nona Sandres,"

"Apa dia temanmu?" setelah Leon pergi Atreya menanyakannya pada Reza.

"Bisa dibilang begitu," jawabnya santai, 'Dia bisa bersikap seperti itu padahal jantungku hampir saja berhenti berdetak!' Atreya mengumpat dalam hati.

Tanpa disadari beberapa pasang mata memperhatikan mereka.

"Jadi itukah kekasih yang kau temui sesaat itu?" Raja Empero menghampiri Eiden yang memperhatikan Atreya dari lantai dua.

"Ya, aku bertemu dengannya kemarin,"

"Apa kau berniat mengubahnya, sepertinya dia belum terbiasa dengan keadaan kita,"

"Lebih cepat lebih baik, atau hal yang buruk akan terjadi dan aku tidak mau dia terluka,"

"Kau harus berhati-hati! jangan berfikir bahwa kau tertarik padanya karena cinta, mungkin itu hanya obsesimu akan darahnya saja!" Raja Empero terus mengingatkan Eiden.

"Tidak, aku bisa memastikannya sendiri apa arti dirinya bagiku," dia melihat Atreya yang tersenyum dan seketika jantungnya berdetak sangat cepat.

'Tidak mungkin aku hanya menginginkan darahnya. Tubuhnya, senyumnya bahkan hatinya, aku ingin semuanya,' tanpa sadar Eiden tersenyum.

Atreya merasa ada yang memperhatikannya, dia menengok ke atas dan pandangan mereka bertemu. Sesaat waktu seperti berhenti, memberikan waktu keduanya untuk saling bertemu meskipun tatapan mata yang mewakilinya.

Hati terasa berbunga dan harum semerbak melintas di setiap hembusan nafas, sungguh indah....

Hati terhubung seakan mengatakan bahwa 'Sudah lama aku menunggumu'.

Seorang putri yang menghilang sepuluh tahun lalu kini berada di tempat yang sama dengan pangerannya. Jarak yang terpaut seperti hanya sejauh jangkauan tangan dan bisa digapai dengan mudah.

Seorang pengeran tampan, berdiri tegak sedang memandangnya dengan senyum yang sangat menawan.

'Astaga! jantungku benar-benar akan meledak, bagaimana dia bisa setampan itu,'

Detik berikutnya suara riuh tepuk tangan menggema di ruangan itu. Atreya segera tersadar,

"Kau baik-baik saja?" Reza khawatir karena Atreya sama sekali tidak menghiraukan ucapannya.

"Ti.. tidak aku tidak apa-apa,"

"Seharusnya tidak kubiarkan kau bersentuhan langsung dengan salah satu dari mereka," ucapnya menyesal.

"Tidak! bukan begitu, aku hanya... "

"Selamat malam semuanya," seketika suara tepuk tangan dan suara samar yang berbisik-bisik tidak terdengar lagi. Raja Empero memberikan sambutan.

"Selama berabad-abad kita telah hidup di antara manusia, seperti biasa kita mengadakan pesta perjamuan ini untuk mempererat bangsa vampir kita," dia berhenti bicara lalu memperhatikan raut wajah setiap orang yang ada di sana.

"Sejak kejadian itu, kita telah mengadakan kontrak bahwa kita akan hidup damai dengan manusia, jangan membuat perselisihan yang akan menimbulkan peperangan. Dan sampai saat ini semua berjalan dengan lancar meski ada beberapa masalah yang tentu saja menjadi batu lemparan untuk memancing permusuhan," Raja Empero berkata lantang.

"Tapi malam ini adalah malam sakral yang kita lakukan selama ratusan tahun, jadi kuharap kalian semua menikmatinya!" ucapnya seraya mengangkat gelas winenya, di akhir kata suaranya menurun tapi semua orang masih bisa mendengarnya.

Mereka semua bersorak dan ikut mengangkat gelasnya termasuk Atreya.

Seseorang menghampiri Reza kemudian membisikkan sesuatu padanya,

"Jika kau masih ada urusan pergilah! aku baik-baik saja," Atreya mengulum senyumnya, dan nampak bahwa sekarang dia tidak takut lagi berada di sini.

"Baiklah, kau tetap di sini menungguku aku tidak akan lama," Reza mengikuti orang itu.

Sekarang dia sendirian, 'Apa yang harus kulakukan pada minuman ini?' Atreya memegangi gelas di tangannya.

Berwarna merah tapi tidak amis melainkan bau anggur dengan alkohol yang tidak terlalu menyengat.

"Jangan khawatir itu hanya wine biasa," Eiden menghampirinya,

"Owh, terima kasih atas informasinya tapi aku tidak bisa minum,"

"Kalau begitu kau harus mulai terbiasa," Eiden meneguk minuman di tangannya.

Seperti terhipnotis Atreya pun ikut meminumnya, dan habis dalam sekali teguk.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!