Chapter 15

"Apa yang kau lakukan di sini?" Atreya menaikkan nada suaranya. Eiden sudah berdiri di sisi pintu sambil menyandarkan tubuhnya.

"Sebelum kau mengkhawatirkan hal itu, lihatlah di mana kau sekarang?" Eiden menjawabnya dengan santai.

Atreya memperhatikan sekitarnya, tempat ini bukan kamarnya. Dia mulai sadar suasana di sini agak berbeda, terang tapi begitu dingin.

"Ini... bukannya ruang bawah tanah, kenapa aku bisa ada di sini?"

"Apa kau juga tidak menyadari ada sesuatu yang berubah pada dirimu?"

"Kenapa kau terus memberiku pertanyaan!"

"Kalau begitu kau pikir saja sendiri!" Eiden berdiri, "Kalau sudah menemukan jawabannya, kau bisa menemuiku,"

"Siapa yang mau menemuimu, hmph!" bibirnya mengerucut dan membuatnya terlihat sangat menggemaskan.

"Cepat atau lambat kau akan mencariku," Eiden berjalan keluar.

"Jangan terlalu yakin, kau tahu kepercayaan dirimu itu terlalu berlebihan," Atreya melipat kedua tangannya.

Eiden berhenti, "Mau bertaruh?" dia tersenyum dengan penuh percaya diri.

"Kenapa dia bicara seperti itu, dewa perang apanya, dia hanya orang narsis yang menyebalkan,"

"Tapi kenapa aku ada di sini, apa kakak yang membawaku kemari?" masih terus berfikir tanpa menyadari dirinya sekarang sudah berubah.

"Sudah kubilang agar tidak menemuinya!" Reza menghadang Eiden di taman.

"Saat-saat seperti ini dia pasti membutuhkanku, kau juga tahu itu, kan?"

"Tidak perlu, masalah yang berhubungan dengan adikku...aku bisa mengatasinya,"

"Cih... jangan terlalu yakin, tapi kau tidak perlu mengkhawatirkannya,"

"Hmmm?"

"Dia terlihat baik-baik saja, sepertinya dia juga belum menyadari perubahannya," Eiden bicara dengan serius.

"Oh... benarkah?"

"Saranku kau harus menyelidiki kasus ini!"

Reza menatap kepergian Eiden.

"Ternyata lebih rumit dari dugaanku,"

Saat manusia terlahir menjadi vampir melalui gigitan, tidak bisa dipungkiri bahwa dia akan terus merasakan rasa haus akan darah. Tapi Atreya juga memiliki darah penyihir di tubuhnya. Saat ini dia belum merasakan rasa haus yang sebenarnya, juga belum mengetahui

perubahan vampirnya dan itu sangat tidak wajar. Reza penasaran, diapun mengjampiri Atreya.

Benar saja, tidak terjadi apa-apa padanya. Dia masih normal dan itu membuatnya khawatir.

Saat vampir baru tak merespon maka kemungkinan mereka akan mati karena mereka tidak cukup kuat untuk menahan racun yang diberikan.

Suara pintu terbuka, "Kakak," Reza masuk ke dalam dan duduk di samping Atreya.

"Kau baik-baik saja, tidakkah kau merasakan sesuatu yang berbeda," Reza bertanya dengan hati-hati.

"Sebenarnya ada apa, aku hanya tidak sengaja minum segelas wine sampai habis, apa itu masalah besar? dan lagi kenapa kakak membawaku ke sini?"

'Apa benar dia tidak merasakan apapun?' Sekarang semua diluar kendali, Reza mengambil segelas darah yang ia siapkan.

"Minumlah!" ia menyodorkannya pada Atreya.

"Setelah aku mabuk, kau malah menyuruhku minum wine lagi,"

"Kau harus mencobanya, tenang saja rasanya tidak sama dengan yang kemarin lagipula kau hanya harus meminumnya sedikit demi sedikit,"

Atreya menerima gelas itu,

"Apa ini darah?" warnanya merah darah, tidak mungkin wine berwarna seperti ini. Tapi aromanya memang sangat menggoda.

Dia langsung meneguknya hingga habis, perlahan-lahan ada sesuatu yang muncul di kepalanya,

" Uh...sungguh menyakitkan," bayang-bayang yang dilupakannya muncul, kenangan yang tidak ingin dia miliki, yang ia lupakan karena tak dapat menerimanya. Dia terus memegangi kepalanya.

"Nenek, aku... " air matanya menetes, dia mengingatnya kembali.

Flash back on...

Suatu hari dia bersama nenek memasak bersama, nenek tidak sengaja terluka dan membangkitkan rasa haus Atreya. Dia sudah lama berubah menjadi vampir karena Eiden tidak menyembuhkannya hingga sempurna, tanda yang tidak terlihat juga bukan suatu penghalang.

Tanpa sadar dia menyerang nenek, menghisap darahnya hingga mati. Di saat itu Raja Empero menemukannya, sebelum dia mencari korban selanjutnya ingatannya dihilangkan.

Tidak diberi kesempatan mengenali dirinya sendiri. Selain itu Raja juga memberi mantra agar sebelum dia berumur dua puluh tahun, dia sudah bisa mengendalikan rasa hausnya.

Tidak ada yang mengetahui hal ini, hanya dia dan Raja Empero.

Flash back off

'Aku ingat! Raja Empero, dialah yang menolongku selama ini'

"Atreya... Atreya!" Reza memanggilnya berulang kali,

Atreya pun tersadar, "I.. iya kak,"

"Ada apa, kenapa kau kesakitan sampai seperti itu?" Reza sangat cemas, tapi Atreya justru bingung harus mulai menceritakannya dari mana. Satu hal yang pasti, ia harus bertemu dengan Raja.

"Tidak bisa begini, kita harus menemui Penyihir Saga!" tiba-tiba Reza mengeluarkan ponselnya.

"Apa! siapa dia?"

"Dia penyihir yang bisa melihat masa lalu, dia memiliki penglihatan yang akan membantu kita agar menemukan solusinya,"

"Tidak perlu!" Atreya berteriak dan membuat Reza mengurungkan niatnya menelfon seseorang.

"Atreya ini demi kebaikanmu, kau sampai kesakitan seperti itu pasti bukan hal baik," Reza tetap membujuknya.

"Tapi kak, aku sungguh baik-baik saja," Atreya tetap bersikeras.

"Sekarang iya tapi nanti kau bisa merasakan yang lebih menyakitkan, kita harus ke sana secepatnya," dia menyuruh Parvis menyiapkan mobil dan mereka pun berangkat menuju tempat Penyihir Saga.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!