Chapter 11

"Hoamm, sepertinya kakak belum selesai," jam sudah menunjukkan pukul tiga sore.

"Lebih baik aku pergi ke mobil dulu, masalah kakak...aku akan menghubunginya nanti," Atreya keluar dari ruangan kakaknya.

Karena berada di lantai paling atas dia harus berdiam cukup lama di dalam lift, itu cukup untuk menyadarkan dirinya dari sisa-sisa aura orang bangun tidur.

Pintu lift terbuka, lift itu adalah lift khusus jadi mungkin tidak akan ada orang yang menggunakannya. Apalagi di jam segini.

Lift mulai bergerak, tapi baru melewati dua lantai lift itu terbuka. Atreya mendongakkan kepalanya tapi orang itu bukan Reza.

"Tampan sekali....apakah aku masih bermimpi?" Atreya mengucek kedua matanya, ini nyata! tapi siapa pria ini? kenapa bisa ada di sini?

Atreya terus memperhatikannya bahkan saat lift sudah mulai bergerak. Tanpa diduga pria itu menoleh ke arah Atreya, sontak membuatnya membuang muka ke arah lain.

Pria itu hanya mengernyitkan dahinya. Karena gugup ketahuan mengamati seorang pria, tanpa sadar Atreya menarik sebagian rambutnya ke belakang telinga dan memperlihatkan kalungnya.

Pria itu mendelikkan matanya, 'Kalung itu! '.

Diapun memperhatikan lebih teliti lalu dia tersenyum, seperti menemukan sesuatu yang dicarinya selama ini.

Lift telah sampai di lantai dasar. Mereka berdua keluar dari dalam lift, sebelum Atreya berjalan pria itu menghentikannya.

"Tunggu nona! bolehkah aku tahu siapa namamu?" dia menahan tangan Atreya, tentu saja dia sangat terkejut.

"Aku... "

"Atreya kenapa kau sudah ada di sini, bukankah aku memintamu untuk menunggu di ruangan!" mereka berdua menoleh ke asal suara.

Sebelum sempat menjawab Reza sudah datang dari arah depan.

"Kakak! aku ingin ke mobil dulu, lagipula siapa suruh kau lama sekali!"

"Aku sudah bilang rapatnya tidak pasti akan selesai jam berapa, eh!" Reza melihat pria itu memegang tangan Atreya dan raut wajahnya berubah menyelidik,

"Ada hubungan apa tuan Eiden dengan adikku?" tatapan dingin yang begitu mengintimidasi.

Tapi tentu saja yang diberi tatapan itu tetap memasang wajah datar.

"Oh... jadi dia adik dari Presdir Reza?" Eiden beralih menatap Atreya.

Sadar dengan keadaannya saat ini Atreya langsung melepaskan tangannya dari genggaman Eiden.

Eiden yang dilepas tangannya hanya menyunggingkan sebelah bibirnya, 'Tidak kusangka akan menemukan situasi seperti ini, sepertinya aku harus menyelidikinya lagi,'

"Kalau begitu aku permisi dulu, masih ada urusan yang belum kuselesaikan," Eiden melangkah pergi. Begitu dia sudah tidak terlihat lagi Reza segera menginterogasi Atreya.

"Apa kau memang sedekat itu dengannya?"

"Tentu saja tidak! aku hanya kebetulan berpapasan dengannya di dalam lift, lagipula kenapa dia bisa ada di lift itu?" jawabnya kesal.

"Apa kau tahu siapa dia?"

"Mana kutahu?"

"Huft... asal kau tahu saja, dia adalah klien yang kutemui hari ini,"

Atreya mulai mengingat kembali. 'Kalau tidak salah klien yang ditemui kakak hari ini bukannya....'

"Oh... tidak!" Atreya menutup mulut dengan kedua tangannya.

"Sekarang kau baru menyesal?"

"Apa kau bercanda...aku baru saja bergandengan tangan dengan seorang pangeran, dan dia sangat tampan," matanya berbinar,

"Kalau tahu begitu aku tidak akan melepaskan tangannya seperti itu," tiba-tiba raut wajahnya berubah kecewa.

"Dasar kau ini! apa kau termasuk salah satu dari gadis ambisius penggila cogan?" Reza memijit pelipisnya. Sungguh tidak disangka adiknya bisa berfikiran seperti itu.

"Aku hanya bercanda," Atreya mengejek Reza yang terlihat stres itu.

"Jangan bercanda seperti itu lagi, mengerti!" Reza mencubit kedua pipi Atreya hingga dia meringis kesakitan.

"Iya.. iya... aku tidak akan melakukannya lagi,"

'Tapi kenapa rasanya sangat aneh ketika dia memegang tanganku?' Atreya bergidik ngeri, rasanya seperti dia tidak dapat mengendalikan dirinya untuk lebih dekat dengan Eiden.

Sementara mereka masih berdebat satu sama lain, para karyawan yang melihatnya sungguh merasa gemas. Mereka juga baru perrama kali melihat atasan mereka bersikap manis dan begitu menyayangi adiknya.

"Kurasa tuan Reza mulai merubah sikap dinginnya," seru seorang karyawan.

"Tapi mungkin dia hanya menunjukkan sikap seperti itu pada adiknya," ujar yang lainnya.

"Itu wajar saja... "

"Kalau begitu kita tidak bisa hanya berharap,"

"Yah... kau benar, kita hanya pegawai biasa tidak akan memperlakukan kita dengan cara seperti itu,"

Cinta tulus kan selalu mempengaruhi sikap terhadap orang yang dicintai. Sebagai kakakmu... aku mulai merasakannya, karena kau adalah orang yang harus kulindungi atas nama Ayah dan Ibu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!