Chapter 3

Nampak sepasang suami istri berdiri di hadapannya, mereka tersenyum penuh kasih sayang. Entah mengapa dia merasakan rindu yang mendalam, hatinya begitu sakit. "Ayah... ibu...," dia mengucapkan kata-kata itu begitu saja.

Dia mencoba meraih mereka, tapi kedua orang itu semakin menjauh, "Tinggallah bersama kakakmu, kau akan aman," detik berikutnya mereka sudah tidak terlihat lagi.

"Tidakkk," dia langsung terduduk, lalu melihat sekelilingnya. Dia masih berada di kamar itu, berarti yang tadi hanya mimpi. Dia memijit pelipisnya, mencoba mengingat kembali mimpinya barusan.

'Ayah, ibu?' di dalam mimpinya dia memanggil mereka dengan sebutan Ayah dan Ibu begitu saja. Padahal dia belum pernah bertemu dengan mereka.

"Mimpi yang aneh!" dia menyibak selimutnya lalu berjalan membuka tirai. Matahari masih bersemu oranye lalu dia melihat ke arah belakang, begitu banyak macam bunga di dunia ini tapi kenapa pria itu memilih warna hitam? padahal di luar ditumbuhi mawar putih?

Seorang pelayan memasuki kamar itu, dengan membawa beberapa helai pakaian.

"Silahkan nona bersiap-siap, tuan muda menunggu anda di bawah," pelayan itu meletakkan pakaian itu di sofa, sementara dia mematung denga berbagai pikiran yang masuk di kepalanya.

"Anda bisa menggunakan kamar mandi di sini," ujar pelayan itu kemudian. Pria itu bahkan menyiapkan pakaian untuknya, dan sekarang dia menunggunya di bawah.

Pelayan itu masih berdiri di sana seolah meminta persetujuannya, "Ba.. baiklah,"

Pelayan itu mengangguk lalu keluar. Sementara itu Atreya bergegas mandi sebelum pria itu marah karena terlalu lama menunggunya, pikirnya.

Alfareza Sanders, pengusaha muda yang menjalankan bisnis minyak dan batu bara. Dia masih berusia 26 tahun, tapi sudah memegang kendali proyek bahan bakar di berbagai negara.

Namun siapa sangka, identitasnya sebagai pengusaha hanya pengalihan atas jati dirinya yang sebenarnya.

Makhluk haus darah yang juga mendiami dunia ini.

"Kau sudah memeriksanya?"

"Ya tuan Reza, dia akan segera turun,"

"Kau boleh pergi,"

Sang pelayan memberi hormat kemudian pergi.

'Jika dia benar kau, aku tidak akan membiarkan mereka mendekatimu', Atreya pun turun dan Reza memperhatikan gerak-geriknya. Atreya yang merasa diawasi pun membuka suranya.

"Apakah ada masalah, tuan?" dia segera mengambil tempat duduk yang berjarak dua kursi dari Reza.

"Tidak ada, makanlah, setelah itu kau ikut denganku!"

"Apakah kita akan pergi ke suatu tempat?" Atreya bertanya dengan polosnya.

"Tidak, aku hanya ingin menunjukkan sesuatu padamu," ucapnya santai tanpa persetujuan Atreya atau lebih tepatnya dia tidak ingin gadis itu menolak, lalu menyantap makanannya.

Atreya hanya mengangguk setuju lalu ikut menyantap makanannya.

Selesai makan Atreya mengikuti Reza, pria itu membawanya menuju taman belakang tempat di mana kolam ikan yang ia singgahi kemarin berada.

"Untuk apa kita kemari, tuan?" dia berhenti, sementara Reza mendekati kolam itu.

"Kau akan segera mengetahuinya setelah kita sampai,"

Di tempat itu hanya ada mereka berdua dan juga Parvis, pengawal setia Reza. Sebelumnya Parviz menyuruh semua pelayan untuk mengerjakan tugas di depan agar taman belakang sepi. Reza memutar salah satu kepala ikan yang dijadikan sebagai air mancur, kemudian kolam bergeser membuka ruangan yang menampakkan anak tangga yang menuju ke bawah.

Atreya terkejut sekaligus takjub melihatnya. Sama seperti yang terjadi di film ada tempat rahasia yang tersimpan dan dia menjadi salah satu orang yang mengetahuinya.

Mereka bertiga masuk ke dalam lalu secara otomatis kolam itu bergeser ke tempatnya semula meninggalkan jalan untuk ruang rahasia itu. Di dalam sana terdapat lorong yang cukup lebar dengan lampu yang agak tedup menempel di sisi kanan kiri.

Tidak butuh waktu lama dan mereka sampai di sebuah ruangan. Ruangan itu cukup besar dengan buku-buku tua yang ditata rapi di rak buku yang menemel pada tembok, dan meja kayu yang cukup panjang serta beberapa buah kursi kayu diletakkan di berbagai sisi.

Reza mengambil sesuatu di salah satu laci di bawah rak buku, bentuknya seperti bola kristal berwarna biru cerah dan bercahaya lalu meletakkannya di atas meja. Belum selesai dengan kekagumannya, Atreya terkejur, tangannya seperti ditarik oleh cahaya dari kristal yang tadi diambil Reza.

Atreya mendekat tangannya menyentuh bola itu, kemudian bola itu mengeluarkan asap yang membentuk suatu kejadian di masa lalu. Yang tidak lain adalah ketika Atreya dilahirkan dan bagaimana dia menghilang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!