Chapter 8

Senja berganti pagi, matahari akan segera muncul. Sehari telah berlalu dan kita mendapat kesempatan di hari berikutnya. Lalu dengan apa kita akan menyambutnya?

Atreya terbangun dini hari dan tidak bisa kembali tidur. Saat ini menunjukkan pukul lima pagi, langit masih gelap namun cahaya oranye membentang di balik bukit.

'Entah kenapa rasanya akan ada sesuatu yang muncul dan aku harus menunggunya' saat ini Villa kakaknya tampak sepi, hanya beberapa penjaga yang masih terjaga. Atreya keluar mencari udara segar, sudah lama dia tidak keluar sepagi ini. Selain itu hatinya menuntunnya pergi ke suatu tempat.

Villa itu terletak cukup jauh dari keramaian, hanya beberapa rumah di sini, karena masih terlalu pagi tidak ada orang yang keluar. Atreya berjalan ke arah taman lalu dia menemukan danau di balik semak belukar. Tempat itu berada tidak jauh dari Villa.

"Ternyata ada tempat seperti ini di sini", Atreya duduk di tepi danau. Udara pagi terasa menusuk kulit bahkan sampai ke tulang. Untunglah Atreya mengenakan switer yang cukup tebal, dia juga masih mengenakan celana tidurnya. Karena dia akan kembali sebelum hari terang.

Dia berada di sana cukup lama, entah perasaan apa yang membuatnya seolah-olah menunggu. Tapi tidak mungkin akan ada orang sepagi ini apalagi di tempat tertutup seperti ini.

Cahaya fajar berganti dengan sinar yang menerangi dunia, pagi yang indah. Hawa dingin di sekitarnya pun mulai menghangat.

"Sebenarnya apa yang aku tunggu, sudahlah! lebih baik segera kembali sebelum kakak khawatir padaku, semua orang pasti juga sudah bangun," Atreya memutuskan untuk kembali, sepertinya penantiannya tidak menumbuhkan hasil.

Tempat itu berjarak sekitar dua ratus meter dari Villa tempat dia tinggal dan dekat dengan jalan raya. Atreya keluar melalui semak belukar, dia melihat jalan raya yang masih senggang oleh kendaraan yang berlalu lalang.

Ada sebuah mobil yang melewatinya namun arahnya berbeda, saat pemilik mobil melihat keluar jendela Atreya sudah membalikkan badannya.

"Apa ada sesuatu, pangeran?" tanya seseorang yang menyetir mobil itu.

"Tidak ada," jawab orang itu, dia menopang dagunya melihat keluar.

'Aku harap bisa bertemu dengannya lagi, pertemuan hari itu tidak terlalu baik. Kau tidak akan mengingatnya, akan kupastikan menemukanmu dan pertemuan selanjutnya.... aku akan memperbaikinya'

Mobil itu pun berlalu pergi.

Angin bertiup menerbangkan rambur Atreya, terasa menyejukkan tapi juga menimbulkan perasaan yang aneh. Dia berhenti,

"Hmm... seperti ada yang datang," dia melihat sekitar tapi tidak ada seorangpun.

"Sudahlah!" Atreya kembali melanjutkan perjalanannya, dia menyusuri jalan setapak yang ditumbuhi mawar putih. Angin pagi menerbangkan daun kering yang berguguran, bunga primrose melambai-lambai di tengah lautan mawar putih, aroma semerbak memenuhi perjalanannya. Pemandangan seperti ini sungguh membuat siapapun terpana.

"Ke mana saja kau sepagi ini?" begitu sampai di depan pintu, Reza sudah menunggunya dengan tangan yang dilipat di depan dada. Tatapan mengintimidasi sangat mendominasinya. 'Haiss... ketahuan'.

Atreya mengulum senyum kaku, "Aku hanya berjalan-jalan di sekitar sini karena bangun pagi dan sudah lama juga aku tidak keluar pagi untuk jalan-jalan,"

"Lain kali jika kau keluar harus ada yang menemanimu!"

"Kakakku sayang, aku sudah bukan anak kecil lagi lagipula aku hanya jalan-jalan di sekitar taman. Apa kakak tahu tadi aku menemukan... "

"Tidak peduli ke manapun kau pergi, kau tidak boleh sendirian, apa kau mengerti!" belum sempat menyelesaikan kata-katanya Reza sudah memotong perkataannya.

"Tapi kak, apa tidak terlalu berlebihan!" protes Atreya, dia sudah lama hidup seorang diri dan tidak akan ada yang memperhatikan ke mana dia akan pergi. Tapi kali ini dia sudah bertemu dengan kakaknya dan sepertinya kakaknya ini terlalu protektif.

"Tidak, ini demi keselamatamu!" ucap Reza tegas.

"Hah... " Atreya mengangguk tak percaya, lagipula siapa yang akan mencelakainya.

"Sudahlah, sebaiknya ganti bajumu!"

"Apa kita akan pergi ke suatu tempat?"

"Ya, tapi sebelumnya kau harus mandi dan sarapan, aku tidak mau adikku pingsan di tengah jalan," ucap Reza setengah mengejek.

"Hump... menyebalkan!" Atreya berlalu dengan kesal, meninggalkan Reza yang masih berdiri di depan pintu.

"Aku masih belum tahu apa yang kau hadapi, dan sampai aku menemukannya kuharap tidak ada hal buruk menimpamu," Reza menghela nafas panjang.

Masalahnya dia tidak tahu apa yang akan terjadi pada adiknya kelak. Dia masih manusia, tapi jika vampir yang menggigitnya muncul lalu merubahnya.....

Itu bisa membuat mereka terpisah lagi.

"Selamat datang Pangeran, akhirnya kau mau pulang setelah beberapa lama!" Sang Raja menyambut kedatangan putra pertamanya, Pangeran Eiden datang bersama pengawal setianya, Mark. Raja juga didampingi beberapa pengawalnya. Pangeran Eiden tidak pernah mau kembali ke istanah utama, jadi begitu mendengar bahwa dia akan datang ke kerajaan, Raja secara khusus menyambutnya.

Hubungan mereka tidak terlalu akrab. Pangeran Eiden lebih suka menghabiskan waktunya di luar, bahkan sebelum resmi diangkat sebagai pangeran pun.Tapi sebenarnya mereka saling menjaga dan menyayangi, hanya karena suatu masalah mereka harus menjaga jarak.

"Ayahanda tidak perlu repot-repot untuk menyambutku, aku akan datang menemui anda, " mereka berjalan beriringan, sampai di depan pintu Raja menyuruh pengawalnya untuk berjaga di luar.

"Ada sesuatu yang harus aku bicarakan dengan Pangeran Eiden, kalian jangan sampai membiarkan orang lain masuk!"

"Baik, Yang Mulia!" jawab mereka serempak.

Sementara Mark ikut masuk ke dalam.

"Apa yang membuatmu bersedia datang kemari?" Raja tahu putranya ini tidak akan datang kecuali menginginkan sesuatu.

"Bukankah Pangeran ketiga juga akan datang, aku hanya ingin menyapanya saja," ucapnya santai.

"Huff... kuharap tidak ada masalah diantara kalian, ingatlah dia saudaramu!" Raja tampak khawatir, kedua putranya ini memang tidak pernah akur. Dia takut mereka akan melakukan hal yang diluar batas.

"Anda tidak perlu cemas Paduka, sudah kubilang aku hanya ingin menyapanya saja,"

"Aku percaya padamu, sekarang ceritakan apa yang kau temukan saat perjalananmu ke Atlantik?" Eiden telah melakukan perjalanan ke Atlantik untuk melakukan reset mengenai perusahaannya, tapi tak disangka dia menemukan sebuah rahasia. Dan rahasia itu berkaitan dengan masa lalunya.

"Tidak ada hal yang terjadi, tapi sepertinya aku menemukan sesuatu yang berharga," seringai muncul di wajahnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!