Chapter 14

Beberapa saat yang lalu...

"Sudah lama tak bertemu denganmu, tuan Alfa!" ucap seorang pria yang berdiri di dekat jendela.

"Kau pasti sudah tahu maksud kedatangan saya, Pangeran Jonathan!" Reza tidak mau bertele-tele, dia harus menyelesaikannya secepat mungkin.

"Kau terlalu memandang tinggi diriku, tapi kita sangat jarang bertemu dan aku juga setelah sekian lama kembali kemari, seharusnya kau menyambutku dengan baik, " Jonathan berjalan menuju sofa dan duduk.

"Mungkin kau bersedia menjelaskannya padaku terlebih dahulu," Jonathan mengangkat tangannya, memberi isyarat agar Reza ikut duduk.

"Aku akan langsung saja, apa kau masih ingat kejadian sepuluh tahun lalu sebelum Atreya menghilang?"

"Aku memang bertugas menjaga Atreya tapi kejadian itu sudah lama, lagipula saat itu aku diterjunkan untuk membantu memperketat keamanan di Istana Utara, apa terjadi sesuatu waktu itu?"

"Atreya sempat menghilang, walaupun hanya beberapa jam tapi setelah kejadian itu sesuatu telah terjadi,"

"Jadi kau mencurigaiku melakukan sesuatu padanya?" Jonathan mengangkat sebelah alisnya.

"Aku hanya ingat kau yang selalu bersamanya, mungkin kau tahu seauatu,"

"Sayang sekali, aku tidak bisa membantumu. Tapi sebaiknya kau segera temui adikmu, mungkin dia telah menemukan seauatu,"

Terdengar suara dari luar pintu, Parvis memasuki ruangan itu dan membisikkan sesuatu pada Reza.

"Sayang sekali aku harus melakukan sesuatu," Reza berdiri dari sofa,

"Sepertinya kau sangat sibuk," Jonathan melirik Mark sekilas, sepertinya telah terjadi sesuatu di pesta.

"Maaf tidak menyambutmu dengan baik, aku akan menebusnya lain kali. Kalau begitu aku permisi terlebih dahulu," Reza bergegas keluar.

"Bagaimana bisa terjadi, bukankah kusuruh kau menjaganya?" Reza marah tapi masih bisa mengendalikan amarahnya.

"Maaf tuan, aku meninggalkannya sebentar karena di sana juga sudah ada Pangeran Eiden, saat aku kembali mereka sudah tidak ada," Parvis mengikutinya dari belakang.

"Tapi ada yang melihat mereka naik ke atas,"

"Kalau begitu kita segera cari mereka di sana!" Reza melaporkannya pada Raja Empero untuk meminta izin mencari Atreya.

Mereka mencari di setiap ruangan dan kamar yang ada di lantai atas.

Flash back off...

'Untung saja kau yang menemukan Atreya saat itu, setidaknya kau bisa dipercaya,' Reza menghela nafas panjang. Satu masalah terpecahkan, sekarang tinggal memikirkan bagaimana menghadapi Atreya setelah dia terbangun.

Vampir yang baru terlahir akan lebih ganas dan haus akan darah, pada fase itu mereka tidak sadar apa yang dilakukan. Dia akan mengurungnya di rumah, setidaknya dia tidak akan membahayakan orang lain.

Kini Atreya berada di ruang bawah tanah, tempat itu memiliki pelindung pelacak agar tidak ditemukan. Dengan begitu Reza bisa dengan leluasa menemui Atreya.

"Parvis kau sudah berada di dunia ini lebih lama dariku, kita sama-sama tahu bagaimana menghadapi vampir yang baru terlahir. Tapi Atreya juga penyihir yang masih tersegel kekuatannya, apakah akan berbahaya baginya melalui semua ini?"

"Aku tidak tahu pasti, tapi itu semua tergantung pada Pangeran Eiden,"

Reza mengernyitkan dahinya, nampak berfikir. Parvis pun menjelaskan maksudnya, "Sebelumnya Nona Atreya adalah manusia, dan kini dia sudah menjadi vampir melalui Pangeran Eiden. Bisa dikatakan bahwa satu-satunya orang yang bisa menghadapinya adalah Pangeran Eiden,"

"Kau benar! kalau begitu jika dia datang, maka biarkan saja, aku yakin dia akan datang kemari bagaimanapun caranya," Reza tahu akan sulit mengendalikan rasa haus ketika sudah menjalin kontrak, tapi dia adalah Eiden. Dia pasti akan melakukannya dengan lebih baik.

Di sisi lain Atreya terbangun, dia telah mengalami gejolak dalam mimpinya. Setiap penyihir memiliki mantra pelindung yang akan melindungi dirinya ketika kekuatan masih tersegel. Kini Atreya bukan hanya penyihir tapi juga sudah menjadi vampir, dengan begitu kekuatannya pun terbangun dan menekan hasratnya akan darah.

"Ini... " Atreya melihat pantulan dirinya di depan cermin. 'Aku ingat saat di pesta... Eiden'

Dia mulai mengingat semuanya, pesta, dia yang mabuk lalu saat dia dan Eiden melakukan hal itu. "Ya ampun, benarkah aku yang melakukannya duluan!" dia menutup wajahnya.

"Bagaimana aku bisa bertemu dengannya, apa yang akan dia pikirkan tentangku. Kau bodoh sekali Atreya!"

Atreya mengutuk dirinya sendiri, malam itu dia telah mencium Eiden duluan.

"Ahhh... memalukan sekali!" kini wajahnya merah seperti tomat yang siap dipanen.

Tanpa disadarinya ada orang yang sudah memperhatikannya dari tadi, dia menunggunya bahkan sebelum Atreya sadar.

"Sepertinya aku tidak perlu mengkhawatirkan dirimu,"

Atreya langsung mendongakkan kepalanya, "Kau!" dia spontan menunjuknya, sungguh terkejut setengah mati.

Melihat hal itu dia hanya tersenyum tanpa dosa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!